Saya punya kesan tersendiri pada setiap buku yang saya baca. Setiap tahun saya selalu membaca buku dari penulis yang berbeda. Â Awal tahun ini saya membaca satu buku dongeng anak-anak.
Tapi bukan sembarang buku dongeng, lho! Ini adalah buku paling berkesan yang pernah saya baca. Kenapa? Karena moral ceritanya tentang kebaikan hati, rasa syukur, dan kasih sayang, yang dikemas dalam bahasa ringan dan menyenangkan.
Buku dongeng ini berjudul 'Miraculous Journey of Edward Tulane' karya Kate Dicamillo. Saya tahu tentang buku ini dari rekomendasi teman. Saya juga meminjamnya langsung dari perpustakaan daerah.
Buku ini bercerita tentang 'petualangan' sebuah boneka kelinci porselen bernama Edward Tulane. Edward adalah boneka yang angkuh dan tak peduli pada sekitarnya. Sampai ia tak sengaja terbuang ke laut.
Lalu mulailah 'perjalanan' panjang si Edward. Berbulan-bulan ia di dasar laut sendirian. Sampai akhirnya sebuah badai mengangkat Edward dari dasar laut dan dia di selamatkan oleh nelayan.
Nelayan itu membawanya ke kediaman istrinya. Singkat cerita, si istri senang dan merawat Edward. Tapi sayangnya, Edward kembali terbuang dan berakhir di tumpukan sampah.
Di tumpukan sampah itu, Edward diambil lagi oleh seorang pemulung. Si pemulung memutuskan untuk membawanya. Selama 7 tahun, Edward ikut mengembara bersama si pemulung dan anjingnya.
Tapi Edward tak selamanya bersama dengan mereka. Edward terbuang tanpa sengaja dan diambil lagi oleh seorang anak laki-laki. Edward kemudian hidup bersama dua orang anak yang sebatang kara.
Setelah adik si anak laki-laki meninggal, ia memutuskan untuk pergi ke Memphis bersama Edward. Hari-hari berat mereka lalui bersama. Akhirnya, Edward pecah karena dilempar seseorang yang kesal terhadap mereka berdua.
Si anak laki-laki segera mencari toko boneka agar Edward dapat diperbaiki. Edward yang pecah akhirnya utuh kembali. Tapi si pemilik toko meminta si anak laki-laki agar meninggalkan Edward di tokonya, dan jangan kembali lagi.
 Di toko itu, Edward yang menyayangi orang-orang di masa lalunya bersedih. Dia menyesal karena tak pernah sadar akan kasih sayang pemilik pertamanya, Abilene. Betapa dia merindukan si Nelayan dan Istrinya, si pemulung dan anjingnya, dan kedua anak yang sebatang kara itu.