Mohon tunggu...
Nampati Ginting
Nampati Ginting Mohon Tunggu... -

Pada akhirnya, yang tersisa dari hidup hanyalah cerita dan dongeng tentang mu, tentang ku, tentang nya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpulangnya Reformasi

26 September 2014   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:24 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhirnya Koalisi Merah Putih(KMP) menang. Pemilihan kepala daerah kini menjadi hak DPRD, bukan lagi rakyat. Sakit hati KMP akibat Pilpres lalu sedikit terobati. Dan Prabowo/Gerindra sebagai pemilik KMP bisa bernafas lega, setidaknya untuk sementara ini karena KMP masih solid.

Tak lama lagi KMP dapat segera memainkan kuasanya. Seperti diketahui, DPRD dan DPRD memang dikuasai oleh KMP. Jadi, koalisi Jokowi hanya memegang pemerintahan pusat. Dengan kemenangan itu, daerah yang selama ini sulit "diatur" oleh pusat, akan lebih sulit lagi "dikendalikan" oleh Jokowi.

Akibatnya tentu mudah ditebak, janji-janji Jokowi yang akan diimplementasikan lewat program-programnya diharapkan akan mengalami gatot, alias gagal total. Dan akhirnya, pemerintahan akan kehilangan muka di mata rakyat. Salut buat KMP !

Kemenangan Prabowo dan konco-konco ini adalah kekalahan rakyat, sekaligus sebagai hukuman karena tidak mempercayai Prabowo dkk pada Pilpres yang lalu.

Kini rakyat yang dikatakan sebagai yang berdaulat, ibarat seorang laki-laki yang dijatuhi hukuman kebiri gaya Mesir kuno. Atau juga sebagai Ibu si Malin Kundang. Para anggota DPR, khususnya yang bercokol di KMP dan di Demokrat, yang dilahirkan, didoakan dan dijunjung menjadi saudagar kaya sekarang tanpa segan menendang sang Ibu. Kedaulatan rakyat memang cuma dongeng belaka.

Di samping KMP ada Partai Demokrat yang "sukses besar" dalam menampilkan sandiwara nya. Demokrat yang sejak awal memang mendukung Pilkada lewat tangan DPRD, namun karena jelas-jelas mayoritas rakyat menghendaki pemilihan langsung, yang dikuatkan oleh hasil survei lembaga survei yang menyatakan 80% lebih masyarakat menginginkan pemilihan langsung, maka partainya SBY ini kemudian menciptakan sebuah drama/sandiwara berjudul opsi ke 3. Opsi yang sejak awal sudah dipastikan tidak akan diterima. Demokrat merasa bisa "bersembunyi" di balik pertunjukan picisan seperti itu.

Tetapi rakyat tidaklah sebodoh yang dikira. Masyarakat dapat melihat dengan terang-benderang Kemunafikan partai demokrat ini. Mulutnya berkata mengutamakan kepentingan rakyat, tetapi hati dan tindakannya menunjukkan sebaliknya. Seperti halnya KMP, Demokrat pun sedang "menghukum rakyat" atas tindakannya membuat jeblok kursi mereka di DPR dalam Pileg yang lalu. Keluarnya Demokrat dalam voting tadi malam sengaja dibuat untuk memuluskan langkah KMP.

Begitulah, rakyat tetaplah hanya rakyat. Posisinya tetap saja di bawah dan ditakdirkan cuma sebagai kuda tunggangan bagi segerombolan orang yang haus kuasa.

Reformasi yang diperjuangkan dengan darah dan nyawa, di tangan orang yang haus kekuasaan tidak punya nilai apa-apa. Karena, yang mati dan berdarah-darah itu bukan mereka. Selamat jalan reformasi, kami cuma sanggup mendoakanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun