[caption id="attachment_112889" align="aligncenter" width="604" caption="Kampung nan indah"][/caption]
Saya memang udik. Saya bertambah yakin dengan keudikan ini karena memang dalam beberapa bulan belakangan ini cukup banyak menelusuri beberapa tempat dan bertemu dengan beragam orang. Dan dari perjalanan ini barulah saya sampai kepada kesimpulan kalau saya emang udik, terutama dinegeri sendiri.
Kemaren ketika saya bertandang kesalah satu kedutaan besar di Jakarta, saya baru tahu salah satu keudikan saya, seperti kata seorang visitor di kedubes itu bilang, “Hari gene ga punya Bebe? Ihhhh..masa mo keluar negeri Bebe aja ga punya…”. Nah ini keudikan saya yang pertama, ga punya BB.
Ketika saat makan siang harinya, teman-teman mengajak makan siang disalah satu kedai franchise asing. Saya yang sudah kangen sama rendang, dendeng batokok dan sayur ubi rebus kontan menawarkan makan dirumah makan Padang saja. Ternyata kata seorang teman, “Gile lo, tinggal tahunan di luar negeri selera lo masih kampungan juga ya”. Hmmm..ternyata keudikan saya yang kedua adalah selera makanan masih kampungan.
Lain lagi cerita ketika saya sedang duduk diruang tunggu sebuah bandara. Cukup lama juga harus menunggu connecting flight saya. Duduk disebelah saya adalah seorang ibu yang cantik. Si ibu kemudian mengajak mengobrol, dia bercerita tentang anak-anaknya yang bersekolah di Malaysia dan harapan-harapannya. Cukup mengasyikkan mendengarkan si ibu bercerita hingga mata si ibu beralih menatap novel yang saya pegang. Dia memuji saya yang membaca novel berbahasa asing dan kemudian menanyakan bagaimana saya bisa berbahasa asing. Ketika saya bercerita sedikit bahwa saya bersekolah di luar negeri, dia kontan berkata, “Wah, gak keliatan ya dari penampilannya’. Dia kemudian sambil tertawa kecil bilang agar orang tahu saya sekolah di luar negeri, mungkin saya bisa pakai barang-barang branded alias mempunyai merek ternama. Ternyata keudikan ketiga adalah saya gak pake barang branded.
Nah, hal udik keempat adalah karena saya suka belanja ke pasar tradisional daripada ke mall. Cukup banyak yang heran kenapa saya suka berkeringat dan berbecek-becek masuk ke pasar-pasar tradisional, padahal supermarket dan mall ada dimana-mana. Beberapa orang bilang kalau ternyata saya masih kampungan. Apalagi kalau melihat saya yang suka beli jajanan pinggir jalan, bahkan tak jarang nongkrong disamping si abang penjual gorengan,..hehehe..
Ternyata keudikan saya bukan hanya empat hal diatas, banyak sekali hal-hal udik lain, bahkan pernah suatu waktu ada teman yang bilang agar saya makan pake sendok bukan pake tangan. Lah, masa siy mau makan makanan Padang pake sendok-garpu....hhhhh!
Tapi dipikir-pikir, memang mungkin saya dasarnya udik kali ya. Soalnya juga baru tahu kalau ukuran modern, keren, gaul dan luar negeri seseorang itu dilihat dari BB, makanan yang dimakan, barang branded yang dipake, bahkan cara makan pake tangan atau sendok garpu. Tapi bagaimana lagi, katanya mindset emang masih kampungan. Maklum, udahlah gak punya BB, kalau makan masih lebih memilih tahu-tempe ketimbang spaghetti atau pizza. Punya pakaian pun biasa-biasa aja, yang penting simple dan nyaman. Dan kalau belanja, lebih suka nenteng plastik hitam didalam pasar daripada mendorong troli didalam supermarket. Yah, emang mindset-nya saya kampungan.
Tak jarang saya suka tertawa sendiri dengan perbedaan cara pandang yang ada diantara kita, jika melihat cara berpakaian di kampus negeri sendiri, Indonesia. Jaman masih kuliah dahulu, berpakaian simple adalah lumrah, maklum dikampus, anak teknik berpakaian kaos oblong dan celana jeans adalah kewajaran. Kalau dilihat adik-adik di kampus sekarang dengan pakaian yang tak jarang di usahakan matching antara baju, celana/rok, sepatu, tas, dan sebagainya, membuat saya yang masih bergaya santai terlihat tertinggal jauh.
Belum lagi masalah gadget, saya dengan HP dan laptop yang saya miliki sekarang yang berusia cukup tua bagi sebagian orang, akan terlihat ketinggalan jaman sekali di negeri sendiri. Begitu juga dengan makanan dimana sering sekali pilihan saya akan makanan Indonesia di tertawai oleh beberapa teman dan kerabat karena gak gaul. Yah,..apa mau dikata,…saya lebih suka dibilang udik dan kampungan ketimbang memaksakan diri terlihat gaul, modern dan keren. Karena inilah saya, seorang udik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H