Mohon tunggu...
Namira Indira
Namira Indira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Family Oriented

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Agama dalam Profesi Keperawatan

17 Desember 2021   23:36 Diperbarui: 17 Desember 2021   23:37 9796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perawat sudah terdengar tidak asing di telinga khalayak ramai. Perawat mengemban tugas yang penting dalam rantai kesehatan. Perawat juga serta merta dituntut untuk terus mengembangkan sikap, etika dan moral yang baik ketika bertemu dengan klien. Karena dalam praktiknya, perawat akan mengasuh klien dalam segi bio-psiko-sosiokultural dan spiritual. Dalam hal ini, kita perlu mengusahakan dengan ilmu dan praktik untuk mampu mencapai profesionalisme yang tinggi. Tak hanya itu, perawat pun perlu meningkatkan sisi spiritual yang mereka yakini sebagai syarat dari salah satu pembentukkan karater diri yang dibentuk sejak lahir. Terdapat beberapa agama yang diyakini di Indonesia antara lain kristen protestan dan katholik, islam, hindu, buddha dan kong hu cu. Agama menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki bagi Warga Negara Indonesia (WNI). 

Perawat tidak bisa dipisahkan dari asuhan keperawatan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kaca mata spiritual sebagai bagian yang terstruktur dari hubungan perawat dengan klien. Bagi perawat sendiri, perbedaan spiritual, keyakinan dan agama merupakan satu dari sekian hal penting yang wajib untuk dipahami yang mana bertujuan agar mampu terhindar dari kesalahpahaman dan juga menjadi pendekatan bagi perawat dengan klien.

Konsep spiritualitas adalah salah satu konsep ekslusif yang dipercayai pada setiap individu. Manusia menjadi makhluk yang memiliki aspek spiritual yang disebut sebagai kecerdasan spiritual.

Hal ini sangat menentukan kebahagiaan hidup suatu individu, sebab agama adalah suatu hal yang semestinya bisa kita pilih sesuai dengan hati nurani tanpa paksaan dari siapapun. Sehingga kita mampu menjalaninya dengan ikhlas dan bahagia. Vardey mengatakan bahwa agama dapat disebut beraturan apabila dapat memberi beberapa hal, diantaranya:

  • Terdapat rasa terikat antar individu yang berkeyakinan sama
  • Melaksanakan kajian dengan membahas kitab suci yang dipercaya oleh masing-masing agama seperti kitab suci yaitu al- quran, taurat, injil dan zabur
  • Melakukan ritual keagaaman, seperti penggunaan vak dan praktik, firman dan sakramen. Adapun menjaga jiwa individu dari hawa nafsu contohnya puasa, berdoa serta meditasi

Di Indonesia umumnya penerapan ritual agama zaman dahulu dikaitkan dengan realitas kehidupan, seperti berlangsungnya kelahiran, pernikahan, penyakit, dan kematian.

Pedoman dalam beragama sangat mampu mempengaruhi budaya yang diterapkan di aktivitas sehari-hari, seperti cara berpakaian, jenis makanan, cara berinteraksi sosial, menstruasi dan hubungan seksual.

Kepercayaan spiritual menjadi kepentingan manusia dengan menyeluruh yang dapat terbentuk ketika seorang perawat telah memiliki kemampuan memenuhi asuhan keperawatan dengan mengedepankan sudut pandang spiritual klien yang menjadi bagian dari kebutuhan menyeluruh pasien yaitu mahluk yang unik dan utuh.

Adapun penerapan dari praktik spiritual yang dapat memengaruhi asuhan keperawatan, diantaranya yaitu:

  • Kitab Suci                           

Salah satu syarat berdirinya suatu agama adalah memiliki kitab suci sebagai pedoman dari keyakinan dan perilaku yang mempercayainya. Umumnya, kitab dipercaya sebagai firman Sang Pencipta dan umumnya ditulis oleh Nabi atau Khalifah. Umat yahudi mempercayai kitab suci tamud dan taurat , umat kristiani memiliki kitab suci Injil, umat muslim mempunyai al-quran sebagai kitab suci dan umat hindu mempunyai kitab suci atau weda serta buddha mempercayai ajaran yang tertera di tripitaka. Umumnya, apa yang ditetapkan dalam kitab suci menetapkan hukum suatu agama dalam bentuk peringatan maupun peraturan dalam menjalani kehidupan. Hukum keagamaan ini kemudian dapat diinterpretasi dalam beberapa cara serta dapat menjadi pengaruh bagi keinginan klien untuk menerima anjuran penanganan. Contohnya adalah larangan melakukan transfusi darah di ajaran saksi Jahovah.

Individu umumnya mendapat keteguhan serta asa yang lebih setelah membaca buku yang membahas agama atau kitab suci dalam kondisi sakit atau saat krisis. Pada contoh terdapat beberapa kisah keagamaan yang kenyataannya mampu memberikan ketenangan bagi pasien adalah kepedihan Nabi dan Rasul. Disamping itu, kitab suci yang dipercayai umat yahudi dan kristiani tertera pada perjanjian baru ketika Yesus melakukan penyembuhan kepada masyarakat yang berjuang menghadapi penyakit fisik maupun mental.

  •  Berdoa dan Meditasi

Seseorang mampu memasang atau menggunakan tanda maupun patung keagamaan sebagai penasihat diri terhadap kepercayaan mereka maupun sebagai area personal dalam meditasi dan sembahyang. Pada contoh bagi pasien yang direncanakan akan dirawat inap atau  menjalani terapi pengobatan dalam jangka panjang diberikan izin untuk membawa, memakai atau memajang simbol yang mengisyaratkan tentang keyakinan spiritual mereka (Gill, 1987). Beberapa orang zan dengan arti  tersebut. Sementara, doa dan beribadah menjadi hal yang mewajibkan individu untuk berkeyakinan kepada Tuhan ataupun entitas spiritual. Hal ini tidak dapat dimiliki setiap individu ketika memanjatkan doa. Sementara itu, segelintir individu menganggap doa adalah suatu fenomena semesta yang tidak menajadikan suatu hal wajib untuk mempercayai keyakinan. Tidak semua agama mempunyai kumpulan doa-doa yang dicetak menjadi suatu buku doa, contohnya yaitu Buku Doa Umum gereja Anglikan dan juga Missal yang berada di gereja katolik. Beberapa doa keagamaan berkaitan dengan kausa kepercayaan. Seperti yang dilakukan oleh umat kristiani, mereka meyakini bahwa doanya akan sampai kepada Yesus, dan menurut umat islam manusia paling mulia adalah Muhammad SAW. Bagi beberapa agama ibadah adalah suatu kegiatan yang menjadi kewajiban untuk dilakukan setiap harinya, namun ada juga yang menetapkan waktu spesifik untuk beribadah dan berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun