Berbicara pemilu serentak tak luput dari vendor penyelenggaranya yaitu KPU. Komisi Pemilihan Umum secara resmi didaulat oleh Konstitusi untuk menyelenggarakan hajat demokrasi terbesar di negeri ini. Rabu, 17 April kemarin, KPU sudah berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai vendor pesta demokrasi. Namun, tugasnya yang lain belum selesai karna masyarakat masih menunggu hasil final dari KPU, 22 Mei 2019 mendatang. Baik itu hasil pilpres maupun pileg.
Perjalanan KPU sebagai penyelenggara begitu berat. Hingga kini, hoax yang memicu cacian seolah tak henti-hentinya silih berganti merundungnya. Jejak digital membantu merekam semua peristiwa itu.
Awal januari, masyarakat dihebohkan oleh tujuh kontainer berisi surat suara pemilihan presiden yang sudah dicoblos untuk pasangan 01. Namun hal itu ditepis oleh ketua umum KPU, Arief Budiman. Pak Arief sapaan beliau, mengatakan : "hari ini kami memastikan, berdasarkan informasi bea cukai tidak ada berita tentang tujuh kontainer tersebut, itu tidak benar" tandasnya disela-sela konferensi pers di kantor bea cukai, Jakarta.
Hembusan kabar itu sejatinya adalah hoax yang secara sistematis telah dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengganggu pesta demokrasi di republik ini.Â
Dan menyerang lembaga pemilu tersebut. Lagi-lagi kabar bohong atau hoax datang lagi. Kali ini server KPU menjadi korbannya. Beredar kabar bahwa server KPU sudah disetting guna memenangkan kubu capres petahana.
Kabar ini turut menyita perhatian Mendagri, Tjahyo Kumolo. Pak Mendagri mengatakan : "yakinlah dan yakinlah bahwa KPU dan Bawaslu melaksanakan tugas sesuai sesuai dengan aturan undang-undang. Termasuk Pemerintah juga meyakini tidak ada satu titik koma undang-undang yang dilanggar oleh KPU dan Panwas" tuturnya (sumber : litbang berita satu).
Tak lama setelah kabar bohong itu beredar, pihak kepolisian berhasil menangkap tersangka. Polisi menangkap dua tersangka yang diduga sebagai pelaku penyebar hoax yang mengunggah video di media sosial facebook dan twitter.
Bahkan baru-baru ini sempat terjadi kesalahan input data. Hal tersebut langsung dijadikan sebagai bulan-bulanan untuk meluapkan ketidak puasan. Calm down bung, saat ini memang masih terjadi proses rekapitulasi data secara berjenjang. Hasilnya belum final, proses masih berjalan. Mulai dari kecamatan, kabupaten, provinsi hingga ke KPU RI pusat. Dan puncaknya 22 Mei 2019 merupakan pengumuman resmi nya.
Melihat perjalanan panjang KPU sebagai vendor penyelenggara pemilu terbilang penuh lika-liku dan melelahkan. Semua pihak juga tengah menunggu hasil dari hajatan demokrasi untuk menyongsong masa depan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Atas pilihan pemimpin maupun wakil-wakilnya yang telah dicoblos sesuai dengan hati nurani masing-masing.
Jika ada yang mengatakan bahwa pemilu di Indonesia paling rumit untuk dilakukan. Karena harus memilih pemimpin negara dan para legislatif dalam satu hari. Mungkin kita harus berbangga kepada KPU. Karena lima surat suara berhasil dicoblos dalam waktu lima menit. Dan menentukan nasib bangsa lima tahun kedepan.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya ucapan terima kasih kita berikan kepada KPU dan Bawaslu yang sudah berkomitmen menyelenggarakan pemilu secara adil dan netral. Berjalan lancar sesuai dengan undang-undang. Mari berhenti mencaci, ganti ucapan dengan terima kasih.