Mohon tunggu...
Nana Arlina
Nana Arlina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Punya nama pena Nana Arlina.\r\nSuka jalan-jalan, mengamati dan menulis di nana-arlina.blogspot.com dan www.ilmuterbang.com\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Belajar Membuat Spaghetti di Montreal

10 Oktober 2011   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:08 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah menempuh perjalanan selama 33 jam dari Jakarta dengan transit di Kuala Lumpur dan Amsterdam, akhirnya terdengar pengumuman dari pilot yang menyatakan pesawat yang kami naiki segera akan mendarat di  di Pierre Elliott Trudeau International Airport, Montreal, Kanada. Ingatan saya langsung pada novel 'Negeri 5 Menara' yang menceritakan bagaimana uda Ahmad Fuadi menginjakkan kaki di negeri yang disebutnya sebagai negeri Utopia.

Excited! begitulah yang saya rasakan ketika roda pesawat KLM MD-11 dengan nomor penerbangan KL0671 ini menghantam landasan dengan sedikit keras, dan perasaan itu semakin hebat manakala kai saya memasuki pintu kedatangan.

Dan ternyata memang kota ini menyajikan beragam hal menarik. Kali ini saya akan bercerita mengenai keluarga tempat saya nge-kost selama saya akan tinggal di kota ini. Donna berayahkan Irlandia dan ibu Italia. Sedangkan Roser, suaminya, adalah seorang French-Canadian. Pasangan ini tidak mempunyai anak, namun memiliki rumah yang besar dengan 5 kamar, 3 kamar mandi, kolam renang, hot-tube, dsb.

Ternyata rumah yang besar ini adalah karena pasangan ini sering mengadakan acara keluarga. Sebagai keluarga dengan budaya Itali yang kental, maka keluarga adalah hal yang sangat penting. Nah, selama tiga minggu keberadaan saya disini, saya sudah mengalami beberapa kali pesta. Dari pesta ulang tahun sampai pesta pernikahan.

Yang serunya adalah saya mendapata course gratis bagaimana membuat spaghetti dan juga lasagne. Dijaman sekarang dimana semua serba instan, keluarga ini masih membuat kedua makanan ini sendiri. Alasan mereka sangat sederhana, yang dibeli tidak seenak buatan tangan sendiri.

[caption id="attachment_140692" align="aligncenter" width="547" caption="Spaghetti home-made"][/caption]

Jadilah pada minggu pertama saya berada disana, saya belajar langsung dari pakar yang berusia 86 dan 84 tahun (ibu dan bibi Donna) tentang bagaimana cara membuat spaghetti beserta saosnya. Termasuk bola-bola daging (meatball) dan sosis. Nah, tentang belajar membuat lasagna sebenarnya adalah by accident. Gara-gara ketiduran saat membikin spaghetti sehingga adonan mengeras dan tidak bisa di buat menjadi spaghetti lagi. Namun, kedua nenek tidak kehilangan akal, mereka menjadikan adonan tersebut lasagna. Dan jadilah saya belajar resep yang kedua,..walaupun by accident…hehehe.

[caption id="attachment_140709" align="aligncenter" width="300" caption="Lasagna by incident"][/caption]

Pada saat pesta, saya baru melihat sendiri bagaimana keluarga Italia yang sangat kuat kekeluargaannya. Awalnya saya pikir itu hanyalah difilm dan buku-buku saja. Namun ternyata mereka memang sangat kuat kekerabatannya. Hari itu, rumah Donna dan Roser dipenuhi oleh keluarga dari empat generasi.

Dan hal unik lainnya adalah keluarga itu sebagian besar dari mereka menikah dengan native Canadian, yaitu Indian. Ada yang menikah dengan suku Mohawk, suku Hurons dan Cree. Dengan beragam suku ini menjadikan semuanya berbicara dalam bahasa Inggris yang tentu saja memudahkan saya dalam mengerti percakapan mereka. Walaupun mereka sudah menetap lama di Quebec, sebagian besar tidak fasih berbahasa Perancis, bahasa resmi Quebec.

Pada saat makanan disajikan, semua keluarga yang berjumlah sekitar 30-an duduk dimeja. Hidangan disajikan diatas meja panjang. Hidangannya adalah spaghetti beserta meatball, sosis dan lasagna. Hidangan ini ditambah dengan kehadiran roti (lagi-lagi buatan sendiri) dan butter (yang satu ini dibeli).

[caption id="attachment_140712" align="aligncenter" width="491" caption="Meatball"][/caption]

Kemudian secara bergantian semua berdiri dan mengantri untuk mengambil hidangan. Ketika giliran saya mengambil hidangan, semua tertawa karena jumlah yang saya ambil hanyalah 1/3 dari jumlah dipiring mereka. Saya mengedarkan pandangan, dan baru sadar bahkan anak-anakpun menyantap hidangan dengan porsi dua kali porsi saya. Padahal dengan hidangan yang saya ambil sudah membentuk gunung, ternyata gunung yg terbentuk baru merupakan bukit kecil jika dibandingkan dengan piring-piring lainnya.

Setelah semuanya duduk, maka acara makanpun dimulai dengan mengucapkan doa menurut kepercayaan masing-masing. Memang dalam keluarga besar ini beragam kepercayaan yang dianut, jadi merekapun faham kalau saya sebagai seorang muslim mempunyai pantangan-pantangan tertentu.

Dan sambil mengunyah makanan, mulut mereka tiada hentinya berbicara. Hingga hidangan utama ludes. Yang kemudian dilanjutkan dengan memotong kue ulang tahun. Pada bulan itu ada 4 orang yang berulang tahun. Sambil menikmati kue beserta kopi atau teh, permainan pun dilangsungkan. Permainan yaitu menebak dimanakah letak Indonesia. Dan, ada yang menebak Indonesia berada di sebelah Bali,..hehehe.. Donna kemudian memasang sebuah map berukuran 1.2 x 2.6 m, dan meminta saya menunjukkan dimana Indonesia serta kota kelahiran saya, Bukittinggi.

[caption id="attachment_140724" align="aligncenter" width="574" caption="Peta dunia yang ditempelkan diruang keluarga"][/caption]

Begitu saya menunjukkan dimana letak Indonesia, sebagian besar berkomentar, “Wow! You traveled accross half of the globe".

Sayapun kemudian diminta bercerita tentang Indonesia. Tentu saja kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk menjelaskan bahwa Bali adalah propinsi di Indonesia. Dan ekspresi kagum kembali keluar dari mulut mereka ketika saya terangkan bahwa Indonesia memiliki 17.000 pulau dengan 300-an suku. Apalagi ketika saya perlihatkan foto-foto di laptop tentang beberapa daerah yang sempat saya kunjungi di Indonesia. Beragam pertanyaan keluar dari mulut mereka tentang Indonesia. Mulai dari bahasa, agama, sampai politik. Tentu saja saya berusaha sebisa mungkin memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan saya.

Malam itu ditutup dengan acara membuka kado sebelum semuanya pamit pulang. Tak lupa saya berikan kenangan-kenangan berupa gantungan kunci yang sudah saya siapkan dari Indonesia. Gantungan kunci bergambar rumah adat Minang itu saya berikan kepada anak-anak kecil yang menyambutnya dengan seruan girang. Senang rasanya bisa bercerita tentang Indonesia walaupun hanya dilingkungan kecil. Mudah-mudahan semakin banyak yang mengenal Indonesia dengan segala keunikannya…J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun