Globalisasi dan perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan perempuan di Indonesia. Transformasi ini mempengaruhi peran perempuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana globalisasi dan teknologi telah mendorong perubahan peran perempuan, serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam proses tersebut.
Peran Globalisasi dalam Perubahan Peran Perempuan
Globalisasi telah membuka pintu bagi perempuan Indonesia untuk terlibat lebih aktif dalam sektor-sektor publik. Globalisasi menciptakan peluang bagi perempuan untuk terlibat dalam ekonomi global, memanfaatkan perkembangan teknologi, dan memperluas akses pendidikan. Di Bali, misalnya, globalisasi telah memperkuat identitas sosial perempuan, termasuk peran ganda yang mereka mainkan dalam pekerjaan domestik dan publik. Studi yang dilakukan oleh Suyadnya (2009) menunjukkan bahwa globalisasi telah memotivasi perempuan Bali untuk memperkuat peran mereka di masyarakat, terutama dalam hal identitas sosial dan keterlibatan dalam desa adat.
Namun, globalisasi juga membawa tantangan. Perubahan budaya yang terjadi akibat pengaruh global sering kali memengaruhi perilaku perempuan. Rubai Misbahul Alam (2023) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa globalisasi budaya di Indonesia telah mempengaruhi perilaku perempuan, terutama dalam hal penerimaan norma-norma baru yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Globalisasi tidak hanya membawa peluang tetapi juga risiko, termasuk dampak negatif seperti perubahan gaya hidup dan peningkatan tekanan sosial bagi perempuan untuk mengikuti norma-norma budaya baru.
Pengaruh Teknologi Terhadap Keterlibatan Perempuan di Sektor Publik
Teknologi, terutama internet dan media sosial, telah memberikan perempuan akses lebih besar ke pasar global, pendidikan, dan informasi. Dengan teknologi, perempuan dapat memulai bisnis, berpartisipasi dalam diskusi global, dan mendapatkan pelatihan profesional. Dalam konteks Indonesia, penggunaan teknologi telah membuka jalan bagi perempuan untuk terlibat dalam ekonomi digital dan kewirausahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Cameron (2023) menunjukkan bahwa meskipun partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, akses ke teknologi dan kampanye informasi publik yang menantang norma-norma gender dapat meningkatkan partisipasi ekonomi perempuan. Teknologi membantu mengatasi hambatan sosial yang menghalangi perempuan untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja formal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dan kesejahteraan keluarga.
Teknologi juga memungkinkan perempuan untuk mengintegrasikan peran kerja dan keluarga dengan lebih baik. Reeves (1987) menyatakan bahwa di Indonesia, integrasi peran kerja dan keluarga relatif lebih mudah dicapai dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat, sebagian karena stratifikasi gender yang lebih rendah di Indonesia. Teknologi membantu memfasilitasi fleksibilitas ini dengan menyediakan alat yang memungkinkan perempuan bekerja dari rumah atau menjalankan bisnis dari jarak jauh.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Era Globalisasi dan Teknologi
Meskipun globalisasi dan teknologi menawarkan peluang besar, perempuan Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam mengoptimalkan peran mereka di sektor publik. Tantangan utama adalah masih adanya norma-norma sosial yang membatasi peran perempuan, terutama di wilayah pedesaan. Azahari (2016) menyoroti bahwa perempuan di pedesaan sering kali tidak diikutsertakan dalam perencanaan pembangunan, meskipun mereka memainkan peran penting dalam produktivitas pertanian dan kegiatan ekonomi rumah tangga. Tantangan ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi dapat memberikan akses baru, hambatan budaya dan kebijakan masih membatasi perempuan di daerah pedesaan untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh globalisasi.
Selain itu, penggunaan teknologi juga menciptakan kesenjangan digital, di mana akses terhadap teknologi dan internet tidak merata, terutama di wilayah terpencil. Ini menjadi tantangan dalam memanfaatkan potensi teknologi untuk memberdayakan perempuan secara merata di seluruh Indonesia.