Mohon tunggu...
Nakeysha zaskia
Nakeysha zaskia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar sekolah

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ogoh-ogoh sebagai Pemeriah Hari Raya Nyepi

22 Agustus 2023   07:46 Diperbarui: 22 Agustus 2023   08:00 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN
 
Bali dikenal sebagai tempat yang ramai pengunjung karena kearifan lokalnya dan keindahan alamnya. Banyaknya turis yang datang kesini untuk menikmati rasanya kebudayaan di bali maupun hiburan di bali. Tidak sedikit pula orang yang berpindah ke sini. Selain itu, bali juga dikenal dengan hari raya nya yang masuk kedalam kalender libur nasional kita, yaitu Hari Raya Nyepi.
 
Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka yaka yang dirayakan umat hindu setiap satu tahun sekali. Namun banyak yang masih asing dengan patung besar yang sering muncul pada perayaan hari nyepi.
 
Patung besar yang biasanya berbentuk makhluk-makhluk yang di arak keliling desa itu merupakan Ogoh-ogoh. Banyak orang yang melihat bentuk ogoh-ogoh di perayaan tetapi masih bingung maksud dari patung tersebut. Maka dari itu, disini saya akan membahas apa yang dimaksud dengan ogoh-ogoh dengan sejarahnya.
 
BAGIAN INTI
 
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung yang dibawa keliling saat menjelang Hari Raya Nyepi. Ogoh-ogoh melambangkan sebuah tokoh Hindu bernama Bhuta Kala. Ogoh-ogoh adalah karya seni patung boneka yang dibuat menyerupai raksasa (bhuta). Ogoh-ogoh akan dibawa jalan keliling desa oleh sekelompok masyarakat hingga malam sebelum Hari Raya Nyepi. Arakan ogah-ogah sambil diiringi gamelan Bali yang disebut bleganjur.
 
Bagi umat Hindu, patung ogoh-ogoh adalah sebuah simbol keburukan sifat manusia serta hal negatif alam semesta. Setelah dibawa keliling ogoh-ogoh akan dihancurkan dengan cara dibakar. pembakaran ogoh-ogoh memiliki makna melenyapkan sifat-sifat buruk yang melekat di dalam diri manusia. Pembakaran ogoh-ogoh sekaligus menjadi penetral dari kekuatan buruk dan pengaruh negatif makhluk jahat.
Pagai ogoh-ogoh dilaksanakan pada malam pengerupukan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944.
 
Menurut situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, ogoh-ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang merupakan bahasa Bali yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Wajah Bhuta Kala mulai dibuat berkaitan dengan ritual Nyepi pada tahun 1983. Ketika itu presiden memutuskan Nyepi sebagai hari libur nasional. Sejak saat itu, masyarakat di beberapa tempat di Denpasar mulai membentuk anggokan yang disebut ogoh-ogoh. Budaya baru ini juga semakin meluas saat ogoh-ogoh diijuti dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
 
Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merupakan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam ogoh-ogoh, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar, menakutkan, dan berwujud raksasa. Bahkan, ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis, atau tokoh agama. Saat awal dibuat, ogoh-ogoh dibuat dari rangka kayu dan bambu sederhana. Rangka itu lantas dibentuk dan dibungkus kertas. Kreasi pada ogoh-ogoh semakin banyak dari berkembanya zaman. Inovasi ogoh-ogoh dibuat dengan rangka dari besi yang dirangkaikan dengan bumbu yang dianyam. Pembungkusan badan ogoh-ogoh pun diganti gabus atau stereofoam dengan teknik pengecetan.
 
Ogoh-ogoh sebenarnya tidak memiliki hubungan secara langsung dengan acara Hari Raya Nyepi. Namun, patung itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara. Biasanya, ogoh-ogoh dibawa keliling setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama bleganjur atau gamelan khas Bali. Rangkaian acara pawai dengan ogoh-ogoh yaitu (1)Para peserta upacara meminum minuman keras tradisional (arak) sebelum acara.(2)Ogoh-ogoh diarak menuju sema atau tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat). (3)Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh tersebut dibakar.
 
Keesokan harinya, pada saat nyepi khususnya di Bali, semua dalam keadaan sepi. Tidak ada aktivitas seperti biasanya, pada hari ini dilakukan puasa Nyepi, warga tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta harus menahan hawa nafsu, tidak boleh berkegiatan kerja jasmani,tidak berpegian, tidak melakukan aktivitas hiburan.
 
Kalau dilihat dari jenis ogoh-ogoh yang berkembang dari awal adanya tradisi mengarak ogoh-ogoh sampai sekarang, maka ogoh-ogoh dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni ogoh-ogoh bhuta kala, ogoh-ogoh itihasa, dan ogoh-ogoh kotemporer.
 
1) Ogoh-Ogoh Bhuta Kala
Ogoh-ogoh bhuta kala merupakan jenis ogoh-ogoh yang memiliki ciri-ciri ukuran tubuh besar dan tinggi, matanya besar melotot, mukanya tampak garang, mulut dan hidungnya besar dengan gigi besar mengkilap dan taringnya runcing, perutnya buncit, kuku panjang dan runcing, dan memiliki rambut yang gimbal dan berantakan. Ogoh-ogoh jenis ini setelah diarak keliling desa adat maka ogoh-ogoh ini dibakar.
 
2) Ogoh-Ogoh Ithiasa
Ogoh-ogoh itihasa merupakan jenis ogoh-ogoh yang dibuat berdasarkan cerita pewayangan Mahabarata dan Ramayana. Dari cerita-cerita tersebut anak muda mengekspreikan imajinasinya ke dalam bentuk ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh jenis ini sering dipajang dipingir jalan setelah diarak-arak keliling desa dan dapat dijadikan sebagai ajang foto-foto bagi wisatawan yang kebetulan lewat dan melihat ogoh-ogoh tersebut. Berikut gambar ogoh-ogoh jenis ithiasa.
 
3) Ogoh-Ogoh Kotemporer
Ogoh-ogoh kotemporer merupakan jenis ogoh-ogoh yang kisahnya diambil dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan sering dijadikan kritik sosial. Jadi ogoh-ogoh kotemporer dibuat berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi dan sifatnya sebagai pembawa pesan kepada masyarakat. Umumnya ogoh-ogoh seperti ini memiliki gaya yang unik dari ogoh-ogoh jenis lainnya.
 
 
 
 
PENUTUP
 
Pemusnahan ogoh-ogoh yang dibentuk menyerupai patung seram ini bermaksud untuk pemusnahan sifat buruk manusia yang ditandai dengan pembakaran ogoh-ogoh yang melambangkan roh jahat. Hingga saat ini, tradisi ini sangat ramai dilakukan bahkan semakin banyak orang yang memiliki kreatif dan ide-ide unik mengenai patung ogoh-ogoh yang mereka buat. Banyaknya kreasi patung yang menjadi ramai diperbincangkan publik media sosial akibat keunikannya membuat Ogoh-ogoh dikenal luas hingga internasional.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5239684/makna-simbol-bhuta-kala-di-ogoh-ogoh-sambut-hari-raya-nyepi
https://www.longtripmania.org/2014/09/foto-gambar-ogoh-ogoh-di-bali.html
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/19/083000765/mengenal-pawai-ogoh-ogoh-jelang-hari-raya-nyepi--sejarah-makna-dan
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6630403/apa-itu-ogoh-ogoh-dalam-perayaan-hari-raya-nyepi-ini-sejarah-dan-fungsinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun