Mohon tunggu...
Nalendra Beneran
Nalendra Beneran Mohon Tunggu... -

Penikmat Hidup

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Blanco dan Blangko Kosong

24 April 2013   01:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:43 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pada pertengangahan Januari 2013,  saat warga Jabodetabek mengalami banjir besar,  Istana kedatangan tamu istimewa dari Argentina, yaitu Presiden Cristina. Kunjungan ini hanya kunjungan biasa dalam rangka kerja sama bilateral kedua negara. Namun, ada yang istimewa dalam pertemuan ini karena kabarnya SBY meminta Cristina untuk membantu bidang sepak bola di tanah air.

Beberapa waktu kemudian, beberapa hari setelah timnas dikalahkan Irak di kualifikasi PD 2014,  Ketum PSSI mengumumkan pelatih baru untuk timnas. Unik sekali. Pergantian pelatih baru tanpa didahului pemberhentian pelatih sebelumnya. Dalam kesempatan itu, Djohar didampingi Dubes Argentina untuk Indonesia. Entah apakah pernah terjadi di negara lain saat Dubes tampil bersama ketua federasi sepak bola untuk mengumumkan pelatih baru.

Pikiran saya langsung melayang pada acara kedatangan Cristina ke Jakarta. Oh, hanya sebatas inikah yang dilakukan Argentina untuk membantu sepak bola di Indonesia? Apakah harus menggunakan pola G to G untuk menentukan pelatih timnas? Konyolnya lagi, gaji sang pelatih tidak ditanggung federasi, tetapi oleh pihak ketiga yang tidak pernah disebutkan jati dirinya. Dalam pikiran saya, Argentina akan mengirim pelatih-pelatih hebatnya untuk memberika klinik di Indonesia. Mungkin juga,  timas Argentina akan datang berkunjung membawa Messi atau ada pemain-pemain Indonesia yang berlatih di klub profesional Argentina. Ah, semua itu ternyata hanya impian. Yang nyata adalah dikirimnya seorang Blanco bak dewa untuk menangani timnas senior.

Kejanggalan makin menjadi saat mengetahui profil sang pelatih kiriman dari langit ini. Selama 22 tahun berkarier, sang pelatih hanya melatih klub-klub kecil di Amerika Selatan dan sekali pernah melatih klub Albania. Dari karier sepanjang itu, tidak ada satu pun gelar juara sebagai koleksi.  Dalam profilnya, ia mengaku mantan pelatih China U-20. Namun, ada yang mengatakan bahwa ia hanya melatih Beijing U-2o alias melatih tim sepak bola suatu kota untuk mengikuti ajang semacam PON.

Kehadiran Blanco memang fenomena unik dalam sejarah sepak bola negeri ini. Pemecatan dirinya dilakukan sebelum ia menjalani satu pun pertandingan. Dalam arti lain, ia belum membuktikan kinerjanya, tetapi sudah dipecat. Saya tidak tahu apakah hal ini hanya terjadi di negeri ini. Kedatangannya bisa dikatakan sangat tidak tepat, yaitu gerombolan penguasa lama sepak bola negeri ini sedang merebut kekuasaannya kembali. Kita tidak perlu heran jika banyak kebijakan sebelum ini yang akan menjadi masalah.  Selain Blanco, Linel Charbonnier, mantan kiper timnas Prancis di PD '98 yang sekarang menjadi Direktur Teknik PSSI, akan menjadi korban berikutnya karena pekerjaannya bertumpang tindih dengan BTN (Badan Tim Nasional), yaitu lembaga zaman penguasa lama yang sekaran dihidupkan kembali.

Luis Blanco ibarat membawa blanko kosong.  Tak ada catatan prestasi yang dibawanya selama ini.  Untuk menangani timnas senior Indonesia,  tentu bukan pelatih sekelas Blanco yang harus memegang tugas berat ini. Jangan mentang-mentang orang Argetina kemudian dianggap bisa menyelsaikan masalah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun