Mohon tunggu...
Najwa Azrilia
Najwa Azrilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pembangunan Jaya

Mahasiswi yang tertarik dalam bidang musik dan fesyen.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feminisme Bukanlah Sekedar Segelintir Kata

12 Desember 2023   19:46 Diperbarui: 12 Desember 2023   20:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freepik

Apa kata yang pertama terlintas di pikiranmu ketika kamu mendengar kata "Feminis"? Apakah hanya tentang perempuan? perjuangan? atau hanya sebatas aksi gerakan saja? Nyatanya, feminis bukanlah hanya segelintir kata yang memiliki arti sederhana. Banyak perjuangan dan pemikiran yang bergulat untuk memberikan pemahaman dan melahirkan pemikiran hingga sedemikian rupa.

Apa itu Feminis?

Gerakan feminisme atau perjuangan perempuan dalam menuntut hak-hak kesetaraan selalu bergantung pada situasi dan kondisi zaman. Pada zaman dahulu, gerakan ini dibentuk untuk melawan kolonial yang melakukan penindasan terhadap hak perempuan di Indonesia. Namun, pada masa saat ini, gerakan perjuangan perempuan ini bergerak dengan visi dan misi yang lebih matang, yakni untuk memperjuangkan hak dan kesetaraan gender. Mereka menuntut untuk memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan yang setara dengan kaum laki-laki. Feminisme merupakan gerakan yang membantu perempuan dalam mencapai tujuan atas kesetaraan dan melepaskan diri dari belenggu patriarki yang telah mendarah daging di lingkungan masyarakat Indonesia.

Feminisme merupakan sebuah gerakan perjuangan yang tepat untuk digunakan dalam menyetarakan kedudukan di antara laki-laki maupun perempuan. Bukan hanya sebagai gerakan yang menuntut keadilan, namun juga memberikan ruang bagi perempuan untuk berkembang, baik dalam ruang publik ataupun domestik. Perempuan diharapkan dapat berada pada tingkatan yang sama dengan laki-laki dalam bidang apapun. Maka dengan itu, selain menuntut hak, feminisme juga mengajarkan perempuan agar dapat mengembangkan diri dan layak berada dalam situasi dan kondisi yang sama dengan laki-laki. Hal ini merupakan salah satu upaya dan wacana yang dibuat agar dominasi di antara perempuan dan laki-laki berada pada garis yang sejajar.

 Berbicara mengenai isu kesetaraan, femenisme tidak secara serta merta melakukan penindasan terhadap hak kaum laki-laki. Mereka hanya menuntut hak yang sama, seperti upah yang sama besar, tingkat pendidikan yang setara, kenaikan jabatan yang seimbang, dan berbagai hak yang lainnya. Menilik pada perkembangan jaman saat ini, sudah saatnya bagi masyarakat untuk melepaskan diri dari belenggu patriarki. Mereka harus terbiasa untuk berfikir bahwa nilai perempuan dan laki-laki berada pada titik yang sama. Semua gender dapat mendominasi berbagai bidang sesuai dengan kemampuannya secara seimbang.

Perspektif mengenai Feminis

Dalam diskusi bersama Dr. Geofakta Razali, saya mengerti bagaimana arti feminis sebenarnya. Bagaimana cara kita memandang suatu hal jauh kedepan, jauh lebih modern daripada masa yang kita jalani saat ini. Mengerti bahwa feminis bukanlah hanya sekedar arti kata dari perjuangan, perempuan, atau hanya sebatas aksi, tapi bagaimana individu itu dipandang tanpa melihat ras, agama, gender, jenis kelamin, dan sebagainya. Diberikan kesamaan hak karena memang hal itulah yang pantas didapatkan oleh individu itu sendiri. Bukan karena dia perempuan, bukan karena dia laki-laki, bukan karena dia seorang ibu rumah tangga, atau bukanlah seseorang yang berasal dari suku, ras, atau agama tertentu. Memang karena dia pantas diberikan serta mendapatkan apa yang seharusnya. 

Feminis dan patriarki seringkali menjadi hal yang tak habis-habis diperdebatkan. "Gausah sekolah tinggi-tinggi, ujungnya-ujungnya juga jadi ibu rumah tangga." Kira-kira begitulah kata-kata kakek saya yang pernah dilontarkan kepada ibu saya. Bukannya merasa sedih, ibu saya justru merasa tertantang. Bagaimana dia berjuang demi masa depannya tanpa memperdulikan hal lain adalah pelajaran yang paling berarti yang pernah saya dapatkan dari beliau. Beliau mengajarkan banyak hal dari pengalamannya itu. Sehingga ia berhasil mendidik dan menyekolahkan ketiga anaknya hingga sarjana. Meskipun ia memiliki anak laki-laki dan perempuan, ia merasa bahwa semua anaknya pantas mendapatkan hak pendidikan yang sama. Saya seketika merasa adanya persamaan antara ibu saya dengan para ahli feminis, seperti Nancy Fraser dan Seyla Benhabib. Mereka sama-sama mengajarkan saya arti feminis yang sebenarnya. 

Najwa Azrilia Abdul Wahab, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Jaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun