Mohon tunggu...
Riki Kurniawan
Riki Kurniawan Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa Fakultas Filsafat UGM Bermimpi diabadikan lewat Nobel sastra dan ingin melepaskan Tuhan dari penjara prasangka. Eh, ndak... kebalik, Saya yang ingin bebas, Tuhan tak pernah terpenjara...! Oke, cukup! Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dekotis Ghoul

25 April 2016   10:09 Diperbarui: 25 April 2016   10:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam balutan hitam warna pekat tengah malam, sepotong bayangan mencoba muncul disela-sela lembutnya cahaya rembulan. Bayangan itu berasal dari makhluk bertubuh tinggi tegap yang terlukis di atas tanah pemakaman dekat rumah Sofia.

***

Sudah sekitar tiga minggu Sofia mengurung diri di kamarnya. Hatinya dirundung pilu karena calon suaminya meninggal di keroyok begal saat hendak mengantarkan kartu undangan pernikahan mereka. Wajahnya selalu ia benamkan keatas bantal sambil menguras tuntas seluruh air matanya. Ia mengalami depresi akut hingga sering berhalusinasi seolah kekasihnya: Salman Harits, hadir di sudut-sudut kamarnya.

“Fia, sampai kapan kamu begini terus? Ikhlaskan saja kekasihmu itu! Ini semua sudah takdir yang di atas!”

Kalimat itu meluncur di mulut lembut Bu Dewi, seorang ibu yang baru saja melewati usia enam puluh. Ia mengkhawatirkan keadaan putrinya yang terlihat mulai mengidap gejala dekotisme. Yaitu keadaan dimana ia seolah-olah selalu melihat penampakan sosok seseorang yang sudah berada di alam lain.

Sofia tidak menjawab, ia hanya menatap pelan ke ibunya. Lalu membenamkan wajah lagi keatas bantal. Bu Dewi sampai kehabisan akal untuk membujuk putrinya kembali ke alam sadar. Ia hanya mampu berusaha bersabar.

Beberapa hari belakangan, di kampung tetangga yang masih satu desa dengan tempat tinggal Sofia terdengar sama-samar kabar tentang kasus penggalian kubur. Rata-rata kuburan yang digali adalah kuburan baru yang mayatnya masih muda. Entah motif apa yang mendasari penggalian itu, yang pasti sisa-sisa galiannya itu menunjukkan sesuatu yang tidak lazim. Disekitar galian terlihat banyak darah dan sobekan-sobekan kain kafan. Mungkinkah sang mayat telah disantap makhluk buas? Tapi makhluk apakah? karena pemakannya sendiri berada di perkampungan yang jaraknya jauh sekali dengan hutan.

Kabar itu hawar-hawar sampai ke telinga Sofia melalui mulut lembut ibunya. Lalu Sofia mendadak khawatir, ia takut kuburan calon suaminya pun ikut menjadi santapan makhluk buas tersebut. Akhirnya, karena dorongan cintanya yang kuat kepada almarhum, ketika tiba tengah malam Sofia memberanikan diri mengintip ke arah pemakaman dekat rumahnya. Kebetulan keluarga Salman Harits, calon suami Sofia telah mengikhlaskan jasat mayat Almarhum untuk dimakamkan dekat rumah Sofia. Tepat dekat dengan jendela kamarnya.

Samar-samar bayangan pepohonan melambai ke permukaan tanah di pemakaman itu. Sofia masih memperhatikan dengan seksama sambil tangannya menggenggam erat sebuah foto almarhum calon suaminya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, maksudnya tidak ada sesuatu pun yang aneh. Hanya terdapat beberapa nisan diatas kuburan yang berjajar menghampar serta tumpukan-tumpukan tanah yang basah karena sorenya turun hujan.

Akhirnya setelah beberapa lama Sofia mengintip lewat jendelanya, ia rasa malam itu makam kekasihnya aman. Lalu ia memutuskan untuk segera tidur, ia tutup rapat-rapat jendelanya dan mematikan lampu kamar. Ia pun lantas menuntaskan kantuknya di atas pulau kapuk.

Tak lama berselang, bahkan Sofia pun belum sampai ke gerbang mimpinya, ada suara ketukan di balik jendela. Antara sadar dan tidak, Sofia menghampiri sumber suara lalu spontan membuka jendela. Ia tidak ingat jika malam itu waktu telah menunjukkan pukul dua. Suara engsel jendela yang sudah karatan merengek pelan, tanda bahwa jendela sedang dibuka dengan perlahan-lahan. Karena lampu kamar belum dinyalakan, cahaya bulan purnama perlahan menyelusup di sela-sela lubang jendela, merasuki beberapa sudut-sudut kamar. Samar-samar terlihat sesosok tubuh yang membelakanginya, berdiri dengan latar bulan purnama yang membesar. Antara sadar dan tidak sadar, Sofia terus memandangi sesosok itu yang ia yakini sebagai pelaku yang mengetuk jendela kamarnya tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun