Disaat genting manusia baru berubah! quote itu aku culik dari sebuah film lupa judulnya, uhmm the earth still stood yups bener itu judulnya.
bingung dengan kalimat tersebut, baiklah aku akan bercerita.
Begini ceritanya. Jika memiliki tugas deadline baik itu tugas kuliah, kantor, lomba, atau apalah kebiasaan menunda-nunda sesempurna apapapun managemen kamu pasti pernah berusaha iseng untuk mencoba mendelay pekerjaan bukan? ada keasikan tersendiri rasanya menikmati siang sambil tidur dan memeluk bantal guling ditambah mmebaca novel atau buku yang sangat menarik, ah terasa indah dunia, namun apa yang terjadi menjelang deadline, gabuk sibuk dan bingung tak karuan. beruntunglah jika kamu mmeiliki otak genius atau selalu di dampingi oleh dewi fortuna, maka seolah ada keajaiban semua potensi dan kegeniusan yang ada di diri kamu akan keluar sempurna. Aku sering mengalami hal tersebut dan sering tkajub kalau dikejar deadline saja bisa sebagus itu hasilnya apalagi jika dikerjakan dengan sepenuh hati dan serius, berarti aku termasuk genius dunk hihi. (eh penulis dan pemilik blog boleh dan punya hak veto u narsis, dilarang palak).
Hanya saja acapkali rasa malas menghampiri sehingga semua potensi yang diberikan oleh Tuhan, tersia-siakan begitu saja. tak percaya percayalah! mau bukti? Albert Enstein pernah bilang ia hanya menggunakan 1 persen dari kemampuan dia saja, bayangkan 1 persen bo. kalau kita mempergunakan 7 persen saja kebayang ga bom apa yang akan kita ciptkan? negara mana yang akan kena getahnya (btw jangan Bom mulu ah, ga kreatif sekali yang 7 persen ini masak sama idenya dengan yang 1 Persen, lagian lihat tu Jepang mukanya udah sundek bersungut-sungut gitu, jangan sampai jepang lagi sasaran Bom atom hihi)
8 bulan yang lalu saat seminar pengurangan resiko bencana, ada sebuah kalimat bagus sederhana tapi luas sekali maknanya. Bapak yarmen dinamika bilang dari sebuah buku ia mengutip “bahwa bencana alam itu adalah sunnatullah, cara Tuhan untuk megeluarkan semua potensi, kekayaan alam yang dimiliki oleh perut bumi”
aku rasa tidak perlu panjang lebar menjelaskan makna tersebut, contoh nyata saja ketika gunung meletus berapa banyak mineral-mineral yang dikeluarkan dari perut bumi, malahan salah satu alasan mengapa penduduk di jawa yang bertempat tinggal di seputaran lereng gunung enggan untuk meninggalkan kampung halaman. Memang awalnya sangat menyakitkan, tapi lihatlah Tuhan selalu berbaik hati mineral, lava dan semua yang dikeluarkan dari perut gunung merapi tersebut sangat bernilai serta menyuburkan tanah. berapa banyak situs-situs atau peradaban masa lalu yang terkuak setelah terjadi gempa bumi, berapa banyak mineral yang berhasil ditemukan setelah musibah bencana alam terjadi. (insyaAllah kelak aku akan memaparkan lebih detail)
beranjak dari hal tersebut diatas, kemarin siang beberapa saat sebelum aku mengajar karena sedang sakit biasanya kebiasaan suka mengutak-atik benda kumat, apalagi aku kan sarjana sains (mulai deh narsis)
terisnpirasi setelah membaca buku Nenek hebat dari Saga jepang, lantas aku mikir saat mataku tertuju pada sebuah botol pelembab Olay kosong tak bertutup, lantas aku iseng memasukkan tisu berlembar-lembar tisue. Lantas karena sudah sangat mampat sekali didalam botol tersebut otomatis tisue tersebut melekat sangat dalam, sulit sekali untuk dikeluarkan dengan cara lembut. Akhirnya aku membelai botol dan mengajaknya jalan-jalan mengitari meja, ah ternyata ia tak mau berbaik hati tisu tersebut betah betul didalamnya. cara lembut dan dimanjakan tak mmebuatnya mengeluarkan isi tisu yang berguna itu lantas aku pun mengambil kesimpulan pake cara kekerasan hihi. Kejam yak! Lantas apa yang terjadi aku ketokkan kepalanya, tak ada reaksi tak putus asa aku buat badan botol jungkir balik lantas aku hantam pantat botol, ah masih keras kepala hingga akhirnya aku sungkurkan dan mem peh peh kan (peh itu bahasa aceh artinya memukul, aku suka sekali kata itu)telapak tanganku memengang penuh botol itu dan aku pun menghantamnya ke lantai, akhirnya pertahanan pun runtuh, tisu tersebut keluar dengan sempurna berbentuk bongkahan tisu.
Ahaiiii indahsekali. Nah apa pesan moral dari eksperimen tersebut? Acapkali itu adalah perumpamaan hidup kita sebagai manusia, jika hidup enteng saja tak ada tantangan semua tercukupi terpenuhi tak ada kendala dan badai dalam kehidupan yang seseorang akan begitu2 saja kadang ia tak sadar dan tak pernah tahu akan potensi sebenarnya yang dia miliki, hei Allah itu pemilik skenario paling luarbiasa, kalian pikir ketika seseorag dikirmkan kedunia ini tak ada bekal yang diberikan? ah seorang ibu saja kala anaknya akan pergi kesekolah atau akan piknik ataupun bepergian jauh pasti akan di berikan bekal.
Itulah hidup, cenderung ketika musibah datang menyapa hidup penuh goncangan dan nestapa kita seringkali menuduh Tuhan tak adil, tak menepati janji marah pada kehidupan. Padahal justru analoginya seperti tisue dan botol tadi, jika saat ini penuh dengan ujian itulah sunnatullah cara Alam semesta ini merubah kita menjadi sosok yang berharga agar tak sia-sia menepati bumi ini. Allah tak pernah ingkar jani. lihat saja betapa banyak sosok yang sekarang mendunia terkenal di undang keberbagai seminar dengan bayaran milyaran, bukankah dulunya mereka sangat miskin selalu berteman dengan kesulitan seolah sodara kembar yang tak mau terpisahkan, lihat saja Andrea Hirata, yang menjadi kuli di negeri sendiri di tanah kaya timah, Steve Job yang bahkan menjadi anak pungut namun ia mendunia dengan Applenya, Hellen Keller yang terlahir buta, bisu, tuli seolah2 terputus dari kebaikan dunia namun kelak kisah dia menjadi tabir ilmu pengetahuan tentang keajaiban telapak tangan hellen keller yang menulis belasan artikel mendirikan yayasan untuk anak-aak disabilitas, mampu membaca huruf Braile dalam beberapa bahasa, dan karya luarbiasa lainnya, Anne Ahira, Thomas Alva edison yang dicap anak Bodoh, Totto- Chan pemilik buku the lillte girl at the window, yang pernah dikeluarkan dari skeolah, Ippho Right, Asma nadia yang bahkan pernah merasakan hidup yang teramat memprihatinkan bonus lagi mengidap beberapa penyakit dan langganan operasi, masih banyak tokoh-tokoh lain yang kalian pasti bisa menyebutkan lebih banyak lagi. Kita punya kesempatan yang sama dengan mereka, hanya saja sekarang pilihannya adalah apakah kita betah dengan posisi sebagai penonton atau seperti mereka yang lebih memilih menjadi pemain pemeran utama dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H