Mohon tunggu...
Najmu Tsaqib Akhda
Najmu Tsaqib Akhda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumni CRCS UGM, PP IPNU, Santri Pesantren Al Barokah Yogyakarta - Wonosobo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Obesitas vs Prihatin

18 Maret 2014   02:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini Kompas membahas mengenai isu pemasaran pangan dan obesitas (Kompas, 17/3). Di artikel dsebutkan bahwa pemerintah Amerika telah menggalakkan makan sayur dan buah-buahan secara besar-besaran serta sedang mencari pengganti gula untuk menekan angka obesitas. Selain itu pemerintah Australia di wilayah ibu kota Canberra  juga telah memutuskan melarang penjualan semua jenis minuman yang mengandung pemanis di sekolah-sekolah, dan akan berlaku mulai tahun 2017. Dua negara tersebut telah mulai mencoba mengendalikan masalah kesehatan tersebut sejak dini. Lalu bagaimana dengan bangsa kita?

Industri makanan dan minuman di Indonesia semakin hari semakin meningkat dan bervariasi bentuknya,  mulai dari minuman ringan, snack, suplemen, sampai minuman sachet sangat mudah ditemui di sekitar kita. Lebih-lebih produk-produk tersebut di tawarkan dengan harga yang sangat terjangkau dan dengan promo-promo tertentu. Hampir semua makanan dan minuman yang ada, sering kita konsumsi tanpa adanya pengendalian yang ketat.

Pola makan dan minum kita sekarang tidak bisa lepas dari gula. Setelah makan, kurang lengkap tanpa adanya es teh manis atau es jeruk. Makanan cepat saji juga mudah kita jumpai di sekitar kita seperti ayam goreng dan juga mie instan. Begitu mudahnya kita mengkonsumsi segala minuman dan makanan yang banyak kandungan lemak dan gulanya, dapat menyebabkan obesitas.

Ada semacam ungkapan bahwa kalau dulu kita susah cari makan, maka sekarang kita susah untuk mengurangi makan. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang berlebih-lebihan apalagi yang banyak mengandung gula, tanpa diimbangi gerak tubuh yang seimbang, maka akan menimbulkan penumpukan lemak dan gula dalam tubuh. Hal ini akan memicu banyak penyakit dan yang paling parah adalah munculnya sikap malas dalam beraktifitas fisik dan berpikir.  

Sampai sekarang pemerintah Indonesia baru sebatas menggalakkan diversifikasi pangan untuk  mengimbangi konsumsi beras yang semakin tinggi. Meskipun pemerintah belum membuat kebijakan tentang pembatasan gula pada makanan dan minuman, paling tidak kita dapat memulai dari diri sendiri dengan cara prihatin.

Prihatin berarti kita tidak berlebih-lebihan dalam berbagai hal baik makan, minum, serta dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Prihatin juga dapat diartikan hidup sederhana dan mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Walaupun kita mempunyai penghasilan yang lebih, bukan berarti kita terus berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Sesekali kita makan dan minum dengan menu secukupnya.  Jika kita biasanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang enak di mulut, perlahan kita coba untuk menguranginya dan diganti dengan mengkonsumsi nasi sayur tempe serta minum air putih.

Dengan prihatin, kita dapat mengolah jiwa dan pikiran kita sehingga kesehatan kita tetap terjaga dan segala aktifitas dapat terlaksana dengan baik serta dapat terhindar dari obesitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun