Mohon tunggu...
NURYANTO
NURYANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Nama saya Nuryanto. Saya adalah mahasiswa semester 1 Universitas Pancasakti Tegal, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Prodi Teknik Mesin. Saya tertarik dengan dunia musik, khususnya alat musik hadroh dan sound system. Selain itu, minat saya juga mencakup bidang otomotif dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Budaya Digital terhadap Pola Interaksi Sosial di Indonesia

18 Desember 2023   15:13 Diperbarui: 18 Desember 2023   16:12 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era kemajuan teknologi informasi, masyarakat menghadapi transformasi. Dimulai dari pengaruh media sosial yang mengubah perilaku, moral, dan kebiasaan masyarakat. Indonesia memiliki potensi besar dalam mengalami perubahan sosial karena jumlah penduduk yang banyak serta keberagaman suku, ras, dan agama yang ada di dalamnya. Hampir semua orang di Indonesia mempunyai dan memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk mendapatkan dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Media sosial adalah jenis media online yang memungkinkan orang berpartisipasi, berbagi, dan membuat konten dengan mudah. Beberapa contoh media sosial termasuk blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki adalah jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh orang di seluruh dunia.

Pengaruh yang cukup besar dari penyebaran budaya digital di Indonesia telah mempengaruhi pola interaksi masyarakat secara signifikan. Banyak penduduk Indonesia, terutama generasi milenial dan zillenial, lebih banyak menghabiskan waktu di internet daripada berkomunikasi langsung secara tatap muka.

Ketergantungan yang kuat pada media sosial ini memengaruhi penurunan kemampuan soft skill atau keterampilan berkomunikasi langsung di antara generasi milenial dan zillenial. Mereka memiliki sedikit pengalaman dalam berkomunikasi secara langsung karena sebagian besar waktu mereka habiskan untuk menggunakan media sosial di dunia maya. Komunikasi nonverbal dan kemampuan bernegosiasi pun menurun akibat jarangnya berinteraksi secara face to face. Padahal kemampuan berkomunikasi langsung sangat dibutuhkan, khususnya di lingkungan kerja. Selain itu, pola berpikir masyarakat Indonesia juga cenderung terpengaruh oleh gaya hidup dan tren yang sedang populer di media sosial. Mereka lebih sering terlibat dengan media sosial daripada membangun komunikasi yang lebih intens secara tatap muka. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas interaksi sosial di antara generasi milenial dan zillenial.

Selain itu, pola komunikasi masyarakat Indonesia cenderung dangkal dan hanya sebatas tukar sapa atau informasi singkat di media sosial. Kurangnya unsur emosi yang tersalurkan berdampak pada rendahnya kualitas hubungan sosial. Walaupun jaringan sosial seseorang meluas, namun koneksi yang dimiliki cenderung tipis tanpa adanya ikatan emosional yang mendalam.

Tekanan akan popularitas di dunia maya juga mempengaruhi pola berinteraksi masyarakat Indonesia. Mereka lebih mementingkan jumlah likes dan komentar daripada isi pesan itu sendiri. Privasi pribadi pun semakin longgar karena kebiasaan berbagi informasi pribadi secara terbuka di media sosial.

Pola interaksi yang semakin ditentukan oleh popularitas di media sosial berpotensi memunculkan masalah-masalah baru di kemudian hari. Misalnya, munculnya oknum-oknum yang hanya mengejar perhatian publik melalui unggahan konten kontroversial. Selain itu, rendahnya rasa empati dalam berinteraksi sosial di dunia maya dapat menumbuhkan individualisme di kalangan generasi muda. Mereka cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Padahal interaksi secara langsung dapat menanamkan nilai-nilai sosial seperti toleransi dan kerjasama. Berbagi cerita secara langsung juga mampu membangun jalinan emosi antar individu, sehingga hubungan sosial menjadi lebih bermakna. Namun sayangnya budaya digital kian mengurangi ruang untuk berinteraksi secara tatap muka di tengah masyarakat Indonesia.

Fenomena tersebut jika dibiarkan berpotensi menimbulkan dampak negatif jangka panjang bagi perkembangan sosial kemasyarakatan di Indonesia. Rendahnya empati dan solidaritas sosial dapat memunculkan konflik-konflik horizontal di masyarakat. Selain itu, individualisme yang berlebihan berpotensi menghambat terbentuknya kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Padahal Indonesia membutuhkan kesadaran akan pentingnya kerukunan antar umat beragama dan kelompok masyarakat yang berbeda.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menjaga keseimbangan antara budaya digital dan interaksi langsung di tengah masyarakat. Pemerintah dan masyarakat madani perlu turut serta menanamkan nilai-nilai kebersamaan secara offline seiring dengan perkembangan teknologi digital. Kegiatan-kegiatan yang mendorong silaturahmi secara langsung perlu diwadahi, seperti acara gotong royong di lingkungan. Dengan begitu, budaya digital dapat memberikan manfaat sosial tanpa mengorbankan ikatan emosi antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun