Perkembangan teknologi dan pesatnya kemajuan dunia digital memang membawa banyak perubahan dalam kehidupan kita. Salah satunya adalah cara kita berkomunikasi. Kini, berinteraksi dengan orang lain jadi semakin cepat dan mudah melalui media sosial, aplikasi pesan instan, dan berbagai platform lainnya. Namun, kemudahan ini juga membawa beberapa tantangan, terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Nah, mari kita bahas beberapa tantangan tersebut dan bagaimana cara menghadapinya!
Media sosial, sebagai salah satu platform utama untuk berkomunikasi, memang mempermudah kita dalam menyampaikan pesan. Tapi, di balik itu semua, ada beberapa fenomena yang mulai mengganggu kualitas bahasa Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan singkatan dan bahasa gaul yang sering kita jumpai dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, kata "gua" yang sering digunakan untuk menggantikan kata "saya", atau "sokin/join" yang artinya "bergabung/gabung sini" dan masih banyak lagi contoh lainya yang dapat ditemukan dalam keseharian kita. Meskipun terasa santai dan familiar, penggunaan kata-kata seperti ini tidak tepat, apalagi jika kita sedang berbicara dalam konteks resmi atau akademik.
Selain itu, campuran bahasa Indonesia dan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, kini sudah menjadi hal yang biasa. Kita sering menemui kalimat seperti "Eh, kamu udah update status di Facebook belum? Tadi aku lihat ada notification baru dari kamu, spill ayangnya dong!" Kalimat seperti ini memang mencerminkan pengaruh globalisasi, tapi jika terlalu sering digunakan, bisa mengaburkan identitas bahasa Indonesia dan membuat tata bahasa kita jadi kacau. Kosakata asing seperti "update", "follow", "like", dan "hashtag" juga sering muncul dalam percakapan kita, meskipun tidak semuanya punya padanan kata dalam bahasa Indonesia yang baku.
Perubahan lainnya yang juga terjadi adalah dalam cara kita menulis. Saat berkomunikasi lewat SMS atau aplikasi chatting, kita cenderung menulis dengan cepat dan terkadang tanpa memperhatikan ejaan yang benar. Misalnya, sering kali kita menulis "gk" untuk "tidak", atau menggunakan huruf kapital yang nggak sesuai. Hal-hal seperti ini tentu berisiko merusak kualitas penulisan bahasa Indonesia. Belum lagi penggunaan emotikon atau simbol yang menggantikan kata-kata, meskipun bisa membantu mengekspresikan perasaan, tapi terkadang bisa membuat pesan jadi kurang jelas dan malah membingungkan.
Selain masalah tersebut, salah satu tantangan terbesar yang muncul di dunia digital adalah penyebaran informasi yang tidak terverifikasi, atau yang lebih sering kita sebut hoaks. Banyak informasi yang disebarkan tanpa cek dan ricek, dan sering kali informasi tersebut disampaikan dengan bahasa yang emosional dan tidak terstruktur dengan baik. Hal ini tentu saja bisa menimbulkan kebingungannya masyarakat dan merusak citra bahasa Indonesia di dunia maya.
Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Salah satu solusinya adalah dengan memperkuat pendidikan bahasa Indonesia, baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Misalnya, di perguruan tinggi, mata kuliah Bahasa Indonesia bisa membantu mahasiswa memahami tata bahasa dan ejaan yang benar. Dengan begitu, generasi muda akan semakin paham betapa pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah.
Teknologi, meskipun sering kali dianggap sebagai salah satu penyebab tantangan ini, juga bisa menjadi solusi. Ada banyak aplikasi dan platform yang bisa membantu kita menulis dengan bahasa Indonesia yang benar, seperti aplikasi pemeriksa ejaan atau kamus daring. Bahkan, kursus daring atau tutorial tentang tata bahasa bisa menjadi sarana belajar yang efektif di era digital ini.
Selain itu, kita juga perlu meningkatkan kesadaran di kalangan pengguna media sosial. Edukasi tentang penggunaan bahasa yang baik sangat penting. Misalnya, mahasiswa atau pengguna media sosial lainnya bisa diimbau untuk lebih bijak dalam menulis status atau komentar, dengan tetap memperhatikan ejaan yang benar dan menghindari bahasa yang terlalu gaul atau tidak baku.
Untuk mengatasi penyebaran hoaks, kita semua harus lebih berhati-hati sebelum membagikan informasi. Pastikan untuk selalu memverifikasi kebenaran informasi tersebut, dan gunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti agar pesan yang disampaikan tidak menyesatkan orang lain.
Era digital memang membawa tantangan tersendiri untuk bahasa Indonesia, terutama dalam hal komunikasi dan penggunaan bahasa yang benar. Namun, dengan pendidikan yang baik, kesadaran bersama, dan pemanfaatan teknologi, kita bisa menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia agar tetap relevan di dunia digital. Mari kita bersama-sama menjaga kualitas bahasa Indonesia, baik di dunia maya maupun dunia nyata, agar bahasa kita tetap hidup dan berkembang seiring dengan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H