Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Beda Pilihan Jangan Sampai Mencederai Kebhinekaan

6 April 2019   21:23 Diperbarui: 6 April 2019   21:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat pilpres telah memasuki babak akhir. Namun, masih menyisakan satu episode lagi. Bagaimana dengan pilihan anda? Apakah anda sudah menentukan pilihan atau justru sebaliknya?

Ingat, 17 April semakin dekat. Matangkan pilihan, jangan sampai terlewat. Datang ke TPS terdekat, gunakan hak pilih agar tidak kualat.

Jika kita mencermati selama gendang pertarungan dibunyikan banyak sekali isu-isu yang muncul dipermukaan. Mulai dari isu hoax, ujaran kebencian, fitnah, isu menakut-nakuti rakyat dan lain sebagainya.

Melihat fenomena ini secara situasional cukup memanas, namun juga dapat mendewasakan.

Munculnya isu-isu yang ada dipermukaan sebagai salah satu cara untuk merobohkan pertahanan dari kubu petahana. Hal ini biasa dilakukan oleh kubu penantang. Saling serang kedua kubu massif dilakukan. Tentu hal ini untuk mengambil hati sang pemilik suara. Berlangsungnya kampanye seperti melihat sebuah permainan. Permainan itu tak ubahnya adalah bulu tangkis.

Menurut Wakil Presiden, Jusuf Kalla : " Kampanye pilpres itu seperti permainan bulu tangkis, jika kita hanya defense, maka lawanlah yang akan terus mendapatkan point" tutur orang nomor dua di negeri ini.

Pernyataan dari wapres, Jusuf Kalla bukan tanpa alasan. Hal serupa pernah terjadi di Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Serikat. Saat itu Hillary Clinton berhadapan dengan Donald Trump untuk memperebutkan kursi di White House.

Banyak yang memprediksi Hillary akan menjadi pengusa di negeri paman sam tersebut. Namun, isu-isu seperti hoax, fitnah, ujaran kebencian yang dilontar kubu Trump mampu memengaruhi si pemilik suara. Bahkan, Hillary cenderung terkesan defense, dan tidak memberikan counter attack kepada penantangnya, Donald Trump. Alhasil, Hillary harus mengakui keunggulan Donald Trump dalam pemilihan preseiden.

Fenomena tersebut tidak ingin terjadi di negeri ini. Satu persatu tabir kebohongan terungkap. Mulai dari kasus penganiayaan muka lebam karena dikeroyok sekelompok orang, yang semestinya bekas operasi. Hingga penyebar fitnah yang dilakukan emak-emak di Cikarang, Jawa Barat yang berhasil ditangani pihak kepolisian.

Apakah ini sebuah tanda kepanikan yang berjenjang / berstadium? Bahkan baru-baru ini, muncul istilah "People Power" sebagai dalih pengawal demokrasi. Entahlah, apa yang akan muncul kepermuakaan lagi. Seolah-olah isu itu sedang berada dalam panci penggorengan. Jika sudah matang, siap untuk dihidangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun