Salah satu hal yang menjadi latar belakang naiknya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di tahun 2025 adalah karena penerimaan pajak pada tahun 2018-2025 cenderung stak. Meskipun begitu, kenaikan pajak tentu saja akan tetap berdampak bagi masyarakat seperti menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan PPN akan mengakibatkan biaya produksi dan konsumsi meningkat sehingga membuat daya beli masyarakat melemah.Â
Menurut Iqbal Ikhsan (2024) kenaikan pajak dari 11% menjadi 12% masih normal karena naiknya hanya 1 persen. Kenaikan ini tentunya akan berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ketika pajak naik maka APBN akan mengalami peningkatan dan ketika APBN itu meningkat maka pemerintah akan terus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Namun jika dilihat dari segi konsumen masyarakat mungkin akan berdampak terhadap turunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan pajak ini.Â
Dampak PPN tentu saja akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, hal itu dapat dilihat bahwa tentu saja akan ada kenaikan pada harga barang, makanan, jasa dan lain-lain. Akan tetapi saya (Iqbal Ikhsan sebagai narasumber) melihat dibeberapa berita online bahwa tidak semua barang akan dinaikkan menjadi 12%, hanya barang-barang mewah saja yang pajaknya akan dinaikan. Ia menuturkan mungkin masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak akan terlalu terkena dampaknya karena barang-barang mewah identik dengan masyarakat ekonomi menengah ke atas.Â
Berdasarkan pendapat narasumber diatas, kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% tentu saja akan dirasakan oleh seluruh kalangan ekonomi masyarakat. Meskipun pemerintah berencana menaikan pajak PPN hanya untuk barang mewah, hal itu tetap akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Ketika harga barang yang dulunya terjangkau oleh mereka (masyarakat ekonomi ke atas) menjadi lebih mahal karena barang tersebut tergolong sebagai barang mewah yang dikenakan PPN 12 persen. Hal ini membuat daya beli kelompok ini jadi melemah dan dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat mobilitas sosial dan pertumbuhan ekonomi.
Demikian, Narasumber tidak ada persiapan khusus untuk kenaikan pajak, yang telah sudah disampaikan oleh narasumber kalau di berita kenaikan PPN 12% ini berdampak kepada barang-barang mewah. Jadi tidak ada persiapan khusus dari narasumber, paling kita mengurang atau mengkontrol barang-barang yang kita beli terutama barang-barang mewah untuk menghindari pajak yang lebih tinggi.Â
Berdasarkan pendapat narasumber tentang kenaikan PPN akan mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama golongan menengah dan bawah? Menurut pendapat narasumber, kalau di awal PPN itu dikenakan seluruh barang maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat kalau seluruhnya dikenakan PPN 12%. apalagi golongan masyarakat menengah ke bawah itu akan berdampak karena semua jenis barang yang dikenakan PPN itu akan mengalami kenaikan, otomatis daya beli masyarakat juga akan menurun.Kenaikan harga ini dapat mengakibatkan pengurangan konsumsi, terutama pada barang-barang pokok yang dibutuhkan sehari-hari. ini sepertinya sudah diperhitungkan oleh pemerintah, makanya barang-barang yang terkena kenaikan itu hanya barang-barang mewah, yang biasanya paling banyak yang beli masyarakat ekonomi ke atas. kalau kondisi nya sekarang jika kenaikan PPN ditujukan kepada barang-barang mewah maka tidak mempengaruhi daya beli masyarakat terutama golongan masyarakat menengah ke bawah.Â
Menurut pendapat narasumber, pasti ada strategi pemerintah untuk mengurangi dampak negatif dari kenaikan PPN ini. Yang dimana ketika PPN ini naik maka pendapatan negara juga  naik, karena pendapatan negara paling besar berasal dari pajak otomatis pendapatan pemerintah akan naik beriringan juga dengan kenaikan PPN. Ketika pendapatan pemerintah itu naik APBN juga naik, maka seharusnya intensif/subsidi, subsidi produsen, bahkan subsidi masyarakat rendah seharusnya ditingkatkan, karena beriringan dengan pendapatan pemerintah, atau negara yang naik. Misalnya, yang cenderung paling banyak  digunakan oleh masyarakat itu bahan bakar gas bisa saja nanti subsidi nya ditambah, sehingga harga gas akan jauh lebih murah. Ada juga bahan bakar minyak, itu selalu digunakan oleh masyarakat dan sekarang hanya ada 1 bahan bakar minyak yang mendapatkan subsidi yaitu pertalite dengan harga 10rb Perliter. Kemungkinan kalau subsidinya di naikan lagi itu akan membantu masyarakat menengah ke bawah dengan harga pertalite yang bisa lebih murah lagi. Dengan strategi itu bisa dilakukan oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H