Beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan oleh aksi petani membuang hasil panennya yang sempat viral di media. Di antaranya petani buah naga yang ada di Banyuwangi-Jawa Timur, mereka membuang buah naga ke sungai sebagai luapan protes karena harga anjlok. Buah naga yang dipanen hanya dihargai Rp. 1000,- per kg.
Tidak berhenti disitu, kejadian serupa diikuti petani dari daerah lain melakukan aksi yang sama. Kejadian ini terjadi pada petani cabai di Kab. Demak yang membuang hasil panennya ke jalan sebagai bentuk protes terhadap harga yang anjlok.
Dibenak saya fenomena ini menimbulkan drama yang menghebohkan masyarakat. Toh, petani melakukan itu sebagai luapan kekecewaan karena hasil panennya tidak diterima sesuai ekpektasi harga. Sehingga mereka memilih media sosial sebagai alih-alih mendapat simpati dan meluapkan keluh kesah isi hati.
Kita paham sekali, media sosial menjadi sarana masyarakat dalam menyampaikan informasi dan peristiwa yang begitu cepat diketahui oleh khalayak. Karena era digitalisasi mampu mengakomodir apa yang kita rasakan dan butuhkan.
Aksi membuang hasil panenan karena harga anjlok di media sosial yang marak terjadi adalah hal yang lumrah. Karena itu merupakan respon protes yang langsung ingin dilontarkan. Aksi  ini bagian dari bentuk demokrasi yang terakomodir dalam digitalisasi untuk menyerukan isi hati.Â
Apalagi Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Saya menganggap penyampaian isi hati melalui media sosial lebih cepat dari pada melaui si pemilik kursi di legislatif. Tujuannya jelas, ingin dilihat dan didengar oleh pemerintah secara langsung. Â
Nyatanya, tidak lama dari aksi yang viral itu mendapat respon dari pemerintah. Seperti halnya di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo mewajibkan ASN dan non ASN untuk membeli cabai dari petani sebagai bentuk solusi anjloknya harga cabai. Saya melihat ada kekhawatiran dari anjloknya harga cabai, terhadap kelangsungan hidup dan beban produksi yang diterima oleh petani.
Itulah cara petani memanfaatkan teknologi alih-alih meraih simpati dan menemukan solusi jangka pendek untuk menutup beban produksi. Agar terus produksi demi memenuhi kondisi serta tercapainya kedaulatan pangan.
Debat kedua capres
KPU telah merilis tema yang akan menjadi topik dalam debat kedua. Tema yang telah ditetapkan adalah Energi dan Pangan, Lingkungan hidup, Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur. Menarik untuk saya cermati dari salah satu tema diatas, ketika membahas pangan tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan pertanian.