Mohon tunggu...
Nalendra Beneran
Nalendra Beneran Mohon Tunggu... -

Penikmat Hidup

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menularkan Kultur Brasil di Timnas

20 April 2013   06:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

PSSI telah membuat keputusan penting untuk masa depan sepak bola Indonesia, terutama untuk level tim nasional (timnas) senior.  Beberapa waktu lalu, Jakcsen F. Tiago, pelatih Persipura Jayapura, dipilih untuk menukangi timnas senior. Terlepas dari berbagai kontroversi yang meliputi perjalanan timnas, keputusan ini patut diapresesiasi sebagai suatu kemajuan dalam penentuan posisi pelatih timnas senior.

Posisi pelatih timnas senior sangat vital  dalam mengangkat prestasi sepak bola. Ia harus jeli dalam memilih sekian ratus pemain profesional untuk masuk ke dalam daftar 23 pemain timnas tiap pertandingan. Tentu saja ini bukan pekerjaan mudah. Apalagi seperti yang sudah umum, persiapan timnas untuk menghadapi suatu pertandingan resmi sering mepet sehingga pemain hanya dikumpulkan dalam waktu yang singkat untuk berlatih. Hal ini juga berakibat jarangnya timnas menjalani pertandingan persahabatan selain faktor biaya tentunya.

Permasalahan pemilihan pemain ini tepat untuk dibebankan pada seorang Jakcsen Tiago. Jacksen bukan orang baru di dunia sepak bola nasional. Ia adalah pemain asing angkatan pertama pada pergelaran Liga Indonesia perdana 1994 - 1995 yang dikelola lebih profesional.  Selama menjadi pemain, ia pernah meraih gelar jura dan pencetak gol terbanyak.  Sebagai pelatih, ia telah meraih empat gelar juara liga. Selama kurun waktu 11 tahun melatih di 7 klub, pengetahuannya tentang sepak bola Indonesia tidak perlu diragukan. Total kehadirannya selama 19 tahun dalam jagat sepak bola nasional tentu membuatnya mengenal karakter pemain Indonesia yang muaranya adalah pemilihan pemain-pemain berkualitas.

Asal negara Jacksen yang berasal dari Brasil pun menjadi kelebihan. Sepak bola di Brasil seakan sudah menjadi agama bagi rakyatnya. Pemain dan pelatih Brasil bertebaran di berbagai dunia, tetapi ironisnya sepak bola Indonesia belum pernah menjadikan Brasil sebagai rujukan dalam pengelolaan timnas. Pada pertengahan '90-an, PSSI mengirimkan tim Primavera dan Baretti untuk berguru di klub Sampdoria, Italia di bawah asuhan pelatih hebat, Sven Goran-Eriksson. Seakan belum cukup, pada tahun 2006, PSSI mengirimkan tim muda untuk persiapa Asiang Games 2006 ke Belanda yang ditangani langsung pelatih kenamaan khuus tim muda, Fopee de Haan. Namun, semua hasilnya nol besar. Memang benar bahwa dari kedua proyek itu banyak yang menjadi langganan timnas senior, tetapi tidak ada prestasi juara yang dihasilkan. Bahkan untuk level Asia Tengggara lewat ajang AFF atau SEA Games, Indonesia, selama beberapa tahun, cukup puas sebagai runner-up.

Pertengahan dekade 2000-an sampai sekarang, PSSI kembali mengirim tim untuk menimba ilmu di luar negeri, kali ini adalah Uruguay. Belum ada agenda pendalaman ilmu ke Brasil. Menurut saya, gaya sepak bola Brasil lebih mudah untuk diikuti pemain-pemain Indonesia karena secara fisik pemain Indonesia tidak berbeda jauh dengan pemain Brasil. Selain itu, pola sepak bola menyerang Brasil lebih digemari di anak-anak negeri ini yang memang selalu haus menyerang, bukannya bertahan grendel ala Italia. Uruguay sebenarnya sudah tepat untuk soal sepak bola menyerang. Namun, sayangnya, Uruguay bukanlah negara kuat dalam sepak bola. Kebangkitan Uruguay baru terjadi dalam tiga tahun belakangan sejak tampil hebat di PD 2010. Hasil menimba ilmu di Uruguay pun juga mengecewakan kalau tidak mau dibilang memalukan. SEA Games 2009 menjadi bukti nyata saat tim Garuda menyerah dari Laos dan Myanmar, serta harus pulang lebih awal sebagai juru kunci grup.

Di jajaran pelatih timas selama ini, jika memilih pelatih asing,  PSSI memilih pelatih Eropa, terutama Eropa Timur. Poganick (Yugoslavia), Coerver, van Balkom, Wulllems, Risjbergen (Belanda), Janota (Polandia), Polosin (Soviet), Toplak (Serbia), Matte (Italia), Fischer, Schumm (Jerman), Withe (Inggris), Kolev (Bulgaria), Riedl (Austria)  adalah sederet pelatih asing yang pernah melatih timnas. Dari semua itu, hanya Polosin yang bisa mengantar timnas mengangkat trofi, yaitu SEA Games 1991.

Brasil masih bisa dikatakan sebagai kiblat sepak bola dunia. Trofi lima kali juara dunia dan partisiapasi di Piala Dunia yang tidak pernah absen masih menjadikan Brasil sebagai tempat  rujukan sepak bola dunia. Pelatih dan pemain Brasil banyak bertebaran di berbagai klub dan tim nasional berbagai negara. Penujukkan Jakcsen Tiago setidaknya menunjukkan sedikit komitmen PSSI untuk mulai belajar dari Brasil. Jacksen Tiago sebagai seorang pelatih dapat memadukan kualitas kepelatihan, pengetahuan tentang karakter pemain, dan kultur kuat sepak bola Brasil untuk membentuk sebuah timnas yang hebat. Selamat bekerja, Jacksen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun