Perawat bukanlah sekadar profesi atau seseorang yang merawat pasien dari kondisi sakit menjadi pulih fisik dan psikologis. Pelayanan kesehatan yang efektif memerlukan adanya hubungan yang bermakna antara perawat dan pasien selama proses penyembuhan. Hubungan yang memiliki makna dan keeratan ini menghasilkan kesejahteraan psikologis, emosional yang baik, serta mempercepat proses pemulihan pasien. Wujud hubungan tersebut didapatkan dari komunikasi terapeutik yang diimplementasikan oleh perawat. Komunikasi terapeutik menjadi kompetensi yang wajib dikuasai oleh setiap perawat. Penerapan yang dilakukan secara tepat dan efektif akan meningkatkan rasa kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit dan tercapainya tujuan asuhan keperawatan, yaitu kesejahteraan pasien.
Peran komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Komunikasi biasa hanya melakukan proses pertukaran informasi antara satu sama lain, sedangkan komunikasi terapeutik adalah wujud kemampuan perawat untuk membantu pasien beradaptasi baik saat pasien mengalami gangguan stres, psikologis, dan membantu mengatasi masalah pasien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran (Stuart, G. W., 2013). Sikap profesionalisme dari seorang perawat tidak hanya tercermin dari keterampilan praktik, tetapi juga keefektifan dari kemampuan untuk berkomunikasi dengan sikap empati dan peduli yang tinggi. Komunikasi terapeutik dapat membantu pasien memahami bagaimana kondisi kesehatan mereka dan mengurangi rasa cemas.
Praktik keperawatan yang efektif memerlukan pemahaman yang tepat mengenai aspek verbal dan nonverbal dalam implementasi komunikasi terapeutik. Sekitar 75% keberhasilan komunikasi terapeutik ditentukan oleh bagaimana perawat mampu dalam melaksanakan kedua aspek tersebut dibuktikan dari riset yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito (Wijaya et al., 2022). Kedua aspek ini mengharuskan perawat mampu menggunakan bahasa yang empatik seperti memahami apa yang dirasakan oleh pasien, mendengarkan secara aktif, serta menunjukkan kepedulian pada pasien melalui gestur yang tepat. Setelah mampu mengimplementasikan keterampilan tersebut, lingkungan yang terapeutik akan mudah tercipta yang dapat mendukung proses penyembuhan pasien.
Penerapan komunikasi terapeutik tentunya memiliki berbagai tantangan dan hambatan yang kompleks di era digital yang serba maju. Setelah diidentifikasi, beberapa hambatan utama yang sering dihadapi oleh perawat adalah keterbatasan waktu antara waktu bekerja dan istirahat, beban kerja yang tinggi, dan keragaman latar belakang pasien (Setiawan & Putri, 2023). Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah penggunaan pendekatan CARE (Compassion, Attention, Respect, Empathy) yang telah terbukti dapat meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik hingga 85% saat berada di situasi kerja yang padat.
Komunikasi terapeutik menjadi salah satu wujud bentuk profesionalisme yang diterapkan oleh setiap perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan. Keterampilan komunikasi ini tidak dimiliki oleh setiap orang, sehingga peran perawat sangat penting dalam proses pemulihan pasien. Hasil dari hubungan yang telah dibangun oleh perawat dan pasien dapat meningkatkan kualitas perawatan yang akan mempertahankan standar pelayanan yang tinggi  di rumah sakit dan meningkatkan rasa kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, perawat harus mampu mengatasi masalah tersebut agar tercapainya tujuan dari komunikasi terapeutik. Dengan demikian, komunikasi terapeutik menjadi sebuah kewajiban etis yang dilakukan perawat demi terwujudnya lingkungan yang nyaman bagi pasien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H