Mohon tunggu...
Najwan Muhammad Ghalib
Najwan Muhammad Ghalib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Najwan merupakan mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia, mahasiswa yang memiliki pola pikir Growth Mindset, mampu beradaptasi, berkolaborasi, dan bekerjasama dengan tim. Hal ini di buktikan ketika di organisasi Najwan pernah menjadi ketua pelaksana acara webinar beasiswa yang sukses di selenggarakan di Universitas Pendidikan Indonesia 2022. Najwan pun memiliki kemampuan untuk memanajemen waktu antara organisasi dan akademik. Hal ini di buktikan dengan IP saat ini yakni 3.91, serta memiliki visi yang besar yaitu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Karena Najwan yakin suatu saat nanti Indonesia bisa menjadi center pendidikan di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa dan Dosen UPI Berkolaborasi Membuat Alat Pengganti Guide Runner bagi Atlet Atletik Tunanetra Cabang Nomor Lari

26 November 2022   13:56 Diperbarui: 26 November 2022   14:22 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto anggota dan tim serta dosen pembimbing (Dok. pribadi)

Atlet atletik tunanetra T11 berlari dari start hingga garis finish di bantu dengan seorang Guide Runner dengan cara diikatkan pada masing-masing pergelangan tangannya agar atlet berlari pada jalur nya (Folmer, 2015). Guide Runner merupakan orang yang secara sukarela membantu atlet atletik tunanetra untuk menggapai karir nya sebagai sang juara. Perlu diketahui bahwa Guide Runner tidak dapat dipilih secara sembarangan, berbagai kriteria harus terpenuhi sebelum menjadi Guide Runner, seperti hal nya memiliki tinggi badan yang sama, panjang tungkai dan kaki yg sama pada saat pelaksanaanya, sehingga dapat menyelaraskan gerakan lengan dan kaki pada saat berlari (Peiris et al., 2016).

Selanjutnya, pada pelaksanaan lari yang di ikuti oleh atlet atletik tunanetra seringkali mengalami berbagai hambatan yang jika dibiarkan akan mengancam karir atlet tunanetra kedepannya. Perbedaan kecepatan antara pelari dan Guide Runner merupakan faktor permasalahan yang utama karena dapat mengakibatkan atlet ataupun Guide Runner terseret saat berlari. Hal ini pun dapat membuat salah satu dari mereka terjatuh sehingga bisa mengalami cidera. Bukan hanya itu, ketika Guide Runner tidak dapat hadir pada saat sesi latihan atlet dikarenakan sakit ataupun alasan satu dan lain hal, otomatis atlet tidak dapat mengikuti latihan ataupun pertandingan nya. Dapat dilihat bahwa karir atlet tunanetra dari dulu hingga saat ini terus bergantung pada seorang Guide Runner (Pieralisi et al., 2015; Andajani, Wiriawan dan Pamuji, 2020).

Oleh karena itu, Tim mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang bernama; Rafly Ikhsanudin Al Afgani, Najwan Muhammad Ghalib dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang berkolaborasi dengan Reka Septiany dari Fakultas Ilmu Pendidikan (Pendidikan Khusus) dan Bilal Insan Tawakal serta dadan Hamdalah dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan melalui Program Kreativitas Mahasiswa di bawah bimbingan Ibu Messa Rahmi Stephanie, M.Pd. Berhasil menciptakan sebuah inovasi alat pengganti Guide Runner berbasis microcomputer bagi atlet tunanetra pada cabang olahraga atletik nomor lari. Alat ini diberi nama Blind Run, hadir untuk membantu atlet dapat berlari secara mandiri tanpa harus adanya Guide Runner.

Dokumentasi atlet atletik tunanetra berlari menggunakan alat Blind Run (Dok. pribadi)
Dokumentasi atlet atletik tunanetra berlari menggunakan alat Blind Run (Dok. pribadi)

Blind Run menggunakan metode line detection yang ternyata metode ini sudah di uji dan berhasil di terapkan oleh perusahaan ternama, yakni tesla yang mampu mendeteksi garis putih. Blind Run dirancang untuk memberikan feedback pada bagian dada tengah ketika atlet sudah berada di jalur yang tepat. Jika atlet akan melenceng ke kanan Blind Run secara real time memberikan feedback getar pada bagian dada sebelah kiri dan pundak sebelah kiri yang menandakan bahwa atler harus segera kekiri pun hal nya sebaliknya. Bukan hanya itu, Blind Run pun akan memberikan feedback dalam bentuk suara ketika atlet ingin melenceng ke kiri, Blind Run akan memberikan suara di sebelah kanan melalui headset sport di telinga bagian kanan yang menandakan atlet harus segera kekanan. Jadi semua yang atlet butuhkan pada seorang Guide Runner pada saat berlari sudah terpenuhi pada alat ini.

Dokumentasi kegiatan pengimplementasian alat di lapang Pajajaran, Kota Bandung (Dok. pribadi)
Dokumentasi kegiatan pengimplementasian alat di lapang Pajajaran, Kota Bandung (Dok. pribadi)

Penulis berharap dengan adanya alat ini, atlet dapat berlari secara mandiri tanpa harus adanya seorang Guide Runner karena hal ini akan membuat atlet dapat berlatih kapan saja tanpa harus menunggu seorang Guide Runner,  karir atlet kedepannya tidak bergantung lagi pada seorang Guide Runner. Bukan hanya itu, penulis pun berharap agar alat ini dapat diproduksi secara masal dan dikembangkn kembali untuk membantu penyandang tunanetra di dunia dalam melakukan aktivitas lari, sehingga  regenerasi atlet atletik tunanetra pun dapat terus bertambah dan membuktikan kepada dunia penyandang disabilita dapat menembus keterbatasan untuk menuju kesetaraan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun