Lama menunggu, aku langsung diam membisu, tidak bisa aku berbicara apa-apa. Hatiku seperti hancur yang disertai tusukan duri. Hancur sekali hatiku ini. Jiwaku ini hampir hilang separuh. Sakit sekali. Kesakitannya tidak bisa diungkap. Â Melihat seorang yang aku kagumi, yang aku cintai selami ini, ternyata barusan ia berjalan sambil berpegangan tangan dengan seorang laki-laki yang sangat aku kenal sekali. Lelaki itu bernama Ilham. Ilham seorang sepupuku, kami sering bermain bersama bahkan sering bercanda bersama. Ilham tidak satu kelas dengan Laisa. Bunga yang kubawa tadi, kuhancarkan dan kubuang ke tong sampah. Entah sejak kapan Ilham berpacaran dengannya?
Aku menyesal, kenapa nggak dari dulu aku mengatakan bahwa aku mencintainya? Aku hanya lelaki bodoh yang bisa mencintai seorang dalam diam saja. Aku tidak seperti lelaki sungguhan. Aku langsung pergi dari tempat itu, sangat pedih rasanya. Seorang yang amat kucintai diambil oleh sepupuku.
Ku tenangkan diri di sebuah taman sebelah kampus, tidak ada tempat aku mengadu atas kejadian ini. Aku harus rileks dan berpikir atas kejadian semua ini.
Dan pada akhirnya, aku tidak lagi memikirkan tentang itu lagi. Aku pun harus bahagia melihat Laisa bahagia walaupun Laisa tidak bersamaku. Aku harus berubah menjadi lelaki yang tak pernah takut gagal atas sesuatu hal. Bahagianya Laisa, aku pun akan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H