Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanamkan Moral Value di Lingkungan Keluarga

5 Maret 2019   07:33 Diperbarui: 5 Maret 2019   08:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Harapan orang tua adalah menginginkan anaknya untuk hidup sukses. Untuk mencapai kesuksesan dimasa mendatang dibutuhkan persiapan sedini mungkin. Persiapan inilah yang menjadi bekal anak dalam mengarungi kehidupan.

Lingkungan keluarga mempunyai peranan yang begitu besar. Selain ketersedian waktu yang begitu banyak dibandingkan lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga juga menjadi pendukung dalam keberhasilan pendidikan anak. Lickona (2012:48) menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat yang paling dekat untuk anak mendapatkan pembelajaran.

Keterlibatan orang tua dalam memberikan pembelajaran pada anak tidak melulu mengajarinya tentang pelajaran di sekolah. Pembelajaran tentang kehidupan juga penting untuk diterapkan. Selain nantinya mahir dalam kompetensi akademik, juga piawai dalam afektifnya. Karena anak adalah cerminan orang tua. Tak heran jika ada kiasan yang mengatakan, anjing kencing berdiri, murid kencing berlari.

Maksudnya adalah contoh yang baik akan ditiru oleh anak. Dan contoh yang kurang baik akan lebih parah ditirukan oleh anak. Proses imitasi (meniru) anak pada orang tua begitu besar pengaruhnya. Anak menganggap orang tua adalah public figur dalam keluarga. Apa yang dilihat, akan ditirukannya. Apa yang didengar, akan menjadi konsumsinya.

Maka tidak heran, jika saat ini terdapat anak yang tidak patuh pada perintah orang tua. Berani pada orang tua. Bahkan, puncaknya berani melawan guru di sekolah yang terjadi beberapa waktu lalu. Sungguh ironi, peristiwa ini tak boleh berlarut-larut menghampiri keluarga lainnya. Jika sudah demikian, mari merubahnya untuk masa depan?

Dalam kesempatan ini, penulis ingin membagikan tujuh poin utama dalam menerapkan karakter pada anak yang masih bersekolah dasar. Yang sebelumnya juga pernah dialami oleh penulis.

Membiasakan sholat lima waktu

Bagi sebagian anak menepati kuwajiban lima waktu sangatlah berat jika tidak dibiasakan setiap hari. Bahkan, anak-anak hanya melakukan dua kali sholat dalam sehari. Yaitu sholat magrib dan isya'. Apalagi menjalankan sholat subuh? Mungkin bisa dibilang sangat jarang.

Orang tua perlu membiasakannya, yaitu dengan mengajak sholat berjamaah di masjid/mushola. Kenapa hal ini penting dilakukan? Sholat berjamaah di masjid/mushola lebih ramai diikuti oleh jamaah. Selain jamaah dari kalangan orang tua dan dewasa. Juga dihadiri oleh anak-anak.

Biasanya sebelum sholat dimulai, ada jeda setelah adzan. Yang dimanfaatkan anak-anak untuk bersholawatan. Kehadiran anak-anak yang mengikuti sholat berjamah, dapat memotivasi anak-anak yang lain untuk berjamaah. Namun, orang tua perlu mengawasi dan memberikan pujian jika sudah menjalankan kewajibannya.

Jika tak sempat berjamaah di masjid/mushola, pastikan kehadiran orang tua untuk mengajak anak sholat berjamaah di rumah. Selain menuntun dalam menunaikan kewajibannya, kegiatan ini juga merekatkan hubungan emosi anak pada orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun