Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara kita memandang kesehatan hewan dan manusia. Dalam konteks ini, dokter hewan menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan hewan dan melindungi kesehatan manusia di masa pandemi COVID-19.
Salah satunya adalah klinik hewan yang mempunyai peranan sangat strategis dan penting dalam penanganan pandemi di lingkungan masyarakat. Misi dokter hewan klinis adalah memantau kesehatan hewan dan mencegah penyebaran penyakit zoonosis.
Para dokter hewan memanfaatkan pengalamannya dalam menangani penyakit seperti flu burung dan rabies pada hewan untuk berperan aktif dalam mendeteksi dan mengendalikan potensi penularan virus corona dari hewan ke manusia.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh kami di klinik bernama BWX Pet Care di Kota Banyuwangi. Salah satu dokter hewan mengakui bahwa ketika menangani hewan di klinik, seringkali sulit berkomunikasi dengan pemilik yang ketakutan atau marah.
Mengatasi rasa takut dan ketidaktaatan pada pemilik hewan peliharaan merupakan tantangan yang sering dihadapi oleh dokter hewan. Komunikasi interpersonal dalam kedokteran hewan menjadi semakin penting, terutama dalam konteks kedokteran hewan.
“Kami harus dapat menjelaskan dengan jelas kepada pemilik hewan tentang kondisi kesehatan hewannya, termasuk informasi tentang diagnosis obat, pilihan pengobatan, dan langkah selanjutnya yang akan dilakukan.” ujar drh.Ageng, dokter dan pemilik BWX Pet Care.
Berikut beberapa pendekatan komunikasi terapeutik yang harus diterapkan oleh dokter hewan:
1. Menunjukkan empati kepada pemilik hewan peliharaan
Saat pemilik hewan membawa hewannya ke dokter, sering kali mereka dalam keadaan emosional. Sangat penting untuk menunjukan empati. Dokter hewan harus mendengarkan dengan seksama dan memberikan dukungan emosional kepada pemiliknya, terutama saat menyampaikan berita buruk.
2. Kemampuan Mendengarkan Secara Aktif dan Responsif