Hanya karena drama yang kamu tonton dan image yang mereka buat di media sosial, kamu jadi berangan-angan untuk menikahi oppa Korea. Padahal, sebenarnya banyak kasus kekerasan, pelecehan, dan perundungan terhadap perempuan yang terjadi di Korea Selatan yang ternyata telah menjadi perkara berat bagi pemerintahan dan warga disana.
Cowo Manis dan Kaya
Pernah gak sih waktu kamu lagi nonton drama Korea yang berjudul Guardian: The Lonely and Great God yang dibintangi oleh Gong Yoo dan Kim Go Eun saat si laki-laki memberikan sebuket bunga putih ketika si perempuan bersedih? Sangat romantis bukan? Yang memiliki harta melimpah ruah dan rumah seperti istana tetapi memilih pasangan yang datang dari gubuk kumuh? Kamu pasti langsung berangan-angan ada laki-laki tampan dan kaya yang akan datang ke dalam hidupmu dan menerima segala kelemahanmu.Â
Image positif yang dibuat sedemikian rupa oleh artis-artis Korea di berbagai macam platform media sosial telah membuat seluruh dunia melupakan gelagat asli mereka. Banyak acara televisi Korea Selatan yang menyajikan konten positif seperti membela isu kesetaraan gender, menolak rasisme, menolak kekerasan, dan mendukung untuk mengusut kasus pelecehan. Hal tersebut telah mengubur dalam-dalam kejinya perbuatan mereka.
KEKERASAN DI NEGERI PARA IDOLA
Budaya patriarki yang telah tertanam sejak dahulu di Korea Selatan tidak mudah untuk disingkirkan. Mereka masih menganggap bahwa laki-laki harus lebih dominan daripada perempuan dan perempuan harus patuh terhadap perintah laki-laki. Kekerasan yang dilakukan laki-laki dianggap untuk membuat perempuan tunduk dan tidak membangkang. Kekerasan bisa meliputi kekerasan fisik, kekerasan emosional, dan pelecehan seksual (Grison & Gazzaniga, 2019).Â
Kekerasan fisik bisa termasuk menendang, menggigit, meninju, mencekik, mendorong, menampar, memukul dengan suatu benda, dan mengancam dengan atau menggunakan senjata. Contoh kekerasan emosional adalah penghinaan, ejekan, mengendalikan apa yang dilakukan dan dengan siapa si pasangan bersosialisasi, menolak untuk berkomunikasi, menahan uang secara tidak wajar, dan mempertanyakan kewarasan pasangan. Pelecehan seksual adalah penggunaan perilaku seksual untuk mengontrol, memanipulasi, atau merendahkan orang lain.Â
Faktanya, memiliki hubungan dengan orang Korea tidak semanis di drama yang sering kamu tonton. 8 dari 10 laki-laki Korea Selatan melakukan penganiayaan terhadap pasangannya. Menurut studi mengenai kekerasan perempuan, yang dilangsungkan oleh Korean Women's Development Institute (KWDI), dari 7.000 perempuan yang di survey, 2.446 perempuan sekurang-kurangnya pernah mengalami kekerasan satu kali dalam hidupnya, di antara mereka, 1.124 perempuan yang menikah atau memiliki pasangan yang sedang menjalani hubungannya mendapat kekerasan dalam bentuk fisik, emosional, seksual, dan finansial dari pasangannya.
 Temuan menunjukkan bahwa secara statistik, persentase kejahatan pelecehan seksual berada di tingkat yang mengkhawatirkan. Dari 98% penyerang adalah laki-laki dan korbannya adalah 86% perempuan. Tingkat kejahatan seksual yang dilaporkan mencapai tingkat yang sangat tinggi yaitu 3,4 kasus yang dilaporkan setiap jam. Dengan tingginya angka tersebut, bukanlah hal yang mudah bagi pemerintah untuk menangani banyaknya kasus ini.Â
LANTAS APA YANG MEREKA PERTAHANKAN DALAM HUBUNGAN YANG TOXIC?Â
Pernahkah kamu berpikir mengapa korban dari kekerasan ini tetap bertahan dan memilih untuk tidak meninggalkan pasangannya? Hal ini ternyata bukanlah pertanyaan yang aneh. Para peneliti telah menemukan alasan mengapa mereka memilih untuk bertahan.