Mural ini sering kali diciptakan oleh seniman lokal, serta organisasi non-pemerintah yang peduli terhadap isu-isu disabilitas. Kolaborasi ini tidak hanya melibatkan seniman, tetapi juga suara dari penyandang disabilitas itu sendiri, memberikan perspektif yang lebih mendalam.
      ÂMural ini dapat ditemukan di berbagai lokasi strategis, seperti dinding gedung publik, pusat perbelanjaan, atau area komunitas di sepanjang jalan Diponegoro, Surakarta. Lokasi-lokasi ini dipilih agar mural mudah diakses oleh masyarakat umum, sehingga pesan yang disampaikan dapat menjangkau lebih banyak orang.
     Mural ini sering kali dibuat pada hari-hari tertentu yang berhubungan dengan disabilitas, seperti Hari Internasional Penyandang Disabilitas yang diperingati setiap 3 Desember. Namun, mural juga dapat diciptakan kapan saja sebagai bagian dari kampanye kesadaran yang lebih luas.
Tujuan utama dari mural disabilitas adalah untuk menciptakan kesadaran dan mengurangi stigma yang sering dialami oleh penyandang disabilitas. Melalui seni, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dan mendukung upaya inklusi.
      Pembuatan mural ini melibatkan proses kreatif yang melibatkan perencanaan, desain, dan eksekusi. Komunitas setempat sering kali diajak berpartisipasi dalam brainstorming tema dan pesan yang ingin disampaikan. Setelah desain selesai, seniman mulai melukis mural dengan menggunakan cat ramah lingkungan agar hasilnya tahan lama dan aman.
Mural disabilitas di pinggir jalan bukan hanya sekadar karya seni, ia berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara penyandang disabilitas dan masyarakat luas. Dengan mural ini, diharapkan lebih banyak orang akan peduli dan terlibat dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H