Mohon tunggu...
Najwa nisrina Hanum
Najwa nisrina Hanum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Indonesia perlu Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan dan Diskriminasi Gender dalam Pendidikan

16 Desember 2022   14:01 Diperbarui: 16 Desember 2022   14:04 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diskriminasi gender dalam dunia Pendidikan

Salah satu problem dan tuntutan dalam dunia pendidikan pada saat ini adalah masalah keadilan dan kesetaraan gender. Pendidikan yang seharusnya menjadi ranah belajar bagi laki-laki dan perempuan, justru lebih digandrungui ole laki-laki daripada perempuan. Kondisi ini bukan tanpa alasan, tetapi dilatarbelakangi oleh pandangan patriarki dalam masyarakat, yaitu pandangan bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada perempuan. Pada proses pendidikan di Indonesia Diskriminasi gender masih sering terjadi. Pada umumnya masyarakat masih menganut paham dimana mereka menganggap perempuan merupakan kelompok kelas dua, dan posisinya dibawah laki-laki.

Wacana gender yang dipelopori oleh Feminis telah mempengaruhi Negara Dunia termasuk Indonesia, yang dapat menyingkap berbagai pengalaman hidup manusia yang menyimpan misteri. 

Gender dan pendidikan menjelaskan arti/makna wacana gender dalam pendidikan dan fenomena sosial gender dalam proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi sosial anatara guru dengan siswa juga antar siswa. Kemudiann materi Identitas Gender dan Identitas Peran Gender- maskulinitas dan feminimitas, membahas peran gender seseorang yang mempengaruhi sikap dan perilaku siswa laki-laki dan perempuan di sekolah yang dapat mempengaruhi optimalisasi pencpaian pendidikan siswa. 

Kemudian Sosialisasi Gender dalam proses pembelajaran, membahas terjadinya sosialisasi nilai-nilai gender didalam proses pembelajaran baik oleh siswa maupun guru melalui proses internalisasi, obyektivasi dan eksternalisasi nilai-nilai gender. Akibat sosialisasi nilai-nilai gender ini meningkatkan identitas peran gender siswa, yang selanjutnya menyebabkan sikap dan perilaku siswa di dalam proses pembelajaran dalam “tekanan” pengaruh nilai-nilai gender, dan terjadilah diskriminasi gender dalam pendidikan.

Gender adalah fenomena Sosiologis sekaligus psikologis (Burr, 1998). Didalam pendidikan fenomena problem sosial gender dapat difahami melalui ranah mikro, yaitu proses pembelajaran (learning process) yang membahas mengenai persepsi actor-aktor pendidikan termasuk siswa, aksi dan interaksi antar actor pendidikan, interaksi anatara guru dengan iswa di kelas dan lain-lain. 

Proses pendidikan hanya akan dapat dipahami dengan cara menelusuri dunia subyektif, dunia makna, dan self-concept individu-individu yang berada di dunia pendidikan. (Maliki, 2010).

Hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan saat ini mungkin sudah mulai dicapai dengan tingginya partisipasi pendidikan oleh perempuan. Namun, banyak yang masih perlu dibenahi terkait hak dalam proses pendidikan. Hal ini menjadi indikasi bahwa di dalam proses pendidikan, stereotip gender memunculkan bias gender yang beroperasi melalui standar normatif yang mendorong timbulnya penolakan dan sanksi sosial (Heilman, 2012). 

Bias gender terjadi melalui proses dan sistem pembelajaran di sekolah ataupun dalam lingkungan keluarga. Jika ibu atau pembantu rumah tangga (perempuan) yang selalu mengerjakan tugas-tugas domestik seperti mencuci, menyaou, dan memasak maka akan tertanam pada diri anak-anak bahwa pekerjaan domestik memang menjadi pekerjaan yang lumrah bagi perempuan. 

Lebih jauh, dalam dunia pembelajaran di sekolah seperti buku ajar misalnya, banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan gender. Sebut saja gambar seorang pilot selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang hanya dimiliki oleh lakilaki.

Banyak perempuan yang masih berusia remaja yang seharusnya berangkat sekolah dan belajar justru terpaksa harus bekerja, baik itu sebagai pelayan toko maupun buruh pabrik. Dengan alasan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, memaksa orang tua untuk menyuruh anak prempuannya bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. 

Dalam keadaan demikian, orang tua rela mengorbankan anak perempuannya untuk bekerja membantu orang tua, sedangkan anak laki-lakinya tetap melanjutkan sekolah. Banyak orang memandang Laki-laki lebih penting dalam mencari ilmu, karena kelak kaum laki-laki yang akan menafkahi keluarga, sedangkan perempuan tetap akan menjadi ibu rumah tangga. Dengan anggapan ini, pendidikan dianggap kurang begitu perlu bagi kaum perempuan.

Pandangan inilah yang dianggap tidak adil bagi salah satu pihak, khususnya pihak perempuan. Perempuan mendapatkan diskriminasi dalam memperoleh kesempatan pendidikan. Mereka menganggap Kaum laki-laki kelak akan menjadi kepala rumah tangga dan bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, sehingga pendidikan lebih diutamakan untuk mendukung perannya. Sedangkan perempuan dianggap hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang bekerja di dalam rumah untuk mengurus suami, anak, dan rumahnya.

Dari pandangan ini, mereka  menilai pendidikan yang tinggi tidak terlalu penting bagi kaum perempuan. Padahal anggapan seperti itu tidak selalu benar. Bagaimana seandainya perempuan berada dalam suatu kondisi yang menuntut dibutuhkan perannya untuik memimpin rumah tangga dan mencari nafkah bagi keluarganya?. 

Jika kaum perempuan tidak memiliki suatu  kualitas pendikan yang memadai, maka akan dapat dipastikan perempuan tidak akan bisa menjalankan perannya untuk menggantikan peran laki-laki dalam keluarga. Perempuan akan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak untuk mencukupi ekonomi keluarga. 

Oleh karena itu, perempuan juga harus memiliki hak yang sama dalam memperoleh dan menadapatkan pendidikan untuk mengantisipasi suatu kondisi demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun