Sistem pendidikan nasional dan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bertanggung jawab untuk memberi setiap warga negara kesempatan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi. Namun, karena dan penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh dunia kondisi geografis yang berbeda di setiap daerah dan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang sama, hal ini tampaknya mengalami kendala.
Kondisi ini juga tampak setelah Undang-Undang No. 22/1999 tentang otonomi daerah, yang sebenarnya memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi mereka (Tanu, 2011: 1). Kegiatan belajar mungkin tidak berhasil karena tiga alasan, yaitu (1) Â Pendidik atau guru membuat kesalahan dalam melihat proses pembelajaran (2) Kurangnya kemampuan guru atau pendidik untuk mengatur pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman (3) Konsep pembelajaran yang digunakan oleh pendidik atau guru tidak relevan dengan kemajuan teknologi informasi.
Proses pembelajaran belum juga optimal karena 2 hal, yaitu: (1) Pembelajaran berpusat pada pembelajar belum berkembang menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik (2) Pembelajaran bersifat informatif, tetapi tidak berfokus pada proses aktif siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian pengetahuan, tetapi juga sebagai pembudayaan dalam arti yang lebih luas.
Tujuan dari pembudayaan ini adalah untuk meningkatkan kualitas manusia, yang pada akhirnya akan menghasilkan orang yang lebih maju dan beradab. Akibatnya, sekolah, terutama guru, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui penggunaan berbagai model pembelajaran. Dalam situasi seperti ini, kearifan lokal sangat cocok untuk digunakan sebagai dasar untuk belajar kearifan lokal tanpa terlepas dari budaya.
Apabila seorang siswa meninggalkan budaya terdekatnya, dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan tidak mengenal dirinya sebagai anggota bangsanya. Dalam keadaan seperti itu, siswa sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung menerima budaya luar tanpa pertimbangan yang cukup. Siswa tidak memiliki kebiasaan dan prinsip budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk berpikir, yang menyebabkan kecenderungan itu muncul.
Meskipun peran kebudayaan dalam proses pembelajaran sangat penting, praktik pengembangan pendidikan biasanya berfokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika kearifan lokal terus menjadi rujukan dalam mengatasi dinamika kehidupan sosial, terutama dalam menangani perbedaan yang rentan menimbulkan konflik, akan sangat penting. Peranan basis kearifan lokal dalam dunia pendidikan harus ditanamkan sejak dini di bangku sekolah, agar dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi kehidupan sosial yang dinamis di masa mendatang.
Siswa dapat menikmati proses belajar dengan bantuan teknik mengajar yang menggabungkan kearifan lokal. Hal ini pasti akan menjaga potensi setiap daerah. Di sisi lain, siswa akan melihat pembelajaran menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan kesadaran, serta mempertahankan kearifan lokal yang sudah ada.
Sekolah menjadi tempat untuk melestarikan potensi masing-masing daerah, di sisi lain, sekolah dapat menciptakan pembelajaran yang menghargai keragaman budaya daerah. Jika pembelajaran di sekolah selama ini lebih terfokus pada buku dan teori serta budaya asing, maka dengan pendidikan yang didasarkan pada kearifan lokal, sekolah akan mampu menghasilkan individu yang unggul dan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memberikan informasi; mereka juga membantu siswa belajar etika, nilai-nilai moral, estetika, dan budi pekerti yang luhur.
Pendidikan berbasis kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari, sehingga guru lebih termotivasi untuk menerapkan pembelajaran berkualitas tinggi, siswa menjadi lebih aktif dan mencintai potensi daerah, dan sekolah tidak hanya menjadi tempat mentransfer ilmu tetapi juga menjadi pusat kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H