Mohon tunggu...
Najwa Filza
Najwa Filza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Konflik dalam Keluarga

27 Juni 2024   17:00 Diperbarui: 6 Juli 2024   07:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ADZKIA SALSABILA PUTERI NIM. 23005134 NAJWA FILZA RAMADHANI NIM. 23005125 NOVIA PUTRI NIM. 23005129
WIDIA SAFRI NIM. 23005111

ASRO MUHAMMAD SIDRA
23005138

PEMBAHASAN
Kita semua sudah pernah melihat orang atau kelompok orang terlibat konflik. Dari antara kita bukan saja pernah melihat tetapi juga mengalami konflik itu sendiri. Dalam fenomena interaksi dan interelasi sosial antar individu maupun antar kelompok, terjadinya konflik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Pada awalnya konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala alamiah yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.
Dalam kehidupan berkelompok maupun pribadi kita selalu berdampingan dan dihadapkan dengan konflik, karna pada dasarnya kesalahpahaman dan perbedaan pendapat menjadi faktor utama penyebab konflik.
Jika kita pandang lebih dekat, konflik dalam keluarga merupakan konflik yang paling dekat dengan kita, maka dari itu dalam mengatasi konflik tersebut kita perlu memahami bagaimana managemen konflik dalam keluarga.
Jadi apa sih yang dimaksud dengan managemen dalam keluarga ?
Pengertian managemen konflik dalam keluarga
Menurut Ismail Solihin (2012), pengertian manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/perusahaan, baik sumber daya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan.
 
Di samping itu masih ada pengertian manajemen dari para ahli dengan sudut pandang yang berbeda. Berikut adalah pengertian manajemen menurut para ahli:
Pendapat berbeda terkait pengertian managemen juga di utarakan oleh George R. Terry. Pengertian manajemen menurut Terry adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari uaraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian managemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan berbagai pemecahan masalah yang sitematis.
Disamping itu konflik adalah Konflik merupakan suatu problematika yang dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga. Konflik tidak dapat kita hindari, ia datang setiap saat tanpa kita ketahui. Sudiwati (2017), menyatakan bahwa secara etimologis, istilah " konflik" berasal dari bahasa latin, yakni "con" dan "fligere". Istilah "con" memiliki makna bersama, sedangkan "fligere" memiliki arti benturan atau tabrakan, sehingga konflik diartikan dengan sebuah pertentangan atau pertikaian 2 orang atau lebih. Webster dalam (Pruitt dan Rubin, 2004) mengemukakan bahwa istilah conflict adalah sebuah problematika yang berupa perkelahian, peperangan, atau perjuangan. Selain itu, Wesber menegaskan bahwa konflik timbul karena ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan yang ingin diraih.
Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat kecil yang anggota- anggotanya berinteraksi face-to-face secara tetap, dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan teliti oleh orangtuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi. Keluarga dipahami sebagai kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga mensyaratkan adanya hubungan perkawinan, hubungan darah, maupun adopsi sebagai pengikat.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Manajemen konflik dalam keluarga adalah proses mengelola dan menyelesaikan perselisihan atau ketegangan antara anggota keluarga dengan cara yang konstruktif dan damai. Ini melibatkan komunikasi efektif, pemahaman, empati, dan penyelesaian masalah untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Manajemen konflik bertujuan untuk memperkuat hubungan, meningkatkan kerjasama, dan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis. Ini melibatkan mengidentifikasi sumber konflik, mengeksplorasi solusi yang memadai, dan mengimplementasikan strategi untuk menghindari konflik yang merugikan. Dengan demikian, manajemen konflik membantu membangun fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat di dalam keluarga.
Faktor penyebab konflik dalam keluarga
Konflik sering dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Dalam berorganisasi, ini sangat mungkin untuk terjadi adanya konflik baik individu ataupun kelompok. Ciri-ciri terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
1. Terdapat dua pihak secara perorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.

3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
4. Akibat ketidak seimbangan.
Konflik dalam keluarga yang sering terjadi adalah masalah keuangan, masalah perselingkuhan, adanya pihak ketiga, kehadiran anak dan permasalahan yang disebabkan oleh media sosial. (Fawzea, 2020). Hal ini disebabkan oleh adanya atmosfer egois pasangan suami istri dalam rumah tangga. Yakni yang bersumber dari pihak individu, keluarga, kerabat, komunikasi yang tidak sejalan, dan kurangnya bersosial di masyarakat.
Pakar sosial mengatakan bahwa sumber konflik dalam rumah tangga biasanya yang berakhir dengan perceraian pasangan suami istri adalah adanya renggangnya hubungan suami istri, ekonomi keluarga jauh besar pengeluaran daripada penghasilan dan hak harta warisan. (Lestari, 2016) Permasalahan tersebut biasanya terjadi perebutan kepemilikan harta warisan, status sosial yang kurang control dan keegoan pasangan suami istri tidak ada yang mengalah.
Cara menyelesaikan konflik dalam keluarga
Mengatasi konflik dalam keluarga memerlukan kesabaran, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk memperbaiki hubungan. Berikut adalah tujuh cara yang dapat membantu mengatasi konflik dalam keluarga:
1. Komunikasi Terbuka
Buka diri untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga lainnya tanpa menghakimi atau mengkritik. Berbicaralah secara jujur tentang perasaan dan kebutuhan masing-masing.
2. Berkolaborasi dalam Pencarian Solusi
Cari solusi yang menguntungkan semua pihak. Diskusikan bersama dan berikan masukan secara adil.
3. Hindari Kesimpulan Prasangka
Jangan membuat asumsi tentang niat atau motivasi anggota keluarga lainnya. Beri kesempatan bagi mereka untuk menjelaskan diri sendiri.
4. Menetapkan Batasan yang Jelas
Jelaskan harapan dan batasan dengan jelas untuk mencegah konflik di masa depan. Ini bisa meliputi pembagian tugas rumah tangga atau waktu bersama.
5. Menerima Perbedaan
Setiap anggota keluarga memiliki kepribadian dan pandangan yang berbeda. Penting untuk menghormati perbedaan tersebut dan mencari cara untuk bekerja sama meskipun memiliki pendapat yang berbeda.
6. Berlatih Empati
Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang anggota keluarga lainnya. Mempertimbangkan perasaan dan pengalaman mereka dapat membantu memecahkan konflik dengan lebih baik.
7. Minta Bantuan Jika Diperlukan

Jika konflik terus berlanjut atau sulit diselesaikan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor keluarga, yang dapat membimbing dan memberikan strategi untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan kesabaran dan komitmen, konflik dalam keluarga bisa diatasi dengan baik, memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan lingkungan yang harmonis.
Nah dari uraian diatas terkait managemen konflik dalam keluarga diharapkan setiap indifidu mampu mengimplikasikan upaya-upaya dalam menghindari dan menyelesaikan konflik dalam keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun