Mohon tunggu...
Jony Smith
Jony Smith Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Fresh Graduated Fisika Instrument (S.Si) dari PTN Medan, Lg cari Beasiswa untuk lanjut S2.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen = Buku yang Berbicara?

7 April 2012   23:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lanjutan dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/08/pendidikan-dan-disiplin-bersyarat/

Tetap sulit untuk tidur, padahal sudah jam 2 lewat 15 menit, mungkin aku harus harus minum obat tidur, sahabatku Natanael, yang juga mantan juniorku saat kami kuliah juga tidak bisa tidur karena ada proyek dari perusahaan yang harus dikerjakan dia, sambil chatting melalui jejaring sosial kami bertukar pikiran tentang masa depan kami masing-masing, dan dia mulai melakukan penawaran kerjasama untuk membuat perusahaan dibidang jasa perbaikan elektronik. Natanael merupakan seseorang yang terbuka dan sabar, karena kesabarannya dia sering patah hati walaupun sudah sering kali aku ingatkan untuk memisahkan urusan kampus dan urusan pacaran, dan juga tipikal orang yang mudah memaafkan walaupun sudah sering dikecewakan, pokoknya natanael adalah tipikal cowok pelarian yang siap membantu masalah anda kapan saja, maksud aku natanael adalah tipikal cowok yang siap kena masalah kapan saja, hehehe.. peace ya nael.

Kami mulai bertemu sekitar pertengahan tahun 2011 saat aku menjadi asisten laboratorium instrumentasi dan interface. Saat itu dia sering terlambat dan dalam sembilan kali pertemuan dia hanya hadir tiga atau empat kali, dan dia harus mengikuti pertemuan ulang untuk menutupi banyaknya kekosongan absensinya, dan aku tahu dia hadir hanya untuk mengisi absensi yang harus diisi saja. Dan seperti inilah kebiasaan mahasiswa yang aku temukan, walaupun tidak semua mahasiswa seperti itu atau mungkin ada alasan mereka seperti itu namun mereka harus memposisikan masing-masing pribadi mereka untuk lebih adil dan profesional dalam menempatkan kebiasaan mereka dan juga harus belajar untuk mengesampingkan rasa ego mereka dalam perkuliahan. Mungkin aku juga bukan tipikal pengajar yang baik, namun paling tidak aku masih dapat menunjukkan disiplin dalam waktu kehadiran walaupun aku belum terlalu pantas untuk menjadi asisten lab dengan kemampuanku saat itu.

Bukan hanya mahasiswa saja yang harus merubah cara mereka belajar, namun beberapa staff pengajar atau dosen juga harus mulai mengubah cara mereka dalam memberikan ilmu, karena alangkah baiknya bila mahasiswa itu diberikan cara mencari ilmu bukan hanya untuk menerima saja. Karena mungkin beberapa tahun kemudian mahasiswa tersebut bisa saja menjadi dosen yang tidak tahu darimana datangnya rumus atau formula yang dia ajarkan pada mahasiswanya, mungkin dosen yang dulunya mahasiswa tersebut berkata bahwa teori ini ditemukan dari seseorang berkebangsaan Eropa, tapi dia tidak menjelaskan bagaimana cara dia mendapatkan rumus atau merumuskan teori tersebut. Hal seperti inilah yang seharusnya diubah, sehingga dosen bukan hanya sebagai media penyalur seperti buku atau walaupun kurang enak didengar sebagai “BUKU yang Berbicara”, namun itulah yang terjadi saat ini. Sungguh mengesankan bila setiap mahasiswa diajari untuk mencari ilmu dan mengaplikasikannya sesuai dengan porsinya, “porsi” dalam makna kemampuan dalam bidangnya, karena tidak sedikit tujuan dari tiap-tiap mahasiswa berkuliah hanya sebagai syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan lebih besar gajinya. Hal ini sungguh mengecewakan karena tujuan dari klasifikasi ilmu pengetahuan adalah mengapresiasikan kelebihan bidang/ilmu masing-masing untuk pengembangan yang lebih baik, bayangkan seorang Sarjana Teknik Kimia bekerja sebagai Teller di Bank swasta yang seharusnya bukan tempat dia mengaplikasikan ilmu yang dia pelajari dan dia dapatkan semasa diperkuliahan dulu. Hal ini seharusnya diubah dengan membatasi penerimaan pegawai/pekerja dengan kriteria “S1 Segala Jurusan”, namun jika dipikirkan lebih lanjut apakah lebih baik Sang Sarjana Teknik Kimia tersebut menganggur bila tidak ada penerimaan pegawai sesuai dengan jurusannya?....(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun