Mohon tunggu...
Namira Fauziah
Namira Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa

Hobi menulis kisah-kisah unik yang terjadi di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membuka Dunia Baru lewat Bahasa Korea: Perjalananku Bersama K-Pop dan Drakor

1 Februari 2025   11:00 Diperbarui: 1 Februari 2025   11:03 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Belajar bahasa baru berarti membuka dunia baru.”

Aku selalu percaya akan hal ini. Bahasa bukan cuma alat komunikasi, tapi juga pintu gerbang menuju wawasan, budaya, dan pengalaman baru. Aku sendiri merasakan bagaimana dunia baru itu terbuka saat mulai mengenal Korea melalui K-Pop dan drakor.

Korean Wave atau Hallyu pertama kali menerjangku sekitar tahun 2016, saat aku masih SMK. Sebelumnya, aku tentu pernah mendengar nama-nama besar seperti Super Junior dan SNSD, tapi cuma sebatas itu saja. Aku tidak sampai tertarik untuk mencari tahu lebih jauh sampai suatu hari, saat menjalani PKL, salah satu pegawai di tempatku magang sering memutar lagu BTS. Di sisi lain, temanku di sekolah juga mulai “meracuniku” dengan EXO. Dari sana, aku pun mulai kepo hingga akhirnya rasa penasaranku merembet untuk mengenal grup lain seperti TWICE dan BLACKPINK. Lalu tahu-tahu saja, aku sudah jadi bagian dari lautan penggemar K-Pop.

Bukan cuma musik, aku juga jatuh cinta pada drama Korea. Di tahun itu, Descendants of the Sun sedang booming, dan aku ikut menontonnya. Dari sana, aku mulai maraton berbagai genre, dari romance hingga thriller. Namun, ada satu hal yang menghambatku menikmati konten-konten ini: aku sama sekali tidak mengerti bahasa Korea.

Dari Salah Dengar ke Keinginan Belajar

Mulanya, bahasa Korea terdengar asing dan sulit buatku. Mirip-mirip bahasa Mandarin, deh. Aku jadi sering salah dengar, misalnya saat tokoh di drama mengatakan “nugu?” (siapa?), aku mendengarnya sebagai “dugu?”. Ketika mereka bilang “johahae” (suka), di telingaku terdengar seperti “cuahe”. Bahkan menulis nama idol favorit saja aku bingung karena aksara Korea (hangul) sangat berbeda dari alfabet yang biasa kugunakan.

Rasa penasaran lalu mendorongku untuk belajar. Aku memulainya dengan yang paling sederhana: belajar huruf hangul supaya bisa membaca dan menulis nama dengan benar. Memang agak susah, tapi pelan-pelan aku mulai bisa membedakan huruf dan membaca kata-kata sederhana. Walau masih jauh dari fasih, setidaknya aku tidak lagi hanya melihat tulisan Korea sebagai sekumpulan simbol asing yang tak kupahami.

Belajar dengan Cara yang Menyenangkan

Perjalananku belajar bahasa Korea sempat tersendat karena kurangnya motivasi. Namun aku bertekad untuk bisa menikmati konten K-Pop dan drama tanpa bergantung pada subtitle. Makanya aku mencoba mencari cara belajar yang menyenangkan supaya tidak mudah bosan apalagi merasa terbebani.

Untungnya, di era digital ini, banyak sekali sumber belajar gratis. Video tutorial di YouTube, materi belajar di situs bahasa Korea, bahkan konten dari akun-akun edukatif di media sosial. Aplikasi macam Duolingo pun tak luput membantuku menambah kosakata dengan cara yang interaktif. Bahkan, tanpa kusadari, lirik lagu K-Pop yang sering kudengar menjadi “kamus” pribadiku.

Lambat laun, aku mulai memahami beberapa dialog dalam drama tanpa harus membaca subtitle. Benar-benar mengejutkan. Meski cuma satu-dua kalimat, ada kebanggaan tersendiri sebab aku betulan memahami artinya, bukan cuma menghafal suaranya. Di situlah aku tersadar bahwa belajar bahasa memang bisa membuka dunia baru—dunia di mana aku tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga seorang pembelajar aktif.

Jadi ingat karakter duyung yang diperankan Jun Ji Hyun di drama Legend of the Blue Sea. Dia bisa paham bahasa Korea cuma bermodal menonton dan menghafal dialog dalam drama semalaman suntuk. Pasti bakal keren kalau aku juga bisa begitu, hihi.

Mimpi dan Harapan di Masa Depan

Hingga detik ini, aku memang masih belum lancar berbahasa Korea. Namun, semangatku untuk belajar tak pernah surut. Semoga suatu hari nanti, aku bisa benar-benar menguasai bahasa ini—bukan cuma untuk menikmati hiburan tanpa subtitle, tapi juga untuk berkomunikasi dengan orang Korea, memahami budaya mereka, dan mungkin berkesempatan mengunjungi negeri ginseng dan merasakan langsung kehidupan di sana jika tiba waktunya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun