Mohon tunggu...
Dewina Sugianto
Dewina Sugianto Mohon Tunggu... -

I am the sun. warm, light, burning. I am gold. stand out, precious and always bold. I am a rose. Barbed, hurtful, timelessly beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MyastheniCraft. Selalu Ada Cara Untuk Berdonasi

10 Oktober 2011   05:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:08 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru satu bulan berjalan, MyastheniCraft membuktikan bahwa animo masyarakat untuk berdonasi masih cukup tinggi.

Usaha ini saya mulai dengan ribuan bismillah, berawal dari cita-cita sejak remaja untuk membantu sesama pasien Myasthenia Gravis. Masih lekat di benak saya bagaimana penyakit tersebut hampir merenggut hidup saya, serta tagihan medical yang luar biasa besar. Seiring dengan perjuangan untuk sembuh dari penyakit ini, saya terus berpikir, apa yang dapat saya lakukan untuk membatu teman-teman yang lain? Ada begitu banyak ide berseliweran di kepala saya. Pernah saya coba menulis buku, tapi sepertinya kapasitas saya hanya sampai blogging saja. Sekitar sebulan yang lalu, saya mulai belajar membuat aksesori dari batu-batu mulia. Sebagai pemula, saya seringkali merasa minder, kenapa aksesori yang saya buat tidak sebagus karya orang lain. Apalagi saya hanya belajar secara otodidak dari buku-buku. Tapi orang-orang di sekitar saya terus memberikan semangat kepada saya. “Buat apa menjadi sama dengan orang lain?” kata mereka, “Don’t follow the trend, SET the trend!”.

Sebagai kutu buku plus kutu majalah, tentulah wejangan seperti itu sudah saya hafal di luar kepala. Akan tetapi selama ini saya beranggapan bahwa kata-kata bijak itu semua adalah omong kosong yang klise. Akhirnya saya mencoba membuktikan semua wejangan orang-orang sukses itu kali ini.

MyastheniCraft, demikian saya memberi judul usaha saya. Hanya seminggu sejak pertama kali saya belajar membuat aksesori (dan sudah menemukan style yang saya suka), saya langsung melempar produk hasil pembelajaran ke pasar. Tentunya, saya tak melupakan cita-cita lama, sebesar 25% hasil penjualan saya donasi ke Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia.

Donasi 25% ini adalah bagian komitmen saya untuk membantu sesama pasien. Setalah beberapa kali nongol di media (diantaranya Kick Andy, Gogirl! dan Jawa Pos), sepertinya saya mulai merasa kurang bila hanya cuap-cuap kanan-kiri. Saya berharap  bahwa MyastheniCraft bisa menjadi kendaraan saya untuk benar-benar melakukan  sesuatu untuk sesama.

Awalnya, saya tak berharap banyak. Saya masih beranggapan bahwa karya saya tidak cukup bagus untuk dipasarkan, apalagi dengan harga bahan baku yang cukup mahal. Apa bisa saya bersaing di pasaran? Namun hasilnya jauh di luar dugaan saya. Dalam waktu tiga minggu, modal saya yang tadinya minim segera membesar menjadi tiga kali lipat. Saya sendiri hampir tidak percaya bisa “menternakkan” uang tanpa harus bersusah payah kerja 12 jam sehari panas-panasan di tengah lapangan. Maklum, saya mantan supervisor lapangan golf.

Besarnya animo pasar tentu tidak lepas dari keinginan kuat masyarakat kita untuk berdonasi. Beberapa saya mendapat pesan dari para costumer, “Semoga bermanfaat buat yayasan elu ya Win”, “Semoga usahamu berkah ya Wina”, “Barakallah, semangat buat fundraising nya non!”, “Mudah-mudahan teman-teman MG yang lain bisa merasakan nikmat sehat juga ya”. Subhanallah, apalagi yang paling membahagiakan saya selain doa dan bantuan dari teman-teman yang berhati mulia?

Satu pertanyaan menyentil juga pernah mampir ke tempat saya. “Kenapa cuma 25% sih win? 75% nya ke mana? Kenapa nggak 50% aja?” jawab saya, “Sebagian buat saya pribadi, sebagian untuk tambahan investasi. Bagaimanapun saya ingin usaha ini tumbuh besar, tidak bisa terus-terusan dengan modal minim. Bukankah 25% dari satu juta tetap lebih besar dari 75% dari seratus ribu?”. Tetapi sejujurnya, angka 25% saya dapat dari agama saya yang mewajibkan zakat 2,5%. Bedanya, untuk urusan ini saya kalikan sepuluh.

Dan jika ditanya “mengapa harus beli barang dulu, tidak langsung mendonasikan saja uangnya?”. Well, kadang orang lupa untuk berdonasi. Kadang mereka tidak tahu harus berdonasi kemana. Dan sampai saat ini hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan penyakit Myasthenia Gravis, meski pasien yang membutuhkan bantuan cukup banyak.

Di dunia Internasional, kegiatan donasi seperti ini juga dilakukan oleh banyak pihak. (RED) misalnya. Kampanye untuk membantu penderita AIDS ini didukung oleh banyak perusahaan termasuk diantaranya Converse, Nike dan Apple.

Sejauh ini karya saya di MyastheniCraft dapat dilihat di www.facebook.com/myasthenic dan www.facebook.com/myasthenicraft Mudah-mudahan di waktu mendatang saya bisa membuat website sendiri untuk MyastheniCraft. Sedangkan untuk penjelasan mengenai Myasthenia Gravis dapat dilihat disini http://www.detikhealth.com/read/2011/05/11/140709/1637306/775/berjibaku-dengan-penyakit-langka-miastenia-gravis?ld991107763

Sebagai pengusaha baru *cailah* saya berharap usaha ini bisa berkembang, bisa turut memberdayakan masyarakat sekitar dan melibatkan pasien MG yang lain. Tapi harapan yang lebih besar adalah mengenai diri saya sendiri. Mudah-mudahan jika mimpi ini tercapai, saya tidak menjadi takabur, tidak lupa pada mereka yang membutuhkan, dan tidak mengambil hak orang lain. Amiiin…

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun