Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) STIKES Muhammadiyah Bojonegoro terdorong untuk mengambil tindakan nyata terkait masalah kekerasan seksual yang semakin marak. Di Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, diadakan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama remaja. 26 remaja dari Karang Taruna Desa Jatiblimbing menghadiri kegiatan yang berlangsung pada 19 Februari 2023 dan mendapat respons yang sangat positif.
Pentingnya Sosialisasi Kekerasan Seksual Kekerasan seksual adalah masalah serius yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja tanpa mengenal usia atau jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa kekerasan seksual masih menjadi masalah yang sering diabaikan, meskipun dampaknya sangat merugikan korban secara fisik, psikologis, dan sosial.Â
Di semua lapisan masyarakat, kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangkal kekerasan seksual harus ditingkatkan. Septin Maisharah K, seorang mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro, yang dipimpin oleh Rifda Farah Salsabila, percaya bahwa ada perlunya tindakan konkret untuk menghentikan kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan mereka.
Metode Edukasi yang Efektif Dalam kegiatan sosialisasi ini, ceramah dan materi presentasi PowerPoint digunakan. Pemateri utama menjelaskan berbagai jenis kekerasan seksual, termasuk pelecehan fisik, verbal, nonverbal, dan visual. Selain itu, menunjukkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual, mulai dari rasa tidak berdaya dan kehilangan kendali diri hingga efek jangka panjang yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional korban.
Peserta dilibatkan dalam diskusi dan tanya jawab selama pemaparan materi yang interaktif. Remaja dari Karang Taruna Desa Jatiblimbing diminta untuk menyuarakan pendapat mereka dan bertanya tentang hal-hal yang mereka anggap tidak jelas.Kami memilih metode ini untuk memastikan bahwa peserta tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga berpartisipasi secara aktif dan memahami materi yang dibahas.
Metode Edukasi yang Efektif Dalam kegiatan sosialisasi ini, ceramah dan materi presentasi PowerPoint digunakan. Pemateri utama menjelaskan berbagai jenis kekerasan seksual, termasuk pelecehan fisik, verbal, nonverbal, dan visual. Selain itu, menunjukkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual, mulai dari rasa tidak berdaya dan kehilangan kendali diri hingga efek jangka panjang yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional korban.
Peserta dilibatkan dalam diskusi dan tanya jawab selama pemaparan materi yang interaktif. Remaja dari Karang Taruna Desa Jatiblimbing diminta untuk menyuarakan pendapat mereka dan bertanya tentang hal-hal yang mereka anggap tidak jelas.Kami memilih metode ini untuk memastikan bahwa peserta tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga berpartisipasi secara aktif dan memahami materi yang dibahas.
Banyak pertanyaan yang diajukan selama sesi tanya jawab menunjukkan antusiasme peserta. Mereka aktif berbicara tentang kekerasan seksual. Hal ini menunjukkan bahwa remaja mulai menyadari pentingnya menghentikan kekerasan seksual di sekitar mereka. Mereka juga menyatakan bahwa mereka akan menjadi agen perubahan yang aktif untuk menghentikan kekerasan seksual.
Mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro menyadari bahwa mereka memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, mereka berupaya untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.Â
Rifda Farah Salsabila menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat. "Kami berharap dengan adanya sosialisasi ini, masyarakat, terutama remaja, dapat lebih memahami dan waspada terhadap kekerasan seksual. Kami ingin mereka memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari tindakan kekerasan seksual," jelas Rifda.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Desa Jatiblimbing. Dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang kekerasan seksual, diharapkan remaja di desa tersebut dapat menjadi pelopor dalam upaya pencegahan kekerasan seksual. "Kami ingin agar mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi aktor utama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual," tambah Septin.
Kegiatan sosialisasi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk pihak desa, orang tua, dan komunitas setempat. Dukungan ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan upaya pencegahan kekerasan seksual. Kepala Desa Jatiblimbing, yang turut hadir dalam kegiatan ini, menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif yang dilakukan oleh mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro. "Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap agar sosialisasi seperti ini dapat terus dilakukan secara rutin. Kami siap mendukung penuh upaya pencegahan kekerasan seksual di desa kami," ujarnya.
Selain itu, orang tua dari para peserta juga menyambut baik kegiatan ini. Mereka merasa bahwa edukasi tentang kekerasan seksual sangat penting untuk diberikan kepada remaja, mengingat rentannya mereka terhadap risiko kekerasan seksual. "Sebagai orang tua, kami merasa sangat terbantu dengan adanya sosialisasi ini. Kami berharap anak-anak kami dapat lebih waspada dan mampu melindungi diri dari tindakan kekerasan seksual," kata salah satu orang tua peserta.
Hasil dari kegiatan sosialisasi ini menunjukkan peningkatan pemahaman dan kesadaran peserta tentang kekerasan seksual. Melalui diskusi dan tanya jawab, peserta dapat mengidentifikasi berbagai bentuk kekerasan seksual dan memahami dampak-dampaknya. Mereka juga mendapatkan informasi tentang langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari kekerasan seksual.
Namun demikian, masih ada beberapa peserta yang merasa kurang paham tentang materi yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro berencana untuk melakukan follow-up kegiatan dengan mengadakan sosialisasi lanjutan dan pendampingan kepada peserta. "Kami menyadari bahwa sosialisasi sekali saja tidak cukup. Oleh karena itu, kami berencana untuk terus mendampingi dan memberikan edukasi lanjutan kepada para peserta agar mereka benar-benar paham dan mampu menerapkan pengetahuan yang didapat," kata Rifda.
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro di Desa Jatiblimbing ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kekerasan seksual. Antusiasme dan partisipasi aktif peserta menunjukkan bahwa kegiatan ini sangat efektif dan bermanfaat. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual.
Mahasiswa KKN STIKES Muhammadiyah Bojonegoro berharap agar kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. Mereka juga berharap agar masyarakat, terutama remaja, dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam upaya pencegahan kekerasan seksual.Â
"Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak jangka panjang dan menginspirasi masyarakat untuk terus berupaya mencegah kekerasan seksual. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual," tutup Septin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H