Menarik sekali saat dulu aku pernah berkata ke salah seorang teman : "Jangan minum Aq**, itu produk danone yg keuntungannya untuk membiayai perang israel membantai rakyat palestina"
Trus dia malah membantah, km itu nggak bakalan bisa hidup tanpa produk orang yahudi, PC buatan yahudi, HP buatan yahudi, facebook milik orang yahudi, dll Jangan terlalu idealis...
Saat itu pikirku, memang kata2 dia itu ada benarnya juga. Mungkin kita terlalu naif dan munafik kalo mau memboikot produk israel. Kan kita sendiri yang butuh produk mereka, klo bener2 kita yg malah diboikot mereka gimana?
Sampai suatu saat ku mendengar ceramah dari salah seorang ulama yg menceritakan tentang Sirah Nabawi tentang saat dulu pada waktu cerita hijrah dari makkah ke madinah.
Dulu, saat Rasulullah SAW dan Para SahabatNya hijrah dari makkah menuju madinah itu dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa karena para kafir Quraisy melarang mereka membawa Harta benda mereka tuk dibawa menuju madinah.
Jadilah, beliau dan para sahabatnya sampai madinah itu dalam keadaan miskin. Kemudian Rasulullah SAW mempersaudarakan antara sahabat anshor dan sahabat muhajirin. 1 sahabat muhajirin dipersaudarakan dg 1 sahabat anshor. Persaudaraan diantara keduanya sangat erat dan indah. Bahkan, persaudaraan mereka melebihi saudara kandung. Yang istimewa adalah Sahabat anshor membagi semua hartanya menjadi 2 bagian. 1 bagian untuk sahabat muhajirin dan 1 bagian untuk dirinya sendiri. Kalau sahabat anshor mempunyai sebidang kebun, mereka bagi 2, kalo punya rumah mereka bagi 2 dan kalo punya harta mereka pun bagi 2.
Sekalipun begitu, Sahabat Muhajirin tahu diri shg tidak mau begitu saja menerima pemberian sahabat anshor. Hal ini ditunjukkan oleh salah seorang sahabat yg bernama Abdurrahman Bin Auf, salah seorang saudagar kaya di makkah tapi saat hijrah seluruh hartanya ditinggal di makkah shg menjadi seseorang yg miskin di madinah.
Saat Abdurrahman bin Auf RA ditawari separuh harta oleh saudara anshornya beliau menolak dengan halus, dan hanya mengajukan pertanyaan " wahai saudaraku, dimanakah letak pasar madinah ?" Oleh karena Abdurrahman bin Auf adalah mental bisnisman, setelah beliau pergi ke pasar untuk mensurveynya dan setelah mengetahui kondisi dan segmen pasar,akhirnya beliau memutuskan untuk berbisnis.
Jejak Abdurrahman bin Auf ini pun diikuti oleh Sahabat muhajirin yg lain yang selama di makkah memang pandai berdagang dan menjadi saudagar yg kaya di makkah dulu pada saat sebelum hijrah.
Saat itu, Pasar madinah dikuasai oleh orang2 yahudi. semua yang berdagang di pasar adalah orang yahudi, sedangkan umat islam kala itu hanyalah menjadi buruh kuli dan sbg pembelinya. memang sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang, orang yahudi menguasai perekonomian di masyarakat. Dan yang paling parah adalah saat itu, sudah menjadi kelaziman mengenai Riba'. Waktu itu, Umat islam yang mau hutang dg orang yahudi (secara kan mereka yg jd orang kaya) pasti harus membayar beserta Bunganya.
Singkat Cerita, setelah Abdurrahman bin Auf RA memutuskan untuk ikut berbisnis dan berdagang yang kemudian diikuti oleh para sahabat yg lain, perlahan namun pasti dominasi pasar yahudi semakin berkurang karena seiring bertumbuhnya agama islam di madinah yg semakin pesat, umat muslim semakin bertambah banyak. dan umat muslim di madinah kala itu lebih senang berbelanja ke sesama umat islam. semua kebutuhan mereka pasti membelinya di toko2 milik orang islam.
Umat muslim madinah kala itu mempunyai prinsip = "SELAGI SAUDARA MUSLIM KAMI MASIH DAPAT MENYEDIAKAN SEGALA KEPERLUAN DAN KEBUTUHAN KAMI, MAKA KAMI HANYA BERBELANJA KE SESAMA UMAT ISLAM"
Ya, kalau hal ini dibilang SARA Ya, memang ini SARA.
Ya, kalau hal ini dibilang DISKRIMINATIF Ya, memang ini DISKRIMINATIF.