Kalau mendengar kata generasi sandwich langsung terpikirkan pada masalah keuangan ataupun finansial, betul? Atau malah terpikirkan makanan sandwich yang lezat? Tapi kali ini kita bukan mau membahas makanan sandwich yang lezat, melainkan suatu generasi yang di ilustrasikan seperti makanan sandwich. Nah generasi sandwich ini merupakan generasi yang terhimpit seperti sandwich, dimana mereka harus mengeluarkan biaya hidup yang lebih besar karena mereka harus menanggung biaya hidup orang lain, seperti orang tua, anaknya sendiri ataupun adik dan saudara-saudara yang lainnya. Sebenarnya menjadi generasi sandwich itu enak apa engga ya?
Generasi Sandwich merupakan istilah popular untuk menggambarkan seseorang yang tidak hanya menghidupi dirinya sendiri saja, tetapi juga harus menghidupi generasi di atas dan di bawahnya. Dengan kata lain generasi sandwich adalah generasi yang harus merawat serta menghidupi orang tuanya sendiri, anak kandung, bahkan bisa jadi menghidupi saudara-saudara lainnya. Disebut dengan Generasi Sandwich karena ini menggambarkan sebuah sandwich dimana sepotong daging yang dihimpit oleh dua roti. Roti disini digambarkan sebagai orang tua serta anak kandung dan daging adalah seseorang yang menanggung orang tua dan anak kandung ataupun adik dan saudara-saudara lainnya. Dikutip dari Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara, generasi sandwich merupakan istilah yang di perkenalkan oleh Dorothy Miller pada tahun 1981. Jadi sebenarnya generasi sandwich ini sudah ada dari jaman dulu, dan istilah generasi sandwich sendiri mulai popular lagi di jaman sekarang.
Membahas soal keuangan, generasi sandwich di Indonesia menurut hasil survey Katadata Insight Center pada bulan September 2021 terhadap 1.828 responden berusia 25-45 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia menyebutkan 48,7% masyarakat produktif Indonesia merupakan generasi sandwich yang memiliki tanggungan finansial atas keluarganya. 83,6% generasi sandwich di Indonesia percaya kalau mereka mampu merawat tanggungan dengan baik, walau faktanya hanya 13,4% yang memiliki kesiapan finansial dalam memenuhi kebutuhan pokok, menabung, dan berinvestasi. Menjadi garis bawah bahwa hanya ada 13,4% yang siap dalam hal finansial. Hasil survei PT Astra Life menyebutkan bahwa hampir 40% Wanita generasi sandwich mengaku menanggung tingkat stress yang ekstrem.
Menjadi generasi sandwich sendiri tidaklah mudah. Karena harus bisa menyeimbangkan dua peran bahkan lebih, dimana bukan hanya menyeimbangkan dalam hal finansial saja tetapi juga kesiapan jiwa serta raga. Seseorang yang menjadi generasi sandwich harus memiliki energi lebih di dalam dirinya karena bukan hanya mengeluarkan energi untuk bekerja, tetapi juga mengeluarkan energi lebih untuk mengurus dua generasi sekaligus.
Hal ini bisa kita sangkutkan pada sebuah teori sosiologi yaitu teori peran ganda yang diperkenalkan oleh seorang sosiolog Robert K.Merton  pada tahun 1961 dimana seseorang menjalankan dua peran atau lebih dalam satu waktu.seperti seseorang  yang harus bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya namun juga mesti menanggung kebutuhan dan merawat keluarganya. Terlebih lagi hal ini sangat relate dengan seorang Wanita, seperti survei dari PT Astra Life yang menyebutkan bahwa 40% Wanita generasi sandwich menanggung tingkat stress yang ekstrem. Karena Wanita generasi sandwich harus menjalankan dua peran, dimana mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan nya sendiri dan merawat dua generasi sekaligus.
Terdapat beberapa strategi untuk menjaga keseimbangan generasi sandwich agar generasi sandwich dapat menemukan keseimbangan yang sehat antara peran ganda mereka dan mengurangi stress serta kelelahan terkait dengan merawat orang tua dan anak anak pada saat yang sama. Strategi ini mengacu pada pendekatan yang melibatkan kedua generasi, yaitu generasi tua dan muda atau generasi x, dan z. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat di terapkan :
1. Pemahaman dan apresiasi: kedua generasi perlu memahami dan menghargai perbedaan satu sama lain baik dalam bentuk perilaku,budaya maupun kebutuhanÂ
2. Komunikasi efektif : kedua generasi harus memastikan bahwa komunikasi diantara mereka selalu  terjaga dan terbuka .karena dengan berbicara dan mendengarkan memungkinkan kita untuk memahami sudut pandang satu sama lain dan menciptakan keseimbangan yang  lebih baik.
3. Pengetahuan dan pembinaan lebih lanjut : kedua generasi perlu memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan bersama dan menciptakan keseimbangan
4. Kolaborasi dan kerja sama : kedua generasi perlu bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama dan menciptakan keseimbanganÂ
5. Respektif dan pembenahan emosi :kedua generasi perlu menjaga keseimbangan.dengan menghormati dan menerima perbedaan emosi serta perilaku satu sama lainÂ