Mohon tunggu...
Naminist ...
Naminist ... Mohon Tunggu... -

Naminist Penulis yang lahir saat Halloween. Menyukai hal-hal yang penuh misteri dan petualangan dengan alam. Selain membaca dan menulis kata, juga senang membaca dan menulis angka. Tuberose yang bermekaran di malam hari dan gemintang yang bertaburan di langit malam adalah sahabatnya. Penyuka warna sepia, magenta, dan hitam ini, selalu mewarnai harinya dengan mendengarkan musik. Saat ini beberapa cerpennya telah dimuat di majalah GADIS, majalah STORY, majalah SAY!, Tabloid Keren Beken, Youngs Magazine, majalah anak-anak IMUT, koran RADAR Banten, serta buku antalogi GILALOVA #3, Para Guru Kehidupan, dan The Dark Stories. Silakan mampir ke blognya yang sederhana di naminist.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masih Adakah Satu Bintang yang Tersisa?

18 Desember 2010   01:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia..., ingin sekali berada di puncak bianglala sepanjang malam. Biar bisa melihat bintang-bintang itu dalam ketinggian. Sesekali tak apa bila harus berputar. Berada di atas kuda komidi putar. Terus berputar tanpa henti. Atau mencari jalan dalam rumah gelap yang penuh cermin. Atau naik-turun histeria dan berteriak sekencangnya. Atau basah kuyup kena air terjun niagaragara. Atau..., semuanya. Dia ingin sekali ke sana. Apa tempat itu lebih menyenangkan daripada surga? Tuhan, ada apa dengannya... Ada apa? Apa yang sedang dia cari? Dirinya hampir lenyap dalam pekat malam. Menggapai apa pun yang bisa menyelamatkannya dari titik yang akan menghancurkannya tanpa ampun. Hancur berkeping-keping hingga tak bisa kukenali. Titik itu sangat kecil, namun dia bisa mati karena gaya tariknya yang terlampau besar. Hingga akhirnya tak bisa lagi kembali ke bumi. Dia terlihat sangat takut! Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Namun kurasa, kegilaan itu sudah merasukinya. Dia tak bisa dapati dirinya sendiri. Seakan jiwa dan raganya terpisah jauh... Kunjungi blogku di www.naminist.co.cc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun