Yogyakarta. Santri menurut berbagai berasal dari kata "cantrik" dan ada juga yang mengatakan "shastri". Keduanya secara umum mempunyai pengertian yaitu orang yang sedang belajar agama baik itu dengan cara mempelajari buku-buku agama maupun belajar dari seorang guru. Sampai sekarang makna ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh santri dan juga pesantren supaya dapat terus menjadi mercu suar pendidikan agama Islam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan pola pengelolaan santri mutlak harus dilakukan untuk menjawab tantangan jaman, tanpa harus meninggalkan tradisi yang lama. Oleh karena itu pengembangan organisasi santri juga penting untuk dilakukan.
Demikian dikatakan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, RI Drs. H.A. Saifuddin, MA. saat memberi sambutan pada pembukaan kegiatan Majma' Pengembangan Organisasi Santri dan Orientasi Retorika Menulis di Hotel Jayakarta Yogyakarta (19/10/2012). Hadir pada kesempatan itu seluruh peserta kegiatan yang terdiri dari ketua pondok pesantren dan juga perwakilan pondok pesantren seluruh Indonesia yang berjumlah 75 orang. Hadir juga dalam kesempatan tersebut Kepala Subdit Pendidikan Pesantren Drs. Imam Safe'i, M.Pd. dan Kabid Pekapontren Kanwil Kemenag DIY, Drs. H. Muntachob, MHI.
Drs. H.A. Saifuddin, MA. berharap dengan adanya kegiatan ini, nantinya santri dapat lebih terorganisir dan mampu menjawab tantangan jaman. beliau mengatakan bahwa kebaikan yang tak terorganisir akan kalah dengan kebatilan yang terorganisir. Itulah mengapa organisasi santri harus selalu berbenah. Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Drs. Imam Safe'i, M.Pd. dalam sambutannya menjelaskan bahwa salah satu tujuan diadakannya pelatihan Orientasi Retorika Menulis bagi santri adalah supaya kemampuan menulis santri meningkat. Santri dituntut untuk dapat mengembangkan budaya menulis di pesantren karena sekarang masih sedikit santri yang mempunyai kemampuan menulis. walaupun hal ini sulit untuk dilakukan, tapi menurut beliau "impossible is nothing". segala sesuatu jika dilatih akan berhasil dengan baik.
Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini, melibatkan banyak narasumber antara lain tim Matapena LKiS, tim Profetis Centre, Prof. Dr. Yudian Wahyudi, MA., Winuhoro Hanum Bhawono, ST, serta M. Azis Hakim, MH. Kegiatan ini juga menjadi wahana silaturahim dan tukar pendapat antar pondok pesantren, supaya kedepan organisasi santri dapat dikelola dengan baik dan mampu melahirkan penulis-penulis handal dari pesantren. [naj]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H