Mohon tunggu...
Nana Suryana
Nana Suryana Mohon Tunggu... -

nana suryana. kini berkaca mata minus. berjiwa so’ muda mesti tampang tampak tua. masih betah tinggal di bandung. tiap hari keluyuran mengelilingi tiap sudut kota kembang bersama angkot dan damri. kalau pun sesekali ke luar kota, cuma bermodalkan ktp untuk naik kereta krd atau kelas ekonomi lain.\r\n\r\nkritikus, provokator, pengeluh, pelamun, pembual dan pemimpi nomor wahid. pembaca setia mahabharata, ramayana, karl marx, paulo freire, jurgen habermas, hasan hanafi, abed al-jabiri, gusdur, pramudya ananta toer, andrea hirata, wiro sableng, freddy, anny arrow, dan apa pun! bahkan sesobek koran pembungkus terasi belanjaan pagi.\r\n\r\npengidap insomnia yang akut. penikmat musik classic dan film kolosal. so’ romantic and puitis. sungguh tak punya selera. pemalas, jorok, urakan, norak, dan tak suka diatur. penghisap rokok djarum super bareng kopi mocacino di tiap pagi, saat mulut masih berbau mimpi. kini, tengah belajar untuk mencintai situasi apa pun.\r\n\r\nym = nana_suryana\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekerasan atas Kebebasan Beragama

23 Februari 2011   17:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:20 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika belakangan kita senantiasa mendengar adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh orang beragama, para birokrat, juga pejabat pemerintah, bukankah agamawan yang mengawal agama-agama lebih mulia turut berperang (jihad) melawan para koruptor?

Persoalan kemanusiaan yang menimpa negeri ini sebenarnya masih banyak. Oleh sebab itu, bukan sesuatu yang susah jika umat beragama hendak memberikan pelayanan yang tulus atas penderitaan rakyat di negeri ini. Soal gagal panen yang menimpa petani, harga sembako yang membumbung tinggi, kekeringan yang mulai melanda beberapa daerah, kemiskinan, kebodohan dan juga pengangguran. Belum lagi soal korupsi berjamaah yang dilakukan umat beragama.

Semua problem sosial ini sebenarnya dapat menjadikan umat agama untuk merekatkan tali silaturahim dan solidaritas religiusnya, ketimbang senantiasa memata-matai sesama penganut agama, lalu diserang dan diancam. Kerja kemanusiaan, sejatinya akan mengangkat derajat umat beragama itu sendiri ketimbang berperilaku kejam atas sesama penganut agama.

Tapi, jika agamawan tidak menganggap kasus korupsi yang dilakukan tokoh agama dan orang beragama sebagai masalah besar, dan masalah-masalah diatas sebagai penderitaan bersama, lalu apalagi yang bisa menjadikan umat bangsa ini bisa bersatu dalam mengatasi berbagai persoalan kemanusiaan yang terus menguntit di belakangnya?

Dengan kejadian yang menimpa bangsa ini, agaknya memang umat beragama di negeri ini belum bisa menghargai perbedaan paham teologis, sehingga dengan sendirinya kehidupan demokrasi dalam beragama masih merupakan mimpi belaka. Kemerdekaan beragama bukanlah gagasan yang telah riil adanya di tanah air, sebab nyatanya umat beragama lebih memilih jalan kekerasan dan pemaksaan dalam beragama.

Padahal sejatinya, bukankah kehidupan ini akan terasa lebih indah dan berwarna bila kita hidup berdampingan dengan damai, merayakan keragaman dalam keberagamaan? Hal yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan, bukan?

-----------------
Nana Suryana.
Cijagra, Jumat, 18 Februari 2011.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun