Mohon tunggu...
Desi Namora
Desi Namora Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Belajar Bisnis

Menikmati hidup dengan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Peran Guru dalam Mencerdaskan Anak Bangsa

22 November 2014   06:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Di tangan gurulah martabat sebuah bangsa dipertaruhkan
Di tangan gurulah jatuh bangun bangsa digadaikan"

Sosok seorang guru sudah sangat akrab dalam kehidupan kita. Pahlawan tanpa tanda jasa ini begitu besar perannya dalam kehidupan. Mengantarkan anak didik lewat baktinya menuju pintu gerbang masa depan. Mendampingi anak didiknya untuk menyongsong cemerlangnya masa depan.

Profesi ini menjadi salah satu profesi yang dipuji sepanjang masa dan sepanjang hayat.  Banyak kebaikan yang tertumpuk dalam kehidupannya. Dan dengan jiwa pembaharunya, ia membagikan ilmu tersebut kepada orang banyak. Ilmu disampaikan dan diturunkan secara turun temurun yang dapat berimbas ke kehidupan keluarga dan lingkungan sekitar. Guru dimanapun ia berada akan selalu menjadi sosok panutan.

Ilmu yang berkah adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak. Dengan kata lain, banyak orang yang merasakan keuntungan setelah menggunakan ilmu yang telah guru  bagi. Bnayak manfaat yang akan meluas seperti efek domino atas peran dan ilmu yang dibagi oleh seorang guru.Berbagi dengan cara menyampaikannya secara langsung kepada yang membutuhkan akan hanya berhenti pada si penerima itu saja dan saat itu saja. Keberlanjutan manfaat ilmu itu akan menjadi terhenti. Berbeda jika seorang guru mengaktifkan diri dengan kegiatan menulis. Efek manfaat jangka panjang akan menjadi efek domino manfaat lintas generasi. Disinilah peran pentingnya seorang guru harus menulis.

Akan sangat berbeda efek yang dihasilkan , jika guru tidak menulis. Ada banyak kekurangan disana sini  yang akan terjadi jika suatu ilmu disampaikan oleh si penerima ilmu.  Biasanya akan  selalu ada kekurangan beberapa persen informasi  jika disampaikan oleh penyampai kedua. Disinilah pentingnya guru untuk turut mengambil peran ganda dalam menyebarkan ilmunya lewat tulisan.

Setelah menyampaikan ilmunya secara langsung, seorang guru juga penting untuk menuliskannya kembali baik di media cetak atau media elektronik. Saat guru berperan aktif dalam menuliskan ilmu yang dimilikinya, disinilah peran guru untuk menjadi panutan lintas generasi menjadi terwujud.

Dengan menulis, ilmu yang dimilikinya tidak hanya bermanfaat untuk satu atau dua generasi, tetapi juga dapat bertahan sepanjang hayat dan sepanjang masa kehidupan di bumi. Betapa banyak guru-guru terdahulu yang telah menuliskan ilmu yang dimilikinya dan kita dapat merasakan manfaat ilmu tersebut hingga kini. Sebut saja, Buya Hamka, beliau sudah meninggal 33 tahun yang lalu. Tiga puluh bukunya sudah menghiasi cakrawala kehidupan. Kita dapat dengan mudahnya menyerap ilmu yang dimiliki lewat buah pikir beliau yang sudah dibukukan.

Dengan menulis, ilmu yang disampaikan langsung disampaikan oleh si pemilik ilmu, sehingga ilmu yang disampaikan juga dapat tersampaikan dengan sempurna. Kualitas ilmu yang dibaca adalah valid. Tidak ada keragu-raguan yang ditimbulkan saat memperoleh ilmu tersebut.

Guru dapat berbagi tulisan tentang apa saja, mulai dari panduan  menyelesaikan soal sesuai bidang, panduan menghadapi anak didik yang nakal, panduan saat pengalaman pertama berada di ruang kelas, atau sekedar sharing cerita unik saat sedang mengajar. Semua jenis cerita tersebut tentu akan menjadi bahan yang menarik untuk dibaca baik oleh guru maupun anak didik.

Menulis adalah pekerjaan yang tidak jauh dari dunia guru. Jika biasanya guru menyampaikan ilmunya lewat kemampuan berbahasa, lewat menulis, guru menyampaikan ilmunya dengan mengubah bahasa ke dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut bisa diabadikan dalam bentuk buku (media cetak) atau artikel (di media elektronik). Di era digital ini, guru juga dapat mengambil peran untuk turut menggunakan teknologi dan menjadikannya salah satu media untuk lebih banyak berbagi. Banyak sosial media yang tersebar di kalangan anak muda, misalnya facebook atau twitter yang banyak digandrungi remaja sekarang. Sosial media yang dapat dimanfaatkan untuk menuliskan sebuah cerita inspiratif, berbagi quote, berbagi ilmu lewat kuis bisa saja dilakukan.

Sukanto Tanoto,  adalah satu dari sekian banyak philantropi Indonesia untuk memanfaatkan waktu terus berbagi ide dan inspirasi. Beliau adalah sosok yang terus berjuang secara aktif  untuk membantu meningkatkan kesejahteraan manusia. Beliau menjadi sebuah contoh nyata bahwa ada saja hal yang bisa kita lakukan untuk bermanfaat bagi orang lain, khususnya pendidikan. Kiprahnya merupakan wujud kepedulian yang teramat tinggi terhadap sesama agar keluar dari cengkraman buta pendidikan.

Yang  bisa dilakukan guru lewat menulis untuk membantu mengalihkan pehatian anak didik dari pengaruh negatif dunia digital, misalnya,

1.Menuliskan 10  impian di buku impian

Guru mengajak anak didik untuk bersama-sama menuliskan impian yang ingin dicapai oleh   setiap 3 bulan di dalam sebuah buku impian. Buku impian tersebut dibuat sesuai dengan keinginan dan kreatifitas anak didik sendiri. Setelah 3 bulan diadakan evaluasi terhadap buku impian tersebut, apakah seluruh impian sudah tercapai  atau belum. Impian yang belum tercapai, dievaluasi bersama antara kedua belah pihak, guru dan anak didik yang bersangkutan, hal apa yang menjadi kendala terhambatnya impian tersebut.

2.Menggunakan akun facebook dan twitter sebagai media interaksi dengan anak didik

Guru memiliki akun facebook dan twitter dan aktif disana. Guru bisa menambahkan anak didiknya untuk menjadi teman di dunia maya. Untuk menarik perhatian anak didik secara positif, guru bisa memberikan tantangan, misalkan: berupa melemparkan soal dan meminta anak didik untuk  menjawab dan  menyelesaikan soal tersebut. Anak didik yang berhasil menjawab soal, akan diberikan reward dari guru. Selain itu, guru bisa menuliskan quote-quote atau kata-kata motivasi di notes facebook dan men-tag tulisan tersebut ke anak didik untuk menjadi bahan renungan atau media pengingat untuk anak didik.

3. Menjadikan facebook sebagai media tanya jawab

Facebook sudah sangat menggurita  di kehidupan anak zaman sekarang. Dari hal tersebut, guru dapat memanfaatkan facebook untuk menjadi media lebih dekat dengan siswa. Guru dapat membentuk group komunitas di suatu sekolah lewat facebook. Setiap anak bisa memilih masuk lewat grup komunitas mana yang ia sukai. Misalnya saja lewat group komunitas yang konsen untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, fisika, matematika, atau grup komunitas kerajinan tangan, atau yang lainnya. Setiap grup komunitas tersebut dikelola secara aktif oleh guru bidang, dan anak didik yang tidak berperan secara aktif akan diberikan sanksi berupa tambahan tugas sekolah.

Lewat sumbangsih tersebut, semoga tulisan sang guru dapat mengalihkan dunia sang anak didik. Semoga seluruh guru Indonesia semakin aktif dan kreatif untuk sering menulis dan berinteraksi di dunia anak didik, sehingga cita-cita untuk mencerdaskan anak bangsa bukan sekedar tertulis sebagai hiasan di dalam undang-undang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun