Mohon tunggu...
Nur  Amalia
Nur Amalia Mohon Tunggu... Administrasi - akun pribadi

Peneliti Sejarah dan Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sumpah Pemuda dari Era Dulu hingga Kini

28 Oktober 2024   14:16 Diperbarui: 28 Oktober 2024   14:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang dikatakan oleh seorang Mahapatih yang telah berhasil memimpin Nusantara Indonesia ini, dimulai dengan adanya pembrontakan Kuti yang telah menguasai ibu Kota Kerajaan Majapahit sehingga mendesak Jayanegara untuk hengkang dari kedaton pada waktu itu Setelah berhasil memadamkan pemberontakkan Sadeng dan Kuti, Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih. Dia menggantikan Arya Tadah (Mpu Krewes), yang sebelumnya memegang gelar Mahapatih Kerajaan Majapahit, sebagai penghargaan atas jasanya pada kerajaan Majapahit. Hamengkubumi" berarti "Mangkubumi" atau "Perdana Menteri". Setelah Raja Jayanegara, yang memiliki nama asli Sri Gitarja (Bhre Kahuripan Rajapatni), diberi gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani, Tribhuwana adalah penguasa dan pemimpin Kerajaan Majapait. Pada tahun 1334, selama upacara penobatannya sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa". Sumpah itu menyatakan bahwa dia tidak akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang dianggap sebagai kenikmatan duniawi) sampai dia berhasil menaklukkan Nusantara. Dalam kitab Pararaton, atau Para Ratu, disebutkan bahwa Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa sebagai berikut: "Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun huwus

Gajah Mada terus melakukan penaklukan selama pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350--1389), dan dia melakukan politik penyatuan nusantara selama 21 tahun, atau dari 1336 hingga 1357. Selama menjadi Patih Amangkubhumi, Gajah Mada mengimplementasikan sumpahnya sebagai tindakan politik Majapahit dengan memasuki banyak wilayah Nusantara, termasuk Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Ambon, Semenanjung Melayu, Irian, dan Singapura. Selama proses invasi, tidak ada hambatan yang menjadi penghalang. Atas dasar Sumpah Palapa, Gajah Mada meminta korban dari Sunda Galuh, wilayah yang ingin ditaklukannya.

Kepemimpinan Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi dan tujuan Sumpah Palapa berakhir dengan terjadinya Perang Bubat di Majapahit. Dia meninggal pada tahun saka.secara resmi dikenal sebagai Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres, sebagai bagian dari inisiatif PPPI, diadakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Menurut Rusdiana (2017)Konferensi pertama diadakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) di Lapangan Banteng. Soegondo Djojopuspito mengatakan dalam sambutannya bahwa, sebagai pemimpin kongres kedua dari kelompok pemuda, dia berharap kongres ini dapat menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan di antara pemuda Indonesia. Moehammad Jamin menjelaskan arti persatuan dan hubungannya dengan pemuda setelah sambutan. Dia menyatakan bahwa ada lima hal yang dapat memperkuat persatuan Indonesia. Mereka adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan keinginan.Minggu, 28 Oktober 1928, rapat kedua diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop dan membahas masalah pendidikan. Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro adalah dua pembicara dalam pertemuan kedua.

Karakter para petinggi kerajaan pada tahun 1331, termasuk Gajah Mada, yang mengeluarkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara, cenderung kasar dan semena-mena. Ini ditunjukkan oleh bagaimana para raja Majapahit mengalahkan kerajaan-kerajaan lain yang tampak otoriter. Meskipun demikian, para petinggi kerajaan pada tahun itu sangat nasionalis. Semangatnya selalu membara. Mereka selalu berusaha menjadi yang terbaik, terutama untuk kerajaanya. Keinginan dan obsesinya pasti akan diperjuangkan dengan tekat dan perjuangan hingga mempertaruhkan hidupnya. Ini ditunjukkan oleh upaya mereka untuk menaklukan kerajaan-kerajaan lain untuk membentuk satu negara. Tokoh kerajaan masa lalu, terutama kerajaan majapahit tahun 1331, sangat setia.

Kedua sumpah tersebut menegaskan semangat persatuan, yang menuntut kita untuk membangun kerjasama yang kuat dan sinergis di berbagai aspek kehidupan. Ini dapat diterapkan di zaman sekarang dengan bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan swasta serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial yang melibatkan berbagai bagian masyarakat. Dalam menangani bencana alam, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat penting untuk memberikan bantuan yang efektif dan efisien.* Mengutamakan Kepentingan Bersama daripada Kepentingan PribadiDalam Sumpah Palapa, Gajah Mada menunjukkan komitmen dan pengorbanannya dengan menolak untuk menikmati kesenangan sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Dalam dunia kontemporer, ini dapat digambarkan sebagai sikap yang mengabaikan kepentingan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun