Mohon tunggu...
najwa nurhaifa
najwa nurhaifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, yang memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam mencapai keberhasilan. Saya selalu ingin mencoba hal baru agar dapat meningkatkan skill dan pengalaman, dengan kemampuan yang mudah beradaptasi di lingkungan sosial membuat saya lebih suka berinteraksi dengan siapapun. Hobi saya menonton dan masak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh Positif dan Demokratis Jalan Menuju Kemandirian Sosial Anak Sejak Dini

29 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia yang semakin kompleks, kemandirian sosial anak menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan dalam proses tumbuh kembang mereka. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan keterampilan sosial anak. Sejak usia dini, anak-anak mulai belajar berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, dan pengalaman ini sangat dipengaruhi oleh cara mereka diasuh. Pola asuh yang positif dapat mengembangkan rasa percaya diri, empati, dan keterampilan komunikasi yang diperlukan untuk membina hubungan yang sehat dengan orang lain. Sebaliknya, pola asuh yang kurang mendukung dapat menghambat perkembangan sosial anak, membuat mereka sulit beradaptasi dan berinteraksi dalam masyarakat. Melalui pemahaman yang mendalam mengenai pola asuh yang berpengaruh, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kemandirian sosial anak, menyiapkan mereka untuk menghadapi tantangan hidup dengan percaya diri dan tanggung jawab. Dalam essay ini, akan dibahas berbagai pola asuh yang dapat meningkatkan kemandirian sosial anak serta implikasinya bagi masa depan mereka.

Apa yang anda ketahui tentang definisi pola asuh? Nah, pola asuh adalah suatu bentuk sikap orang tua untuk mendidik anak-anaknya di dalam sebuah keluarga. Sikap orang tua dapat meliputi pemberian aturan-aturan, hukuman, hadiah, menunjukkan otoritasnya sebagai orang tua, memberikan kasih sayang, perhatian, dan tanggap terhadap anak. Orang tua harus menjadi pelindung dan memberikan rasa aman kepada anak-anaknya, pola asuh yang baik akan membawa kebaikan pada diri anak dan sebaliknya jika pola asuh yang diberikan buruk maka akan membawa keburukan bagi diri anak.

Pola asuh yang dapat mendorong kemandirian anak yaitu pola asuh orangtua yang positif dan juga demokratis. Pola asuh positif merujuk pada cara orangtua berinteraksi dengan anak-anak mereka, yang dapat dilihat dari ucapan dan tindakan yang mendukung perkembangan kepribadian serta kemandirian anak. Karakteristik pola asuh ini meliputi sikap yang rasional, mendorong, konsisten, menciptakan perdamaian, perhatian, santai, dan bertanggung jawab.

  • Dampaknya adalah sebagai berikut:
  • Orangtua yang rasional memberikan alasan yang logis, sehingga anak merasa percaya diri.
  • Orangtua yang mendorong menginspirasi anak untuk berusaha sendiri, yang meningkatkan harga diri.
  • Orangtua yang konsisten menjaga keselarasan antara ucapan dan tindakan dalam berbagai situasi, membantu anak menjadi tegas dan percaya pada kemampuan diri.
  • Orangtua yang menciptakan perdamaianmenjadi teladan baik, sehingga anak meniru perilaku positif tanpa tekanan.
  • Orangtua yang perhatian mendengarkan perasaan anak, yang dapat membangkitkan kepercayaan dan harga diri yang tinggi.
  • Orangtua yang santai memberikan kebebasan dalam bertindak, sehingga anak merasa dihargai.
  • Orangtua yang bertanggung jawab memberi kepercayaan dan kebebasan yang sesuai dengan kebutuhan anak, membantu mereka belajar untuk berani.

Pola asuh demokratis dianggap sebagai tipe pola asuh yang paling tepat diterapkan oleh orang tua terhadap anak. Pendekatan ini memberikan kebebasan kepada anak sambil tetap menetapkan batasan yang jelas, serta melibatkan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak. Dalam pola asuh ini, peran orang tua adalah sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan panduan, selalu mengutamakan kepentingan anak, dan menghindari penggunaan kontrol yang berlebihan (Khairun Nisa et al., 2024)

Ciri-ciri pola asuh demokratis meliputi: 1) mendorong kemandirian anak sambil tetap memberikan pengawasan; 2) bersikap ramah dan menerima alasan atas tindakan anak; 3) melibatkan anak dalam pengelolaan kehidupannya; dan 4) menetapkan aturan dalam proses pengambilan keputusan. Pola asuh demokratis membawa sejumlah manfaat bagi anak, seperti kemampuan mengendalikan diri, menjalin hubungan sosial yang baik, bersikap kooperatif, bertanggung jawab, dan tidak bergantung pada orang lain.

Berikut adalah beberapa contoh praktik baik dalam pola asuh yang mendukung kemandirian sosial:

  • Melibatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan: Ajak anak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan sehari-hari, seperti memilih aktivitas atau menentukan menu makan. Ini membantu mereka merasa memiliki kontrol dan tanggung jawab.
  • Memberikan Tugas yang Sesuai Usia: Berikan anak tugas rumah tangga sederhana, seperti merapikan tempat tidurnya atau membantu menyiapkan makanan. Ini mengajarkan mereka tanggung jawab dan kemandirian.
  • Mendorong Interaksi Sosial: Fasilitasi kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman-teman, seperti mengatur playdate atau mengikuti kegiatan kelompok. Ini membantu mereka belajar keterampilan sosial.
  • Memberikan Umpan Balik Positif: Saat anak berhasil melakukan sesuatu secara mandiri, berikan pujian dan umpan balik yang positif. Ini meningkatkan rasa percaya diri dan dorongan untuk berusaha lebih lanjut.
  • Menjadi Teladan yang Baik: Tunjukkan perilaku mandiri dan sosial yang baik, seperti berbagi, membantu orang lain, dan berkomunikasi secara efektif. Anak seringkali meniru perilaku orang tua.
  • Mendorong Eksplorasi: Izinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar, seperti bermain di taman atau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Ini membantu mereka belajar beradaptasi dengan berbagai situasi sosial.
  • Mengajarkan Empati: Ajak anak untuk memahami perasaan orang lain dengan membahas situasi sosial yang melibatkan empati dan kerja sama. Ini memperkuat kemampuan sosial mereka.
  • Memberikan Kebebasan dalam Batasan: Berikan anak kebebasan untuk memilih kegiatan atau teman, namun tetap menetapkan batasan yang jelas untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Dengan menerapkan praktik-praktik ini, orang tua dapat mendukung kemandirian sosial anak secara efektif.

Hasil dari penelitian (Sunarty, 2016) menyimpulkan bahwa Pola asuh yang positif berada pada urutan pertama, merupakan hal yang terpenting dalam meningkatkan kemandirian anak. Dalam hal ini, orangtua berkomunikasi, bertransaksi, dan berinteraksi dengan anak dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang layak dan pantas. Mereka memberikan dorongan, konsistensi, kenyamanan, serta perhatian, sambil tetap bersikap rileks dan bertanggung jawab. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan James (2002) yang menegaskan bahwa pola asuh orangtua yang positif dapat meningkatkan kemandirian anak.

Sedangkan pola asuh demokratis berada pada urutan kedua, Orangtua berkomunikasi, bertransaksi, dan berinteraksi dengan cara yang rasional, bertanggung jawab, terbuka, obyektif, tegas, hangat, realistis, dan fleksibel. Sikap ini membantu menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri anak dalam mengambil keputusan terkait aktivitas dan kebutuhannya. Pendapat ini sejalan dengan Santrock (2009), yang menyatakan bahwa pola asuh demokratis sangat efektif dalam meningkatkan kemandirian anak.

Jadi, pola asuh sangat dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak usia dini khususnya pada perkembangan kemandirian sosial anak. Pola asuh positif dan demokratis ikut andil dalam menunjang kemandirian sosial anak, orang tua harus lebih selektif dan peduli terhadap pola asuh yang diberikan. Dampak positif yang diberikan dari gaya pola asuh ini dapat menciptakan seorang anak yang mandiri dilingkungan sosial, karena dengan anak memiliki kemandirian sosial maka akan memudahkan anak dalam bergaul dan terjun pada lingkungan masyarakat.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun