Menemukanmu dalam kesederhanaan Diantara hingar bingar kota kembang Bukan mereka, yang gemerlap dan menggerogoti kesejahteraan. * Banyak waktu melangkah Siang yang terik dihajar matahari Dikelabui knalpot metromini, hingga angin malam di kota pelajar ini. ** Ibu membenci penampilanmu, 'Dekil, tak karuan!' Aku mencintaimu, 'Aku nyaman bersamamu'. Ibu bahkan menyodoriku penggantimu. Singkat saja aku dengannya, tak sengaja ku telantarkannya di kebun milik seorang kawan bernama Syam Sungguh aku tak tahan dengan dia, terjerembab selokan di Pasar Pelelang Ikan di Pelabuhan Ratu, sungguh busuk baunya! Mau tak mau aku kembali ke peraduanmu Maaf Ibu, tapi buatku tetap kamu yang nomor satu! *** Aku menatapmu nanar, masih dengan kesederhanaan membalutmu. Sungguh tegar kamu menghantam badai, hujan, dan terik. Jalan beraspal, lantai marmer arena socialita, kerikil tajam hingga aliran sungai dan lumpur berkelana. Bertahun bersamamu, layaknya jari dan kuku. **** Oh Butut, Waktumu mungkin tlah tiba, Berita yang akan membuat Ibu lega. Akibat perbuatan Blekky yang durjana Mengira kamu adalah tempat buang hajatnya! [caption id="attachment_69974" align="aligncenter" width="300" caption="After 4,5 Years of Unforgettable Comfort, RIP Bututku!"][/caption] ------------------------------------- Untuk Paman Syam, maafkan jika mencium aroma busuk sedikit amis, itu karena sepatuku yang baru tertinggal didekat pondokmu ketika KKN dahulu. Uuuups. Hahahaha.. Adityo, Fikri, Ayo, waktunya pengakuan dosa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H