Mohon tunggu...
Naminist ...
Naminist ... Mohon Tunggu... -

Naminist Penulis yang lahir saat Halloween. Menyukai hal-hal yang penuh misteri dan petualangan dengan alam. Selain membaca dan menulis kata, juga senang membaca dan menulis angka. Tuberose yang bermekaran di malam hari dan gemintang yang bertaburan di langit malam adalah sahabatnya. Penyuka warna sepia, magenta, dan hitam ini, selalu mewarnai harinya dengan mendengarkan musik. Saat ini beberapa cerpennya telah dimuat di majalah GADIS, majalah STORY, majalah SAY!, Tabloid Keren Beken, Youngs Magazine, majalah anak-anak IMUT, koran RADAR Banten, serta buku antalogi GILALOVA #3, Para Guru Kehidupan, dan The Dark Stories. Silakan mampir ke blognya yang sederhana di naminist.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hiii..., Pocong Malam Minggu

18 Desember 2010   14:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:37 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1292728087736029962

Biasanya kan pocong itu keluar malam jum'at kliwon. Nah, pocong zaman sekarang malam mingguan juga, lho... Oya? Baca aja kalau nggak percaya...

Bagaimana aku bisa tenang? Dari tadi perutku keroncongan. Kini alunannya tak  lagi keroncong, berubah aliran. Mulai dari dangdut, hiphop, rock, metal, sampai emo. Haduh, selingkuhan baruku lama sekali menjemputku. Katanya mau mentraktirku makan dan nonton di malam minggu ini.

Setia sekali aku menunggu. Di bawah pohon beringin depan lapangan bola. Di sini tempat biasa kami janjian. Walau kami bertetangga, aku dan dia backstreet takut ketahuan ortu. Dia kan sudah punya tunangan yang tinggal sementara di luar negeri (TKW ilegal). Aku juga demikian. Bedanya pacarku ada di luar kota (tukang bangunan). So, daripada sepi ditinggal kekasih, kenapa tidak?!

Ups, apa nih kresek-kresek. Jadi takut. Tenang, sekarang kan sabtu malam alias malam minggu. Jadi semua hantu pada weekend. Bukan makhluk kasar saja lho yang weekend, makhluk halus pun butuh hiburan.

“Baaa...,” Pino mengagetkanku dari belakang.

“Kamu ini. Jantungku hampir copot, tahu!” ketusku.

“Kita pacaran di sini aja, ya...” pinta Pino.

“Banyak nyamuk, tahu!” tolakku.

Pino yang bernama lengkap Pinokio itu meneliti isi dompetnya. Dompetnya lumayan tebal, isinya uang, kartu kredit, atau tagihan utang ya? Aku menunggu keputusan darinya. Tapi tetap kekeh menagih janjinya untuk mentraktirku.

“Uangku cuma segini...” Pino memamerkan isi dompetnya. Halah, ternyata isinya tagihan utang dan uang recehan. Pantas saja tebal. Maklum, Pino kondektur mayasari bakti yang rajin menabung dan tidak sombong.

“Ya udah, yang murah aja. Es pocong di pinggir jalan juga enak,” ujarku semoga bisa menjadi solusi terbaik.

“Ok. deh, kalau begitu. Cabut...” senyum Pino mengembang penuh kemenangan. Dasar nggak modal, mentraktir es pocong habis berapa sih?

Baru saja aku berdiri dan belum beranjak pergi, seperti ada yang menyentuh pundakku. Awas Pinokio kalau berani macam-macam. Bukan saja hidungnya yang akan mancung ke dalam, tapi wajahnya juga akan bonyok sekalian. Aku segera menoleh.

“Hah, itu kan pocong malam minggu! Kabur...” kutarik tangan Pino dan berlari sekencangnya.

Pino benar-benar menepati janjinya buat mentraktir makan dan nonton. Makan es pocong dan nonton pocong sampai kami lari terbirit-birit. Alamak, nggak lagi-lagi deh selingkuh sama orang macam Pino.

***

Kunjungi blogku di www.naminist.co.cc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun