Mohon tunggu...
Nadya S Rahma W
Nadya S Rahma W Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura

Ilmu komunikasi Univ. Trunojoyo Madura Young Communicator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Differences Are Beautiful

29 Januari 2021   22:55 Diperbarui: 29 Januari 2021   23:17 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang kita pikirkan saat mendengar kata Berkebutuhan Khusus? Apakah kita takut? Atau kah kita merasa aneh? Atau mungkin lebih parah lagi kita akan berpikir untuk menjauhi mereka? Satu hal yang wajib kita ketahui tentang Anak Berkebutuhan Khusus, yakni mereka bukanlah suatu aib untuk kita tutupi atau harus kita jauhi. Karena mereka pun sama halnya sama seperti kita, hanya saja mereka memiliki sedikit perbedaan yang membuat mereka special dan berbeda dengan yang lain. 

Perbedaan ini bukanlah suatu kekurangan, tetapi menjadi suatu hal yang bisa menjadi kelebihan yang tidak banyak orang mengetahuinya. Perbedaan yang mereka miliki merupakan suatu hadiah dari Allah untuk mereka dan keluarga mereka. Fakta mengatakan bahwa setiap tahunnya jumlah Anak Berkebutuhan Khusus mengalami peningkatan yang lumayan drastis tingginya. Tetapi masih saja sebagian orang menganggapnya sebagai aib, atau bencana hingga meluluhlantahkan semua impian dan keinginan dari keluarga tersebut. 

Mengapa orangtua yang memiliki anak dan didiagnosis memiliki kebutuhan khusus menjadi kaget, marah, syok maupun hancur? Sebab apa yang saat itu mereka alami, merupakan suatu hal yang baru, suatu hal yang aneh, bahkan suatu ketakutan tersendiri dalam hidup orangtua mereka. Disisi lain, ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari apa yang Allah berikan pada keluarga terpilih untuk menjaga, dan merawat Anak Special ini. Kita menjadi mengerti apa makna bersyukur sesungguhnya, bersabar, berproses, perjuangan keras dalam hidup kedepan. Berbagai fase harus tetap dilalui, dengan kesabaran yang menyelimuti keadaan kita saat ini. Mereka mengajarkan pada keluarganya apa makna dari sebuah perjuangan keras, kesabaran, keikhlasan dalam menerima amanah yang besar dari Allah. Lebih menghargai sekecil apapun kemajuan kecil yang dipersembahkan oleh Anak Special mereka. 

Setiap anak special pasti memiliki kelebihan mereka masing-masing, mereka juga pasti bisa melakukan hal yang orang lain lakukan. Di samping kekurangan mereka itu menjadi tiket surga bagi keluarga mereka masing-masing. Tidak sedikit orangtua yang rela melakukan apapun, menghabisan berapapun biaya demi kebahagiaan dan perkembangan anaknya. Setiap anak special yang ada di Indonesia, juga telah menorehkan beberapa prestasi yang gemilang di dunia olahraga, kesenian, dll. Tidak heran apabila ada banyak sekali sekolah inklusi yang mencetak orang hebat seperti mereka. 

Prestasi yang mereka torehkan pun tidak jauh berbeda dengan orang normal lainnya. Dan itu membuat kita tersadar, bahwa Anak Berkebutuhan Khusus juga memiliki kesempatan untuk mengukir prestasi mereka meskipun mereka memiliki keterbatasan. 

Dikutip dari laman online resmi milik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahwa Kemendikbud akan mewadahi prestasi anak berkebutuhan khusus melalui AKA PDBK. Dari hal ini kita bisa berpikir bahwa tidak semua kekurangan harus menjadi kendala untuk berprestasi. 

Salah satu kriteria anak berkebutuhan khusus yaitu Autisme. Salah satu gangguan pada anak di perkembangan pervasive yang meliputi gangguan kognitif, Bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial. Autisme ini memiliki kesulitan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, dan mengakibatkan mereka menjadi terisolasi dari orang lain dan masuk ke dalam dunia pengulangan, aktivitas, dan minat yang obsesif. 

Leo Kanner yang merupakan seorang psikiatris asal Amerika yang pertama kali mengnalkan istilah Autism di tahun 1943. Selain itu beliau juga memaparkan bahwa anak-anak dengan autism memiliki beberapa ciri yaitu : Sulit berinteraksi dengan orang lain, fokus pendek, mengalami gangguan berbahasa atau komunikasi, terpesona dengan barang-barang yang memutar. 

Tentunya ada beberapa cara melakukan therapy pada anak autisme. Menurut buku yang ditulis oleh Dr. dr. Y. Handojo, MPH, ada teknik therapy yang bisa digunakan oleh anak autism yaitu ABA (Applied Behaviour Analysis). Dijelaskan dalam buku ini, bahwa teknik ABA membimbing anak agar patuh (bukan takut), tidak manja, tidak cengeng, dan kreatif. Menurut karya buku kedua milik Dr. dr. Y. Handoyo sejarah dari metode ABA ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu akan tetapi tidak ada seorang pun yang mengklaim bahwa penemuan ini milik siapa. Sekitar 15 tahun yang lalu, ada seorang pakar terapi perilaku yang bernama Ivar O. Lovaas daru UCLA (AS). Beliau menerapkan metode ini terhadap anak-anak autism, dan hasilm=nya pun sangat menabjubkan. Autisme yang kita tahu sangat tidak mungkin disembuhkan, ternyata berhasil ditangani dengan menggunaka metode ABA ini. Pada akhirnya Prof. Lovaas pun mengemukakan hasilnya, sehinga metode ini dikenal sebagai Metode Lovaas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun