Mohon tunggu...
Isnaini Mila
Isnaini Mila Mohon Tunggu... Freelancer - Socmed Specialist

I really enjoy discussing everyday life and I love delving into things I don't know.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkaran Setan Konten Kreator dan Audiens Media Sosial

28 Januari 2023   15:20 Diperbarui: 28 Januari 2023   15:27 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring semakin diwarnai dengan jaringan internet, semakin mudah pula kita melakukan segala sesuatu. Belanja bisa online hanya menggunakan smartphone, bahkan menjadi terkenal bisa dilakukan hanya dengan menggunakan smartphone.

Terlebih dengan adanya fasilitas seperti sosmed dan fitur-fiturnya. Banyak orang yang berlomba menjadi populer melalui konten yang mereka buat. Mulai dari kalangan muda sampai yang sudah tua, mulai dari pelajar sampai dengan guru dan banyak profesi lainnya. Bahkan yang pengangguran pun ikut berlomba menjadi populer.

Mari kita ambil contoh salah satu sosmed yang saat ini sedang banyak digunakan, yakni Tiktok. Di dalam aplikasi tersebut banyak sekali  konten yang populer. Namun semakin kesini, semakin banyak dijumpai konten-konten yang isinya hanya memamerkan fisik, paras dan bahkan konten dirty thought.

Tidak hanya banyak, konten-konten tersebut juga sangat populer. Yaaa, sangat populer karena menulai banyak like, viewers bahkan komen dan ribuan yang memasukkan kedalam favorite.

Sedangkan konten-konten yang edukatif, atau konten yang menunjukkan banyak effort  tidak lebih populer dibandingkan konten yang hanya memamerkan fisik, paras dan dirty thought tersebut. Sesekali bisa dijumpai konten yang mengeluhkan pembuatannya berjam-jam tapi kalah dengan konten yang tidak bermutu.

Pertanyaannya, "mau sampai kapan konten-konten tersebut akan mendominasi dunia persosmedan ini?". Jawabannya "tidak akan pernah berhenti, jika audiensnya masih sangat suka dengan konten-konten yang receh tersebut dibandingkan konten yang edukatif atau konten yang memamerkan effort pembuatannya.

Mengapa bisa begitu? Mari kita lihat dari sudut pandang seorang konten kreator apalagi pemula. Kegiatan mereka adalah memproduksi konten, dimana  goalsnya mereka mendapatkan banyak like, viewers, dan komen.

Mereka tentu akan melakukan pengamatan terhadap konten-konten yang bisa populer itu seperti modelnya. Nah, ketika mereka mendapati bahwa konten-konten yang mudah populer adalah yang hanya memamerkan fisik, paras dan dirty thought. Maka, mereka berpotensi besar akan ikut-ikutan atau bsia jadi coba-coba membuat konten-konten dengan ide tersebut. Apabila konten yang sudah mereka produksi ternyata bisa populer atay FYP kalau di Tiktok, maka mereka akan memproduksi konten yang sama.

Dari sudut pandang audiensnya sendiri, mereka akan cenderung tertarik melihat konten yang jika dilihat likenya sudah banyak terlebih dahulu, dibandingkan yang likenya masih 1 atau 2 orang. Durasi tontonnya akan lebih singkat jika mereka disuguhkan dengan konten yang likenya sedikit. Dan sudah banyak faktanya bahwa ternyata video yang berbau pamer fisik, paras dan dirty thought banyak peminatnya.

Hal tersebut, akan menjadi lingkaran setan yang tidak memiliki ujung. Selama preferensi audiensnya masih kepada hal-hal yang tidak berbobot, maka selama itu pula konten kreatornya akan mengikuti dan terus menjadikan minat audiens sebagai kiblat dalam membuat konten yang tidak berbobot.

Asal bisa menaikkan followers, like, komen kemudian menjadi populer dan mengundang endorsment maka mereka akan terus membuat konten yang banyak diminati tersebut tanpa memikirkan sisi edukatifnya untuk audiens.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun