Mohon tunggu...
yuliana mokhtar
yuliana mokhtar Mohon Tunggu... -

menggambarkan diri sendiri, seperti melukis di atas kanvas putih dengan tinta putih, hanya bisa dimengerti oleh orang yang melihatnya melukis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepucuk Surat dari Malaikat Maut

11 Juli 2014   17:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:39 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malaikat pencabut nyawa sedang berTASBIH di jalur Gaza.
Ia heran....
Setelah melihat semua kegiatan ku dsini..
Manusia disana kenapa bukanx mperbaiki diri menyambut kedatanganku...malah memandang keberadaanku sebagai musuh utama..?'
Meributkan kesibukanku.. Padahal aku hanya perantara manusia untuk menemui Tuhan mereka..
Bukanx mereka harusx lebih khawatir oleh jiwa mereka yang dibunuh oleh kejahatan budaya kafir yang mematikan. . Jiwa mereka yang mati oleh gemerlapx dunia..
Kalah perang oleh hawa nafsu, sementara belum sempat bertaubat dan aku datang menemui mereka? Bukankah itu yang harusx lebih mereka khawatirkan...?!
Atas nama kemanusiaan sangatlah wajar bila mereka marah dan teriak. Mereka makhluk sosial yang peduli. Namun tetaplah utamakan keselamatan diri dan orang di sekitarmu dahulu.
Jangan hanya bisa menghujat kaum penjajah ISRAEL (tanpa dihujat mereka memang BEJAT-red ) sementara masih ada keluarga dan tetanggamu teraniaya dgn kelakuan mu.
Jangan hanya prihatin dgn warga PALESTINE kalau masih ada keluarga dan tetanggamu kelaparan. Bagaimanapun lakukan hal yang bisa kau lakukan untuk memperbaiki diri dan sekitarmu.
Jika nan jauh dsini adalah hal dluar kendalimu. Kirim DOA. Kirim bantuan. Kirim apapun yang bisa kau kirim. Termasuk dirimu. Namun yg pertama, apa yang bisa kau selamatkan jika dirimu sendiri tenggelam?
Manusia. Perbaiki dirimu dahulu. Agar kelak Aku datang kau pun tersenyum. Disini A ku beraksi sejenak. Kau lihat dan saksikan sebagai pelajaran. Jangan anggap Tuhan keterlaluan.
Kau hanya belum menyingkap maksudNya. Ini hanya kegiatan rutin ku.
Mereka yg kucabut nyawax pastilah sudah ajalx. Jumlahx mungkin tak jauh beda dgn di tempat mu berada... Hanya carax berbeda... Maafkan. Doakan mereka.
Percayalah, sakaratul maut siapapun rasax sama saja. Tergantung amalanx. Mungkin mereka malah lebih mudah. Dsini, d jalur genangan darah ini, terlihat lebih banyak karena semua mata memandang ke sini.. Namun semua hanya masalah waktu.. Kala tiba waktux apapun caranya akan tetap berlaku...dimana pun. .
Kalau bukan dalam peperangan mungkin d rumah sakit. Di tempat tidur. Di jalan raya. Di lapangan olah raga. Di tempat kerja. Di kamar mandi. Darat, laut, udara.
Saat ini, besok , lusa, 20 tahun lagi, Kecil, besar, tua muda..dia, mereka, atau dirimu, ...?!
Tak ada yang pernah tahu. Semua rahasia Tuhan. Aku hanya diberi mandat waktu dan tempat. Semua ini atas kehendakNya.
Dgn cara apapun ini tugasku. Mereka yang meninggal dunia hanya berganti dimensi alam.. Mereka tak mati. Malah manusia2 itu yang mati hatix. Manusia2 yang membantuku menyelesaikan tugasku.. Menembak, mengebom, menganiaya..membunuh.
Harusx mereka yang dikhawatirkan, padahal aku tak pernah minta bantuanx. Mereka mengangkat dirix setara diriku. Pencabut nyawa. Aku tak berhak menghakimi mereka saat ini. Belum ada perintah dari Atasan. Tapi tunggu saja..
TUNGGU SAJA.. !!
Tanganku pun sudah gatal ingin mengangkat ruhx dari jiwa ragax yang SOMBONG. Namun tenang saja. Para pesertaku kini tenang disisi Tuhannya.. Tak ada lg penyiksaan dr kaum penjajah... Merekalah orang2 yang beruntung, diberi kesempatan mati syahid.. Cemburulah pada mereka...
Apa gunax hari kemudian.. Hari pembalasan. Hari yang sangat panjang. Dunia hanya setetes air laksana embun di samudera AKHIRAT. Cepat atau lambat semua akan kesana. Mereka pahlawan cilik dan ibu cantiknya yang melayang jiwax, hanya berpindah alam oleh setitik penyiksaan yang berakhir di samudera damai. Istirahat lah mereka dgn tenang.. Dengan doa dari manusia2 bijak di masjid dan majelis zikir serta segala penjuru tempat ibadah... Doa darimu.
Jangan KHAWATIR. Aku tak mungkin lengah salah cabut nyawa. Dan TUHAN pun tak tidur. Para penyiksax hanya menanti waktu yang tepat untuk mendapat balasanx. Belum saatx kucabut nyawax. Karena masih banyak nyawa kesayangan Tuhan yang akan kucabut dgn lembut. Aku harus mempersiapkan tenaga ekstra untuk menghabisi mereka. Karena pasti edisi itu akan sangat MENYAKITKAN.!!! Percayalah.. Wahai para ZIONIS tak berTUHAN..! Tunggulah..! Aku akan berSABAR menantikanx..Kelak akan kuperkenalkan mereka pada TUHAN mereka. Al MUNTAQIM..! Yang Maha PENYIKSA....
Original:
Patient of Death
12-01-2009
YM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun