Sering mendengar istilah 'silent treatment'? Istilah ini biasanya ditujukan kepada orang-orang yang memilih untuk tidak berkomunikasi dengan orang lain ketika sedang marah. Seringkali netizen menilai, perilaku ini tidak bisa dibenarkan karena dapat menimbulkan frustrasi pada orang-orang yang di diamkan ataupun diabaikan.
Bagi sebagian orang, silent treatment dilakukan untuk menghindari konflik karena mereka tidak tahu bagaimana cara meresponsnya. Ada pula yang melakukan tindakan ini sebagai bentuk hukuman, baik kepada pasangan, rekan kerja, anak, atau orang lain yang dinilainya bersalah. Dengan cara ini, mereka berharap orang tersebut menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan meminta maaf. Sayangnya, tindakan ini bisa memberikan dampak emosional dan meningkatkan risiko terjadinya masalah mental.
Menurut psikolog klinis Veronica Adesla, silent treatment adalah perilaku diamkan, yakni dengan tidak berbicara atau berasumsi keberadaan orang lain. Seringkali, hal ini dilakukan seseorang ketika sedang marah atau berdiskusi dengan orang yang diamkan. Vero menjelaskan, silent treatment bisa menjadi salah satu bentuk kekerasan non verbal. Pasalnya, perilaku tersebut bisa membuat orang yang diabaikan merasa tidak berdaya, penuh rasa bersalah, frustrasi, dan lain-lain.
Beberapa dampak silent treatment yang paling umum antara lain:
- rusaknya kepercayaan,
- munculnya kebencian,
- perasaan dikucilkan, dan
- self-esteem atau harga diri yang rendah.
Tidak hanya meningkatkan risiko stres hingga depresi, silent treatment berpotensi menimbulkan dampak secara fisik. Salah satu dampak fisik yang dapat dilihat jelas seperti perubahan berat badan, gangguan tidur, hingga peningkatan tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, melakukan tindakan ini untuk menyelesaikan konflik bukanlah cara terbaik untuk kamu atau pasangan lakukan. Melansir Medical News Today, pria dan wanita memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan hal ini. Orang-orang yang merasa terabaikan pun merasa memiliki tingkat harga diri, kepemilikan, dan makna hidup yang lebih rendah dalam menjalani hidup.Â
Tindakan ini dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, bahkan jika orang yang diam tersebut sebenarnya hanya berusaha menghindari konflik. Seseorang dengan pasangan yang kerap melakukan silent treatment biasanya lebih cenderung melanjutkan perselisihan karena mereka belum memiliki kesempatan untuk membahas keluhan mereka lebih dalam.
Untuk menghindarinya, komunikasi yang jelas adalah hal yang penting agar hubungan tetap sehat. Pasalnya, tindakan ini bisa membuat salah satu pihak jadi tidak memiliki kemauan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang benar. Ketika seseorang ingin membicarakan masalah tetapi yang lain menarik diri, ini dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan.Â
Setiap hubungan membutuhkan usaha dari kedua belah pihak untuk tumbuh dan berkembang. Jika mendapati masalah, daripada memilih diam, lebih baik berkomunikasi dan bersama-sama mencari solusi. Pada akhirnya, kejujuran dan keterbukaan adalah kunci untuk memiliki hubungan yang harmonis.
References