Mohon tunggu...
Najwa AlifahAzzahra
Najwa AlifahAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pola Makan Berbasis Nabati: Solusi Sehat dan Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

13 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:44 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, pola makan berbasis nabati telah menjadi tren yang semakin populer di kalangan masyarakat global. Tidak hanya dianggap sebagai pilihan yang lebih sehat, tetapi juga sebagai langkah penting untuk keberlanjutan lingkungan. Artikel ini akan membahas manfaat kesehatan dari pola makan berbasis nabati, dampaknya terhadap lingkungan, dan bagaimana kita bisa mengadopsinya dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat Kesehatan dari Pola Makan Berbasis Nabati

  1. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis Pola makan berbasis nabati kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan. Studi menunjukkan bahwa diet ini dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker. Misalnya, sebuah penelitian oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa konsumsi tinggi makanan nabati berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular hingga 25% .
  2. Menurunkan Berat Badan Diet berbasis nabati cenderung rendah kalori dan lemak jenuh, serta tinggi serat, yang dapat membantu menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengikuti pola makan ini cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi diet tinggi daging .
  3. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan Kandungan serat yang tinggi dalam makanan nabati mendukung kesehatan pencernaan dengan mencegah sembelit dan menjaga mikrobioma usus yang sehat. Serat juga membantu mengontrol kadar gula darah dan kolesterol .

Dampak Lingkungan dari Pola Makan Berbasis Nabati

  1. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Produksi daging dan produk hewani lainnya adalah salah satu kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Beralih ke pola makan berbasis nabati dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon individu. Sebuah studi di jurnal Science menunjukkan bahwa mengadopsi diet nabati dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 73% per individu .
  2. Menghemat Air dan Lahan Produksi pangan nabati umumnya membutuhkan lebih sedikit air dan lahan dibandingkan produksi daging. Misalnya, untuk memproduksi 1 kg daging sapi, dibutuhkan sekitar 15.000 liter air, sedangkan untuk 1 kg sayuran, hanya membutuhkan sekitar 322 liter air .
  3. Mengurangi Deforestasi dan Kehilangan Keanekaragaman Hayati Penggunaan lahan untuk peternakan seringkali menyebabkan deforestasi dan kehilangan habitat bagi banyak spesies. Dengan mengurangi konsumsi produk hewani, kita dapat membantu melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati .

Cara Mengadopsi Pola Makan Berbasis Nabati

  1. Mulailah dengan Hari Tanpa Daging Mulailah dengan mengadopsi "Meatless Monday" atau hari tanpa daging. Ini adalah langkah kecil namun signifikan menuju pola makan berbasis nabati.
  2. Eksplorasi Resep Baru Eksplorasi resep-resep baru yang berbasis nabati. Banyak sumber daya online yang menawarkan berbagai resep yang lezat dan mudah diikuti.
  3. Ganti Produk Hewani dengan Alternatif Nabati Cobalah mengganti produk hewani dengan alternatif nabati seperti susu almond, daging nabati, dan keju berbasis kacang. Produk-produk ini kini tersedia luas di supermarket.

Kesimpulan

Pola makan berbasis nabati menawarkan berbagai manfaat kesehatan dan lingkungan yang signifikan. Dengan mengurangi konsumsi produk hewani dan meningkatkan asupan makanan nabati, kita tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan kita tetapi juga membantu menjaga planet ini untuk generasi mendatang. Langkah-langkah kecil seperti hari tanpa daging dan mencoba resep baru dapat membuat perbedaan besar.

Daftar Pustaka

  1. Satija, A., Bhupathiraju, S. N., Rimm, E. B., Spiegelman, D., Chiuve, S. E., Borgi, L., ... & Hu, F. B. (2016). Plant-based dietary patterns and incidence of type 2 diabetes in US men and women: results from three prospective cohort studies. PLOS Medicine, 13(6), e1002039.
  2. Godfray, H. C. J., Aveyard, P., Garnett, T., Hall, J. W., Key, T. J., Lorimer, J., ... & Jebb, S. A. (2018). Meat consumption, health, and the environment. Science, 361(6399), eaam5324.
  3. Springmann, M., Clark, M., Mason-D'Croz, D., Wiebe, K., Bodirsky, B. L., Lassaletta, L., ... & Willett, W. (2018). Options for keeping the food system within environmental limits. Nature, 562(7728), 519-525.
  4. Poore, J., & Nemecek, T. (2018). Reducing food’s environmental impacts through producers and consumers. Science, 360(6392), 987-992.
  5. Willett, W., Rockström, J., Loken, B., Springmann, M., Lang, T., Vermeulen, S., ... & Murray, C. J. L. (2019). Food in the Anthropocene: the EAT-Lancet Commission on healthy diets from sustainable food systems. The Lancet, 393(10170), 447-492.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun