"Kau tahu? Aku suka bintang, " kataku sambil menatap langit yang hanya dihuni oleh tiga bintang.
"Kenapa?" katanya sambil menatapku dengan tatapan yang teduh.
"Karena bintang punya kekuatan. Dia bisa tetap terang disaat malam yang gelap. Dan ketika aku sedih, bintang akan berkedip-kedip ke arahku seolah  mengajak bergembira," kataku sambil tetap melihat ke arah langit. Meski tak bisa melihat mataku, tapi dia tahu kalau aku bercerita dengan mata yang berbinar. Ah, dia memang seperti itu. Pandai menebak apa yang aku rasa.
"Coba kau matikan seluruh lampu," kalimat perintah darinya membuatku menatap heran.
"Untuk apa?" tanyaku.
"Lakukan saja," katanya lagi sambil menengadahkan kepala menatap langit. Kali ini dia yang berpura-pura jual mahal kepadaku. Dan dasar aku, yang selalu merasa satu frekuensi dengannya, langsung kumatikan semua lampu tanpa banyak tanya.
"Sekarang, coba kau lihat lagi," katanya sambil menunjuk langit.
Selanjutnya mulutku, terbuka lebar. Mataku terbelalak. Â Kali ini tidak hanya tiga bintang yang bisa ku lihat, tapi belasan, mungkin puluhan. Entahlah. yang pasti jauh lebih banyak dari sebelumnya.
"Akan lebih banyak bintang terlihat ketika kondisi sekitarnya gelap. Karena bintang justru akan lebih terang ketika hitam yang mengepungnya. Seperti... kamu. Yang selalu menolak untuk menyerah disetiap cobaan yang kamu hadapi," dia berbicara sambil tetap menatap langit. Membuat romansa malam terasa semakin kental.
Kupandang sekilas wajahnya. Tak berani lama karena akupun tersipu setelah dia menatapku. Kupandang lagi bintang sambil berbisik dalam hati, "Terimakasi Bintang. Terima kasih, Malam. Terima kasih...Kamu."
#ceritabintang
26Maret2017