Aku, Najwa Ananda Putri, lahir di Plandaan, Jombang, Jawa Timur, pada 25 November 2005. Banyak yang memanggilku Awa. Aku dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan, dengan ayah seorang petani dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Sejak kecil, aku selalu merasa tercukupi, baik secara materi maupun kasih sayang. Selanjutnya, aku juga memiliki seorang adik perempuan yang kini berusia 4 tahun.
Meskipun lahir di desa yang cukup sulit diakses, hal itu tidak menghalangiku untuk menuntut ilmu. Dukungan orang tuaku yang sangat besar membuatku selalu termotivasi untuk belajar dan berkembang. Hidup di desa yang dikelilingi sawah dan hutan memberikan ketenangan tersendiri. Suasananya yang jauh dari keramaian kota membuat masa kecilku terasa indah. Namun, terkadang aku juga merindukan suasana yang lebih ramai, seperti di perkotaan.
Aku memulai pendidikan di TK Tunas Harapan Plandaan, kemudian melanjutkan di SD dan SMP di desa yang sama. Sejak kecil, aku sangat menyukai seni, terutama menyanyi dan menari. Namun, ketertarikanku lebih kuat pada tari tradisional. Awalnya, menari hanya sekadar hobi, akan tetapi seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa aku memiliki potensi besar di sana.
Salah satu tarian yang kupelajari adalah Tari Remo Boletan dari Jombang. Pada tahun 2018, ketika masih kelas 6 SD, aku mengikuti Lomba Tari Remo dan berhasil meraih juara 2. Prestasi ini membuatku semakin percaya diri dan membawaku menjadi maskot Tari Remo Sewu dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Alun-Alun Jombang pada tahun yang sama. Pengalaman tersebut membuka banyak kesempatan untukku tampil di berbagai acara dan bertemu dengan banyak penari lain, memperkaya pengalamanku di dunia seni.
Aku bercita-cita untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke dunia internasional. Melalui tarian, aku ingin menunjukkan bahwa setiap gerakan bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah cerita yang memiliki makna mendalam. Kesenian menjadi media terbaik bagiku untuk mengeksplorasi bakat dan keluar dari zona nyaman.
Kini, aku melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Jombang. Di sini, aku bergabung dengan ekstrakurikuler tari bernama "Sekar Sambang." Lingkungannya sangat positif, pelatihnya suportif, dan teman-temanku saling mendukung satu sama lain. Kami tidak saling bersaing, tetapi justru membantu jika mengalami yang kesulitan. Bersama mereka, aku terus mengikuti berbagai lomba, termasuk Kompetisi Tari Se-Jombang Open, di mana kami berhasil meraih juara 3 tahun lalu. Itu adalah buah dari kerja keras dan latihan yang tak kenal lelah.
Bagiku, melestarikan tarian tradisional adalah tanggung jawab besar untuk menjaga kekayaan budaya bangsa. Bahwasanya, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk tari tradisional yang sarat makna dan sejarah. Dengan melestarikan tarian tradisional, kita menjaga identitas nasional di tengah arus modernisasi yang begitu cepat. Selain itu, tarian tradisional juga memiliki peran penting dalam mempererat persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur kita yang kaya.
 Oleh karena itu, melestarikan budaya tradisional merupakan cara untuk mendidik generasi muda agar memahami dan menghargai warisan mereka. Dengan memperkenalkan tarian tradisional di tingkat internasional, kita memperkuat kebanggaan nasional dan mengangkat citra budaya Indonesia di mata dunia.